27 Juli 2008
Berkunjung ke Pesantren
Seminar Hipnoterapi
04 Juli 2008
Demi Pengalaman dan Rakyat!
Pengalaman memberiku ruang untuk berpikir...
Pengalaman mengajarkanku filsafat waktu...
Dan pengalaman menuntunku pada kekayaan batin.
Ini adalah pengalaman. Ya! pengalaman yang baru pertama kali aku dapatkan lebih tepatnya. Ini berawal dari kabar yang aku terima pada Minggu siang, 11 Mei 2008.
“Seruan turun ke jalan kembali memanggil, menentang pemerintah yang kembali tidak memihak kepada rakyat. Besok akan ada aksi BEM Se-Indonesia di depan Istana Negara. Iqbal smsn sore ini ya siapa aja yang mw ikut, makasih..”
Hmm, rupanya besok akan ada aksi besar di depan Istana Negara...
Menanggapi sms yang bukan untuk pertama kalinya aku terima itu, aku cukup tertarik, secara, sampai saat di mana sms itu aku terima belum pernah sekalipun seorang IqbaL hadir turun AKSI, DEMO, LONGMARCH, atau apalah itu... Dan yang ada di benakku jika ternyata aku ikut dalam aksi itu, adalah sebuah pengalaman yang pastinya berharga dan tak terlupakan. Ya, aku butuh pengalaman bahwa aku pernah ikut demo ketika menjadi mahasiswa!! Itu cerita pengalaman yang kelak akan ku jejali pada telinga anak-anakku dan cucu-cucuku kelak.. “Cucuku.. DEMO itu hal yang LUAR BIASA...!!” hehe..90x.
Rasa tertarikku untuk ikut turun AKSI besok makin meruncing ketika teman yang juga mendapatkan sms yang sama memberitahukan bahwa aksi besok akan besar dan akan sama seperti pada AKSI tahun 1998, karena besok juga bertepatan dengan 10 tahun tragedi TRISAKTI.
Wahh.. sepertinya memang ini saat yang tepat untuk mendapatkan pengalaman!!
Sejujurnya orang tuaku me’WARING” untuk tidak ikut berdemo-demo seperti mahasiswa pada umumnya, apalagi nenek pernah berujar:
“Iq, iiq mah jangan ikut-ikut begituan (demo) yah?? Belajar aja yang bener...”
“Iyah Nek...”
Tapi untuk sebuah pengalaman berharga, aku yakin nenek dan orang tuaku akan turut mengaminiku untuk ikut turun AKSI.. hehe…
Senin, 12 Mei 2008
Pada pagi harinya saat kuliah sedang berlangsung (dosen Prof. dr. Zakiah Dardjat), aku menerima sms yang sama tentang AKSI yang akan berlangsung hari ini, dan ini dari Presiden BEM..
Hari ini ada aksi besar dari seluruh BEM se-Indonesia di Istana tentang krisis pangan dan kenaikan harga BBM. Tolong bawa almamater, seluruh pengurus BEMF Psi akan hadir di sana. Kumpul di FPsi 08.00. thks
Wahh.. kayaknya emang saatnya untuk turun AKSI.. ;)
AYO TURUN AKSI….!!!
Setelah dipastikan hari ini 2 dosen berhalangan hadir mengajar, maka pukul 09.30 aku bergegas menuju kampus 1 bersama Ade sebagaimana instruksi ‘atasan’ untuk berkumpul di kampus 1 sebelum ke HI.
Bal tolong agitasi masa yang akan ikut AKSI menuju kampus 1 ya..
Sms dari Ka Erna, tapi aku ke kampus 1 hanya bersama Ade. Dan rupanya di kampus 1 hanya ramai oleh aksi demonstrasi mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMII, dsb.. Jumlah mereka cukup banyak, lebih dari 30 orang. Bahkan wartawan dari media cetak dan elektronik hadir untuk meliput mereka yang berkoar-koar di depan Fak. Tarbiyah tersebut.
“Bal kita langsung ke HI aja, ini beda aliansi, kita atas nama BEM…” terang arif.
Maka dengan semangat ’45, aku, Ade, Dimas dan Arif langsung berangkat menuju HI menggunakan motor untuk segera turun AKSI.
Sesampainya di HI.
Subhanallah... Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas ternyata telah berkumpul dan berjalan lebih dahulu membentuk barisan AKSI yang sangat terorganisir, jumlah mereka lebih dari 500 orang, termasuk mobil sound yang memberikan instruksi kepada para demostran. Turun dari motor, aku berlari bersama Arif ke arah barisan depan mendekati mobil sound, dan kami langsung bergabung dalam barisan bunker, lalu merapat bergandengan tangan di antara mahasiswa lain dari berbagai universitas.
“Ya Allah, moga aku selalu dalam lindungan-Mu, dan mendapatkan hikmah dari apa yang akan aku lakukan ini…”
Hari belum benar-benar siang ketika semangat kami terbakar oleh nyanyain-nyanyian pergerakan dan teriakan para demonstran menyatukan suara demi membela segolongan umat bernama RAKYAT. Ya, kami semua di sini sepakat bergerak demi membela rakyat!!
Tapi entahlah, mungkin aku (masih) hanya membela pengalamanku…
Tapi apapun alasanku ikut AKSI, yang jelas aku bersemangat kala ini, dan aku ikut berteriak syahdu dalam lagu pergerakan mahasiswa yang ku teriakkan di antara gedung-gedung tinggi yang congkak berdiri menyaksikan AKSI kami.
“Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan..
Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan
sebuah caatatan kebanggaan di lembar sejarah manusia..
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta…”
Untuk pertama kalinya aku menyanyikan lagu “Totalitas Perjuangan” sebagai seorang demonstran, ada kebanggan yang menyelimuti, dan haru yang aku luapkan bersama teriakan lagu perjuangan yang aku nyanyikan. Kami bergandengan tangan sangat erat dalam barisan, dan berteriak membela rakyat dalam nyanyian..
Di sini negeri kami.. tempat padi terhampar…
samuderanya kaya raya, tanah kami subur tua...
Di negeri permai ini.. berjuta rakyat bersimbah luka...
anak kurus tak sekolah.. pemuda desa tak kerja…
Mereka di rampas haknya.. tergusur dan lapar…
Bunda relakan darah juang kami..
untuk membebaskan rakyat...
Sejujurnya, aku “terheran” dengan kegiatan AKSI ini. Ya, karena ini pertama kalinya aku ikut AKSI memang… Aku melihat para mahasiswa berbaris rapih dan terorganisir, di barisan paling depan adalah barisan pembawa baliho dan panji-panji, di belakang barisan panji adalah barisan bunker tempat di mana aku berdiri, di belakang bunker adalah mobil sound, yaitu mobil truk yang membawa sound dan diatasnya berdiri orator dan para agitator. Di belakang mobil sound adalah masa mahasiswa seluruhnya hingga paling belakang, sementara para mahasiswi yang ikut AKSI berada di tengah-tengah diantara masa yang dijaga oleh mahasiswa yang membentuk border line. Lalu di samping kiri-kanan barisan AKSI adalah panitia take-lap dan tim medis.
Uhh,, ini LUAR BIASA!! Benar2 rapih dan teroganisir..
Aku sangat bersemangat kala itu, gandengan tanganku makin erat diantara kiri-kanan masa AKSI, dan teriak lagu perjuangan makin lantang ku suarakan..
Tapi kawan, di tengah ke-LUAR BIASAAN AKSI yang aku ikuti, di mana telah sekian langkah ku lalui, dan sekian lagu perjuangan ku teriakkan, aku merasakan ada sesuatu yang “AneH” pada diriku... Perut...??!! Ya, perutku.. Lambung lebih tepatnya..?!! AAAHHHH….!!! Maagh-ku kambuh!! Ya Allah... Kenapa harus sakit perut di saat2 yang paling aku tunggu??? Aku sadar pagi ini aku belum sarapan, dan kini di saat panas matahari menyengat, aku berdiri tegap penuh semangat dengan perut yang belum terisi… AH… padahal kemarin meninggalkan sarapan tak pernah jadi masalah bagiku… Tapi... biarlah! yang aku rasakan ini hanya maagh ringan sepertinya, buktinya aku masih lantang berteriak “HIDUP MAHASISWA…..!!” dan berlari-lari kecil jika para demonstran melewati lampu merah.
Sepanjang perjalanan menuju ISTANA NEGARA, masa demonstran secara perlahan terus bertambah banyak… kami semua tergabung dalam masa BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI), para mahasiswa dari berbagai universitas yang turut ikut AKSI datang dari berbagai penjuru , mereka menaiki bis-bis, motor, bahkan berjalan kaki dari kampus mereka… Aku melihat di masa AKSI terdapat mahasiswa UPI BANDUNG, UNPAD, UIN JAKARTA, UGM, UNJ, IPB, UNTIRTA, dan masih banyak lagi kawan... dan ini tidak termasuk mahasiswa dari aliansi lain yang juga ikut AKSI.
Datang dari Barat….
Datang dari Timur…
MA..HA..SIS..WA….!!
Dalam AKSI ini, aku dan seluruh mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI bergerak untuk mengusung TUGU RAKYAT, yaitu Tujuh Gugatan Rakyat yang dirumuskan oleh mahasiswa dan rakyat dan harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Tujuh Gugatan Rakyat itu adalah:
1. Nasionalisasi aset-aset strategis bangsa
2. Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi rakyat
3. Tuntaskan kasus blbi dan korupsi soeharto beserta kroni-kroninya
4. Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi dan energi
5. Jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat
6. Tuntaskan keadilan birokrasi dan mafia peradilan
7. Selamtkan lingkungan dan tuntaskan kasus lumpur lapindo
-12.00 p.m.-
Tepat di siang hari, kami semua telah sampai di pintu luar MONAS, tepatnya beberapa meter dari istana negara. Dan masa yang berkumpul telah lebih dari 2.000 mahasiswa, di sana kami membentuk fomasi baru, yaitu membentuk border berupa lingkaran besar dua lapis. Dan para mahasiswi berada di tengah-tengah barisan yang dijaga border.
Tepat di siang hari, kami semua telah sampai di pintu luar MONAS, tepatnya beberapa meter dari istana negara. Dan masa yang berkumpul telah lebih dari 2.000 mahasiswa, di sana kami membentuk fomasi baru, yaitu membentuk border berupa lingkaran besar dua lapis. Dan para mahasiswi berada di tengah-tengah barisan yang dijaga border.
Semakin siang, masa AKSI kami semakin banyak. Hal ini dipertegas dengan kedatangan mahasiswa UI yang berbondong-bondong memasuki barisan, dan jumlah mereka sangat banyak. Diantara semua mahasiswa yang ikut AKSI, mahasiswa UI-lah yang paling banyak mengerahkan masa, kabarnya bahwa UI hari ini meliburkan kuliah agar mahasiswanya mengikuti AKSI ini. Hm.. kebayang gimana seriusnya mereka dalam mengikuti AKSI, sampai meliburkan kuliah?! Katanya... Tapi justru aku melihat dari sisi yang berbeda lagi, mereka terlihat ekslusif diantara masa AKSI, dengan almamater kuning yang mencolok, mereka membentuk border sendiri di tengah-tengah lingkaran. Dan tidak ikut berbaur dengan masa yang tergabung dari berbagai univerisitas ini.
Panas matahari siang itu benar-benar menyengat, aku dan sebagian masa AKSI shalat berjamaah di pinggir barisan kira-kira pukul 1 siang.. Sekalipun panas menyengat, tapi kami tetap khusyu’ dalam ibadah.
Lo mahasiswa banget seh bal ikut-ikutan AKSI, terus mau-maunya lo panas-panasan gt... ;)
[sms dari Mba Lili]
Kegiatan siang itu diisi dengan orasi dari presiden BEM masing-masing universitas. Tapi sebelumnya, seluruh masa yang berada dalam barisan panji-panji keluar dari lingkaran dan mereka pergi entah kemana. Aku mendengar kabar bahwa ada masa AKSI juga yang sedang berkumpul di depan RRI, mungkin masa panji-panji menuju ke sana. Tapi terakhir kabar itu mengatakan bahwa masa di depan RRI itu rusuh, mereka membakar ban di tengah jalan dan ribut dengan polisi. Kerusuhan kecil itu bukan ulah masa AKSI BEM-SI, beberapa mahasiswa FORKOT yang berada dibalik kerusuhan kecil di depan RRI itu.
Siang itu kami makan siang dengan nasi bungkus yang disediakan panitia. Uhh, akhirnya maag-ku berakhir setelah menyantap nasi bungkus yang aku makan bersama dengan mahasiswa UNJ. Aneh, nasi bungkus itu isinya sedikit, bahkan aku makan berduaan dengan mahasiswa UNJ itu. Tapi nasi yang sedikit itu membuatku kenyang dan sakit perutku cepat menghilang...??!!
Jam 2 siang Dimas dan Ade pulang lebih dulu kembali ke kosan, Arif dan Falaq entah kemana mereka. Tadinya aku pikir lebih baik pulang juga, di sini panas, sementara pengalaman sudah cukup aku dapatkan, terlebih karena sore ini ada kegiatan lain di IMM. Tapi, entah kenapa kakiku enggan beranjak keluar dari barisan AKSI...
Pada sore hari..
Setelah shalat ashar, seluruh masa AKSI yang sejak siang berada di luar pintu monas kali ini akan bergerak menuju depan istana negara, yaitu beberapa meter dari tempat kami berkumpul. Panitia menginstruksikan agar barisan kami diperkuat, kami berbanjar lima baris ke belakang. Dan aku berada di barisan paling depan, tepatnya satu baris di belakang masa panji yang baru saja kembali. Saat itu aku menyadari ternyata Falaq masih ada, dan aku bergandeng tangan dengannya menuju istana negara di barisan terdepan.
Kami kembali menyanyikan lagu-lagu perjuangan, dan saat itu aku sangat khidmat ketika lagu Indonesia Raya aku teriakkan bersama masa AKSI seluruhnya. Aku benar-benar terharu, Indonesia Raya itu aku teriakkan sekencang-kencangnya, terlebih saat itu salah satu tim take-lap menyodokan megaphone-nya ke arahku.
Hiduplah tanahku, hiduplah negriku, bangsaku rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya bangunlah raganya, untuk indonesia raya...
Tepat di depan istana negara...
Aku tak lagi dapat memperkirakan berapa jumlah masa AKSI seluruhnya. Tapi agitator masa yang berada di mobil sound meneriakkan, “Jumlah kita lebih dari 10.000 mahasiswa“. Wow... jumlah yang luar biasa!! Tapi aku percaya dengan jumlah itu... karena memang sangat banyak mahasiswa yang ikut AKSI, dan itu tidak termasuk dengan mahasiswa diluar BEM-SI.
Niatnya masa AKSI akan menginap di depan istana malam ini, menunggu presiden yang hari ini “melarikan diri” ke Surabaya dan kabarnya besok presiden akan tiba kembali di istana negara.
Di tengah AKSI itu aku kembali sendiri, bendera UIN Jakarta memang masih tampak diantara barisan panji-panji, tapi entah fakultas mana yang membawanya.
Sementara hari semakin senja ketika para demonstran hanya berteriak-teriak dan berputar-putar di dalam barisan. Lalu aku sadar, sampai kapan aku akan bergabung dalam masa AKSI hari ini??
Maka pukul -17.30 sore itu, aku keluar dari barisan AKSI, karena hari mulai gelap dan tak bisa untuk terus menginap malam ini di depan istana negara.
Maaf kawan... aku harus kembali... semoga perjuangan kalian mendapatkan jawaban dari pemerintah, aku ikut mendoakan perjuangan kalian hingga esok...
Sambil berjalan meninggalkan istana negara, aku menanggalkan satu persatu atribut AKSI yang aku kenakan. Kain pengikat kepala bertuliskan BEM-SI, syal penutup mulut dan jas almamater. Oya, dari depan istana negara ini aku bingung, kemana arah pulang menuju ciputat...??!! Aku mencoba berjalan terus sampai persimpangan jalan (tugu kuda) yang cukup jauh dari istana negara, dari persimpangan jalan itu baru aku bertanya kepada pak polisi yang berdiri di lampu merah.
“Pak bis ke Ciputat arah mana ya?”
“Tunggu aja di situ (depan kantor BI) nanti juga ada”.
“O, makasih Pak!”
Akhirnya setelah bertanya itu, baru bisa dengan pasti aku menunggu bis arah ciputat di depan Bank Indonesia seperti yang ditunjukkan pak polisi. Sambil menunggu bis, aku teringat bahwa aku dan teman-teman sekosan pernah menunggu kendaraan tepat di mana aku berdiri sekarang. Waktu itu pukul 2 dini hari ketika kami baru kembali dari perjalanan “menjenguk” monas. (baca posting Jan ’08:“Ngakak di bawah Monas!!”).
Di bis menuju ciputat, aku merasakan akhir dari sebuah pengalaman. Aku merasa cukup letih hari ini, muka yang kusam, dan peluh serta keringat yang menyisakan gatal di sekitar punggung... Uhh.. Aku butuh istirahat secepatnya, dan aku lapar sekarang... Tapi pemandangan malam ibu kota membawaku tertidur pulas di bis malam itu..
Maka sang demonstran pun tertidur..