Kamis,
31 Januari 2013
Malam makin larut, dan
ada yang tak aku sadari. Sejak pagi aku belum makan nasi.. Duh! Akhirnya aku dan
seorang rekan dari Tempo berjalan keluar mencari makan, tapi di sekitar kantor
PKS itu makanan pinggir jalan sudah tutup, hanya ada pedagang jagung bakar. Akhirnya
setelah membeli beberapa jagung bakar, kami makan itu di pelataran gedung DPP
PKS bersama wartawan lain.
Pukul 01.30 WIB,
kawan-kawan pamit pulang lebih dulu. Tapi aku masih enggan pulang, karena aku
melihat mobil Anis Matta masih terparkir di halaman depan. Plat RFS, itu mobil
wakil ketua DPR. Hanya menyisakan aku dan kru Metro TV, mereka ada 3 orang
termasuk kameramen dan reporter.
Satu jagung yang aku makan tadi masih membuatku lapar, maka aku kembali berjalan menuju tempat jagung bakar tadi. Tapi sial, pedagang itu sudah tutup. Sempat terpikir untuk pergi sebentar dengan motor mencari makan, tapi aku khawatir Anis Matta keluar. Dan hanya ada satu wartawan tak menjamin aku bisa mendapatkan transkrip wawancaranya, bisa jadi ia sudah pulang saat aku kembali. Maka aku urungkan.
Aku terlibat obrolan
dengan kru Metro TV, kenalan dan berbincang santai. “Oh, jadi lu bang yang bikin
korlip (koordinator liputan) gw panik. Kalau berita detik udah naik, gw deh
yang disuruh geser-geser..” kata reporter muda MetroTV itu, Reggi, setelah
mengetahui namaku dan asal dari detik.
“Hahaa.. Ya namanya
media online, semua informasi langsung naik jadi berita,” kataku.
“Ah, parah lu bang..”
lanjutnya tertawa.
“Gw lapar euy..
Jagung bakar di depan dah cabut. Ga ada yang jualan lagi,” kataku.
“Udah makan?”
“Belum isi nasi gw
dari pagi, cuma roti,” jawabku.
“Itu masih ada kan
di mobil,” kata si kameramen menimpali.
“Sebentar gw
ambilin,” lanjut Reggi. Ia berjalan ke mobil dan kembali dengan sekotak nasi hokben.
“Ini bang, nggak ada
yang makan,” ucapnya.
“Wah, serius lo? Lo dah
pada makan?”
“Udah, kita udah
makan semua. Ini sisanya nggak kemakan,”
“Ya dah gw makan ya,”
“Iya gw ambilin
untuk lo makan bang..” kata Reggi.
Ah, nikmat betul nasi
itu. Kru TV memang selalu ada jatah makan dalam setiap liputan. Setiap kali
mereka liputan kan selalu membawa mobil, dan disediakan makan. Beda dengan
wartawan koran atau online, kita makan di sela-sela liputan. Cari tempat makan
sendiri.
Jam menunjukkan
pukul 03.00 WIB. Aku masih makan dan ngobrol santai sambil duduk-duduk di depan
gedung DPP PKS. Wartawan Metro TV itu baru
beberapa bulan jadi wartawan, ia juga tampaknya kurang begitu menguasai masalah
karena memang wartawan TV jarang ada yang ngepos. Wartawan koran atau online bisa
ditempatkan di suatu pos seperti DPR, KPK, Mabes untuk waktu yang lama,
sementara wartawan TV liputan mereka tergantung korlip. Hari ini bisa liputan
kriminal, besok politik, lusa hukum.
Tiba-tiba di tengah
asyiknya obrolan dan makan malam itu, Anis Matta keluar dari gedung PKS. Langsung
saja aku berdiri bersama rekan baru itu.
“Wah, ini kok belum
pulang?” tanya Anis Matta didampingi seorang anggota fraksi Aboe Bakar.
“Nunggu ustad, kan
masih ada di sini,” kataku.
"Udah makan?" tanyanya lagi.
"Ini lagi ustad, hehe,"
"Kalau belum ada itu.. (menunjuk KFC yang baru dipesan sebelumnya)," kata Anis Matta.
"Udah ustad.."
"Udah makan?" tanyanya lagi.
"Ini lagi ustad, hehe,"
"Kalau belum ada itu.. (menunjuk KFC yang baru dipesan sebelumnya)," kata Anis Matta.
"Udah ustad.."
“Terus ada apa lagi?”
tanyanya.
“Ustad, tanya
sedikit lagi ya..” kataku. Sementara kameramen Metro mempersiapkan untuk
menyalakan kameranya.
“Apa?”
“Ustad, ini ustad
Hilmi sudah tersangka, kabarnya posisi presiden PKS ditangan ustad?” tanyaku.
“Nggak, kan
tergantung majelis syuro nanti yang menentukan..” jawabnya.
(wawancara dengan
Anis Matta, bisa dilihat disini).
Usai wawancara
santai dengan Anis Matta, akhirnya mereka pulang. Aku masih bertahan di gedung
PKS bersama kru Metro. “Bang, lu nggak pulang?” tanya Reggi.
“Nunggu aja ah,
siapa tahu ada hal lain. Lagian besok gw diliburin, kalau liputan ampe tengah
malem gini besoknya pasti libur,” kataku.
“Oh.. Kalo gw nunggu
live jam 5 nanti,” ucapnya.
Malam makin hening. Dan
tak terasa kantuk mulai menyergap, aku duduk disalah satu sisi pelataran gedung
PKS. Tepatnya di samping meja satpam dimana si Regii dan satpam ngobrol santai.
Tapi aku mengantuk, lalu tertidur beberapa menit, bangun, lalu tidur lagi
sambil duduk. Sampai aku mendengar adzan subuh. Akhirnya aku masuk ke dalam
gedung dan shalat bersama beberapa orang pengurus kantor PKS yang memang masih
berada di situ.
Pukul 06.00 WIB, aku
pergi meninggalkan gedung PKS. Sementara kru Metro masih ada distu, mereka
masih menunggu untuk live berikutnya. [end]
Satu lagi pelajaran dan pengalaman berharga. Tak ada yang membayangkan orang nomor 1 di PKS ini akan ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan KPK. (Meski beberapa wartawan sudah memprediksi). Tapi kita tidak tahu skenario atau intrik apa yang ada di dalamnya. Tuhan sedang menunjukkan, 'apa yang menurutmu baik, belum tentu baik.."
Satu lagi pelajaran dan pengalaman berharga. Tak ada yang membayangkan orang nomor 1 di PKS ini akan ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan KPK. (Meski beberapa wartawan sudah memprediksi). Tapi kita tidak tahu skenario atau intrik apa yang ada di dalamnya. Tuhan sedang menunjukkan, 'apa yang menurutmu baik, belum tentu baik.."
-Anis Matta-
3 comments:
wow..
a, 13.30 itu maksudnya 01.30 kan? :-p
eh, iya.. salah tulis jam.. hehehe
Posting Komentar