13 Januari 2012

Old Banten; The Lost Kingdom!

Old Banten; The Lost Kingdom!

Rabu, 11 Januari 2012
Tentang sejarah dan peradaban yang hilang.
Seharian kemarin aku menghabiskan waktu di Banten Lama, sebuah wilayah yang dulunya adalah wilayah kesultanan banten (Sultan Maulana Hasanudin). Kunjunganku ke banten lama sebetulnya karena tengah diminta bantuan untuk mencari data tentang tanah wakaf Masjid Agung Banten, namun tentu saja aku juga ingin bernostalgia dengan kesultanan.

Hanya butuh waktu sekitar 30 menit dari rumah menuju Banten Lama, ini keempat kalinya aku mengunjungi banten lama sejak aku lahir di Banten. Dan selalu saja seolah ada spirit dan perasaan takjub yang aku rasakan jika hendak mengunjungi banten lama, seolah bagiku banten lama adalah wilayah kesultanan yang masih hidup, dengan sultan yang masih berkuasa, para patih dan kemegahan istana surosowan maupun kaibon. Maka bisa dibayangkan bagaimana perasaan seorang masyarakat sipil sepertiku jika memasuki wilayah kesultanan. penuh rasa takjub dan tunduk pada kebesaran Sang Sultan.

Sepanjang perjalanan menuju banten lama, aku disambut rindangnya pohon asam di kiri dan kanan jalan. Arah perjalanan menuju banten lama adalah ke utara Banten, lebih tepatnya ke arah laut. Saat tiba dari jarak sekitar 1 km, aku sudah bisa melihat menara masjid agung banten, banten lama. Memang yang menjadi daya tarik kawasan banten lama adalah menara masjid agung, yang kemudian menjadi ikon Propinsi Banten. Ya, serupa monas milik Jakarta dan jam gadang milik padang.

Memasuki kawasan masjid agung banten, perhatianku langsung tertuju pada menara masjid agung banten. Luar biasa takjubnya aku dengan menara yang menjadi monumen kesultanan banten ini. Aku mengeluarkan kamera, dan segera mengabadikannya, seolah aku ingin menyimpan kejayaan sultan dalam ingatanku melalui foto menara masjid agung banten. Setelah beberapa saat mengagumi monumen sang sultan, kemudian perhatianku teralihkan oleh anak-anak kecil yang ramai berenang di kolam depan masjid. Kolam tersebut sesungguhnya hanya kolam yang (mungkin) dulunya adalah tempat membersihkan kaki sebelum masuk masjid. Namun kini digunakan anak-anak untuk berenang dan bermain. Dan lihat, pandai sekali mereka berenang, padahal aku menaksir kolam itu dalamnya 2 meter. (rupanya memang karena daerah ini berada dekat laut. he).

Beberapa orang tua aku lihat baru saja keluar dari masjid, nampaknya baru saja ada pengajian atau semacam acara yang digelar oleh masjid. Memasuki masjid, aku langsung pada tujuan kedatanganku ke banten lama, yaitu mencari tahu dimana kantor wakaf masjid agung banten (disebut juga kantor kenadziran).

“Kalau kantornya engga ada, tapi kalo mau cari informasi, itu ada bapak Tubagus Ismetullah ketua kenadziran”. ujar seorang petugas masjid menunjuk pada seorang bapak yang tengah duduk santai bersama dengan beberapa orang lain di sampingnya. Ya, Tubagus Ismetullah, ketua kenadziran masjid agung banten yang baru saja diangkat menggantikan ketua periode sebelumnya, aku mengetahui namanya dari internet beberapa saat sebelum menuju kesini.
“Terimakasih”, ujarku pada petugas itu.

Aku mempertimbangkan perlu lebih dari 30 menit untuk mewawancarainya, tapi 30 menit lagi akan berkumandang adzan dzuhur.. Hm.. Tapi mari aku coba
“Assalamu’alaikum..” sapaku sambil menjulurkan tangan
“Wa’alaikumsalam..” jawab bapak berpeci putih tersebut sambil mengalihkan pandangnya dari Hp yang sebelumnya ia pegang.
“Dengan pak Tubagus Ismetullah?” tanyaku.
“Ya.. ya.. Siapa ini?” ujarnya ramah sambil mengubah posisi duduknya menjadi sila.
“Saya Iqbal, dari IAIN Banten. Kebetulan sedang ada tugas untuk mencari tahu tentang kenadziran masjid agung banten pak”
“O, ya.. Apa yang bisa dibantu Iqbal?” Jawabnya makin ramah.
“Saya ingin tahu, berapa pak ya luas seluruh tanah wakaf masjid agung banten ini, lalu yang sudah terpakai berapa dan yang belum berapa”. Aku langsung bertanya pada inti pembicaraan.
“Tanah wakaf disini adalah tanah wakaf dzuriyyat, artinya bukan wakaf dari perorangan, melainkan tanah wakaf milik kesultanan banten yang dijaga sampai sekarang. Untuk saat ini kebetulan saya yang diminta menjadi ketua kenadziran (wakaf-red).” Ujar Pak Tubagus mulai memberikan penjelasan. Beliau adalah keturunan Sultan Maulana Hasanudin, dan saat ini menjadi orang yang dipercaya untuk mengelola tanah wakaf kesultanan. Keramahannya membuatku seolah aku sedang berbicara dengan sultan.. Dan ya seandainya kesultanan masih hidup, maka beliaulah sultan banten saat ini, karena beliau ketua kenadziran.

“Ada program apa pak untuk tanah wakaf yang belum dikelola?” Aku melanjutkan pertanyaan.
“Yang sudah dikelola ya masjid ini, pemakaman dan alun-alun, untuk tanah yang belum dikelola masih berupa persawahan dan perkebunan. Saya merencanakan dalam lima tahun ini untuk membangun panti asuhan dan pondok pesantren modern di tanah yang belum dikelola tersebut, karena memang tanah wakaf kan harus produktif. Insya Allah semoga tercapai..” jawabnya optimis.
“Ya, dan sebetulnya kawasan Banten Lama ini sangat potensial pak untuk menjadi kawasan wisata, lebih dari sekedar masjid dan alun-alun”. Ujarku berasumsi.
“O, ya. Saya juga berharap ke depannya orang yang berkunjung ke banten lama ini adalah dari kalangan menengah ke atas, karena sampai sekarang yang datang 80% adalah kalangan menengah ke bawah..” ujarnya mengungkapkan fakta.
“Saya sebetulnya kuliah di Jakarta Pak, hanya ini sedang ada tugas dari IAIN. Nah, saya pernah membawa teman-teman saya dari Jakarta (IMM Ciputat) ke sini, karena waktu itu hari minggu jadi sangat ramai. Dan ternyata masyarakat yang berkunjung ke sini sebagian besar hanya untuk berziarah, bukan karena nilai sejarah yang ada di banten lama.. Nah, seharusnya mereka bisa datang ke banten lama karena memang nilai sejarah yang besar yang dimiliki banten lama, bukan karena hanya berziarah”. Aku makin bersemangat berdiskusi dengan Sultan Banten ini.
“Ya, memang masyarakat yang datang kesini adalah karena pendekatan ideologis (agama), maka saya sudah merencakanan untuk memindahkan pedagang-pedagang yang ada disini agar masjid agung banten ini terlihat lebih bersih dan luas. Alun-alun banten lama juga harus difungsikan” jelasnya.
“Ya, catatan sejarah menunjukkan banten lama memiliki peran penting saat menahan datangnya Belanda dari Selat Sunda.. Banten Lama ini punya peradaban yang tinggi sejak saat kesultanan, dan seharusnya sekarang masih hidup pak”. Jelasku.
“Betul, dulu di Pamarican itu Belanda ditahan oleh warga banten. Oleh karenanya tadi selain membersihkan masjid dari para pedagang, saya juga ingin menjadikan masjid ini sebagai pusat keilmuan, seperti tadi yang barusan dilaksanakan, pengajian. Saya mencoba untuk menghidupkannya kembali. Saya ingin mengundang akademisi dan mahasiswa, cobalah mereka mulai melakukan diskusi di masjid ini, jangan hanya dikampus, jadi banten lama ini hidup” jelasnya bersemangat setelah sebelumnya menunjuk pada daerah yang ia sebut sebagai Pamarican.
“Ya, betul pak, menghidupkan peradaban dengan keilmuan, maka seharusnya anak-anak itu tidak berenang di kolam masjid pak, tapi mereka duduk bersama orang tuanya mengikuti pengajian atau diskusi, sehingga nanti mereka yang akan melanjutkan”. Jelasku
“Ya, kita harus juga mempersiapkan regenerasi” tambah bapak dengan dua handphone di depannya tersebut.

Aku sangat menikmati diskusi dengan Pak Tubagus Ismetullah ini, idealismeku tentang Banten aku utarakan secara terbuka seluruhnya, dan beliau sangat antusias dalam pembicaraan sampai tak terasa bedug telah ditabuh yang menandakan telah masuk waktu shalat dzuhur. Tapi rupanya bapak ini masih bersemangat berdiskusi walau adzan telah berkumandang. Sampai ada jeda dalam diskusi aku mohon pamit.

Pak, terimakasih ini untuk informasi dan obrolannya..”
“O, ya..ya.. terimkasih Iqbal.. Nanti smskan nomor Iqbal ke HP saya ya..” aku agak terkejut saat beliau meminta nomor HPku
“O, ya pak, nanti saya sms. Saya mohon izin untuk ambil wudhu dulu pak” aku mulai bangkit berdiri.
“O. ya, mari.. Silahkan Iqbal..” ia mempersilahkanku berdiri sambil menyatukan kedua tangannya dan menunduk, seolah ia sedang berhadapan dengan sultan.. O, my God.! Ramah sekali beliau, sampai-sampai ia menundukkan kepala untuk mempersilahkanku pamit. Padahal beliaulah yang menjadi sultan, mungkin seharusnya aku yang menyatukan kedua tangan dan menunduk padanya. (Ini mungkin budaya sultan banten dulu, sama seperti di Jawa.. Hanya saja aku baru melihatnya di Banten).
Usai shalat dzuhur, aku menikmati pemandangan yang cerah di pelataran masjid agung. Aku melihat “sultan” yang tadi berdiskusi denganku berjalan meninggalkan masjid sambil diikuti (mungkin dikawal) oleh beberapa orang di belakangnya. Beliau memang sultan banten saat ini! gumamku.

Masih banyak waktu bagiku untuk menikmati banten lama. Dan memang aku masih memiliki satu tujuan lagi hari ini, menuju Istana Kaibon! Ya, sejak menjadi orang Banten (lahir-red) aku tak pernah melihat istana Kaibon secara langsung, kecuali melalui internet. Di Istana Kaibon terdapat pagar istana kesultanan yang saat ini diadaptasi menjadi gapura-gapura di beberapa perumahan dan perkantoran di Banten (kecuali di Tangerang). Aku makin penasaran karena aku yakin reruntuhan dari istana kaibon adalah warisan sejarah yang besar dan berharga.


Istana kaibon terpisah dari masjid agung banten, kira-kira berjarak 500 meter. Seseorang memberikanku petunjuk bahwa istana kaibon berada tepat di pinggir jalan. Dan ya, tak lama aku mendapati reruntuhan istana itu berada tepat di pinggir jalan dan dikelilingi oleh pagar besi. Aku mencari jalan masuk, barangkali ada tiket masuk atau lahan parkirnya sekitar sini, karena tentu saja ini adalah objek wisata.. Tapi aku terkejut, ternyata istana seluas kira-kira 2 hektar yang dulunya adalah simbol kebesaran kerajaan Banten ini, tak memiliki penjaga, lahan parkir apalagi tiket masuk, hanya ada sebuah rumah kecil yang berdiri di sebelah kanan tepat setelah pintu masuk. Orang-orang bebas keluar masuk ke kawasan ini, dan lihat saja, warga sekitar menjemur pakaian mereka di pagar2 yang mengelilingi wilayah reruntuhan istana kaibon.

Aku memarkikan motor di samping rumah tadi, dan bergegas mendekat reruntuhan Istana. Lagi-lagi ada perasaan takjub dan bangga bisa berada di reruntuhan istana kaibon, sedikit berlari aku buru-buru ingin mengabadikannya dalam kamera yang aku bawa. Namun di antara perasaan takjub tersebut selalu saja terselip perasaan miris, bagian kanan reruntuhan istana kaibon, tergenang air kira-kira 30cm, belakangan aku baru tahu bahwa bagian kanan istana kaibon ini akan selalu tergenang air jika turun hujan. Tampak anak-anak dari kampung di sekitar sini tengah bermain-main dengan air genangan.

Aku mengabadikan seluruh sisi reruntuhan istana, lagi tak ada penjaga yang aku lihat, hanya anak-anak yang bermain, bberapa ekor kambing yang juga ‘berkunjung’ ke reruntuhan istana, iringan bebek, dan satu orang kakek yang tengah mengambil rumput yang tumbuh di sekitar istana, mungkin juga beliau yang mengembalakan kambing-kambing dan itik-itik yang tengah ‘bermain’ di kawasan istana kaibon ini.

Lama aku berfikir, bagaimana mungkin warisan kesultanan banten ratusan tahun lalu ini dibiarkan teronggok dan melapuk tanpa perawatan.!! Menjadi obyek wisata pun tidak..!! Ingin berteriak, “Ini adalah SEJARAH dan HARTA BERHARGA milik BANTEN..!!!” Pada anak-anak yang tengah bermain, aku turut bergurau dengan mereka, “ini dulunya kan istana kesultanan ya..” “iya..” jawab mereka sambil mengayuh sepeda menerjang banjir yang menggenangi sisi istana kaibon.

Setelah lama menjelajahi sisi-sisi istana, tak terasa waktu sudah hampir ashar.. Aku bergegas kembali pulang.. Selama perjalanan pulang, aku menggerutu; Aku yakin ada sesuatu yang bisa aku lakukan. Tak rela aku membiarkan warisan sultan digenangi oleh air, dijadikan tempat bermain, dikotori kotoran kambing dan itik, dan dibiarkan melapuk habis dimakan waktu!!

Foto-foto Lokasi Banten Lama, klik: Foto!

2 comments:

Sukanitha mengatakan...

Last time, i have read this post, but just now have time to comment,

woww... your story is good, i like your story, and one day i will play to that places, cause i never here,

Ahmad Ragen mengatakan...

Thanks for ur comment yunita.. :)
Gladly, I'll be waiting for ur coming here.. tq :)

Diberdayakan oleh Blogger.