'Berkunjung ke Pesantren"
(Minggu, 15 Juni 2008)
-Catatan perjalanan-
Kawan, ini tentang perjalananku yang ke sekian. Sebenarnya tidak ada yang begitu mengesankan pada perjalanan kali ini, tapi ini perjalanan yang cukup berarti bagiku... Lalu, kau tau apa beda “mengesankan” dan “berarti”?? tidak jauh beda...
Mengesankan, berkaitan dengan pengalaman batin yang kau alami dan meninggalkan bekas yang indah sebagai ingatan jangka panjang. Sedangkan “berarti”, berkaitan dengan bobot pengalaman yang lebih terkait pada nilai ketimbang hanya sekedar pengalaman atau catatan dalam memori.
Ya... intinya sama lah... hanya kata “berarti” tampak lebih memiliki isi...
-Minggu, 15 Juni 2008-
Jam 02.30 dini hari, bis Primajasa yang aku naiki akhirnya tiba di kota Garut...
Alhamdulillah.... Aku sampai juga di kota Garut... Kota indah yang telah mengajarkanku banyak hal, dan mendewasakanku selama kurang lebih 6 tahun lamanya.
Ada perasaan haru, atau sedih mungkin yang aku rasakan ketika kakiku berhasil menginjak kembali tanah Garut malam itu.. Ada rasa rindu yang sekian lama ku tekan ke alam bawah sadarku, dan di saat rindu itu terlampiaskan, aku ragu harus mengucapkan apa.... aku ingin sejenak bersujud syukur... bertekuk lutut walau di aspal terminal... Aku ingin menangis karena lama tak bertemu... Saat aku merasa aku harus kembali tinggal di tanah ini, Garut!!
Terminal di Garut pukul 02.30 dini hari tampak lengang. Ya, itu wajar, karena ini tengah malam... Beberapa kios yang menjajakan oleh-oleh khas Garut tampak masih buka selama 24 jam.
Aku lebih nyaman untuk tidak menjawabnya, dan terus berjalan untuk keluar dari terminal dan mencari angkot yang akan mengantarkanku menuju ke Pesantren.
Hm... ada yang aku rasakan aneh dari kota Garut kali ini. Aku merasa ada sesuatu yang hilang di kota ini?! Ya, aku kehilangan suasana dingin Garut di malam hari. Seharusnya aku mengigil malam ini, bahkan seharusnya cukup mengigil dengan berjalan jam 3 malam di tengah kota Garut. Apa gunung-gunung di kota Garut telah hilang??! Ah, tidak mungkin,,, segera aku masih bisa melihat di seluruh penjuru Garut adalah gunung-gunung yang kokoh berdiri... Hm, lalu??? Sayang, aku sesalkan hal ini....
Setelah berjalan dan meninggalkan terminal, aku tidak juga mendapati angkot menuju arah pesantrenku di Ciledug, hanya ada beberapa angkot yang menuju jurusan lain, itu pun hanya 2 atau 3 yang lewat. Rupanya memang terlalu sepi malam ini. Sampai di perempatan jalan, aku teruskan berjalan menuju arah radio Antares. Ada 4 orang pria yang sedang mengobrol di pinggir jalan, salah satu dari mereka menawarkanku ojek dengan ongkos 5000 untuk sampai di pesantren. Hm, penawaran yang cukup menarik pikirku...
Kedatanganku ke Garut tak lain untuk berkunjung ke pesantrenku, dan kali ini adalah untuk menghadiri reuni angkatan. Reuni kali ini mengambil moment saat perpisahan adek kelasku angkatan ke-25, jadi reuni angkatan sekaligus menghadiri perpisahan... Sebenarnya keberangkatan ini tanpa ada perencanaan sebelumnya, karena beberapa hari sebelumnya aku katakan pada kawan-kawanku yang mengajakku reuni bahwa aku izin tidak dapat menghadiri reuni. Tapi, tepat sore sebelum malamnya aku berangkat, ternyata aku diizinkan ke Garut oleh orang tua, dengan syarat pulang membawa SKHUN...
Sebelum berangkat menuju Garut, aku sempatkan dulu mampir ke kosan, karena kebetulan jalur yang aku ambil untuk sampai di Garut adalah Jakarta, bukan Bandung. Selain untuk menyimpan barang-barang yang baru aku bawa dari rumah, di kosan aku juga sempatkan untuk makan malam terlebih dahulu, dan makan malam itu adalah di kosan cut. Jam 9-nya baru aku berangkat menuju terminal dan sejam kemudian aku berhasil duduk di bis yang akan membawaku menuju Garut.
***
-02.50 a.m-
Aku berdiri di depan gerbang pesantren beberapa saat sebelum memutuskan untuk masuk... Dalam keadaan yang cukup gelap saat itu, aku masih bisa melihat satpam yang berada di tempatnya karena tersoroti sedikit cahaya lampu dari asrama..
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikum salam.... Iqbal??”
“Muhun Pak”. Rupanya satpam itu masih mengenaliku.
Segera ia membuka gerbang pesantren yang masih terkunci gembok.
Aku salami pak Satpam yang kala itu aku lupa namanya... Yang pasti, aku senang kedatanganku ke pesantren bisa disambut satpam yang telah lama tak ku temui.
Lagi-lagi ada rasa rindu dan bahagia dalam dadaku ketika tanah pesantren yang lama aku tinggalkan ini berhasil aku jajaki kembali. Aku menghirup udara malam yang segar dari atas tanah pesantren yang ku pijak. Seketika, udara malam yang menusuk rongga dadaku membangkitkan ingatanku tentang masa-masa indah di pesantren... Memori jangka panjangku tentang pesantren berputar kembali. Di mana 6 tahun lamanya pesantren membentukku menjadi seperti saat sekarang ini... Menjadi manusia yang kalian kenal, menjadi seorang Iqbal. Iqbal yang kalian kenal saat ini adalah manusia yang dibentuk oleh pesantren... akal budinya... perilaku... tata pikir... cara bicara.. dan keterampilan lain yang aku miliki adalah karena pesantren... Karena selama 6 tahun itu pendidikanku dipercayakan sepenuhnya pada pesantren.
Ya, aku adalah produk hasil "mesin" bernama pesantren...
***
Aku pernah membaca hadits yang menyebutkan bahwa ketika kita shalat witir, maka malaikat akan ikut bersama kita dalam shalat itu...
***
Hanya ada beberapa santri dan guru yang shalat subuh itu... Kira-kira hanya 2 shaf atau sekitar 30 orang... Selesai shalat subuh, aku menyapa ustad yang ku kenal, lalu menuju asrama masjid untuk menemui penghuninya dan meminta izin tuk istirahat di sana sebelum aku menghadiri perpisahan dan reuni hari ini...
Maka aku mulai mengobrol dengannya selesai shalat subuh itu... Aku masih ingat bahwa dulu aku pun pernah tinggal di asrama masjid ini selama 1 tahun bersama 3 orang temanku. Asrama masjid adalah asrama yang berada di dalam masjid, tepatnya adalah kamar yang berada di sebelah kiri dan kanan tempat imam shalat. Asrama ini jelas hanya diperuntukkan bagi santri yang oleh ustad dianggap layak untuk mengurus masjid... Dan adalah suatu anugerah dapat tinggal di asrama masjid ini...
Obrolan santai subuh itu, ternyata menjadi saat untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan yang menyenangkan. Satu per satu kawan-kawan Abizar yang lain datang dan ikut ngobrol bareng di kamar asrama yang tidak terlalu luas itu. Ini menjadi keadaan paling aku rindukan, karena hanya aku dapatkan di pesantren.
Sejak aku menjadi senior di pesantren dulu, kira-kira kelas 1 hingga 3 SMA, aku selalu mempunyai waktu luang bagi adik-adik kelasku untuk saling bertukar pikiran. Biasanya waktu itu adalah ketika selesai shalat berjamaah. Bahkan saking terlalu asyiknya ngobrol, ga jarang kita melewatkan waktu makan siang atau makan malam, atau terlambat masuk kelas ketika selesai shalat subuh dan selesai shalat ashar. Saat obrolan-obrolan santai itu... becanda... curhat... tanya pelajaran atau cuma ketawa bareng... menjadi hal paling mengesankan bagiku... aku selalu menanti saat seperti itu, yang sulit aku dapatkan di kampus atau tempat lain.
Obrolan subuh itu berakhir hingga pukul 9 pagi, dengan tentunya kita melewatkan waktu sarapan pagi di ruang makan..
Selesai mandi, aku bergegas menuju aula, di mana perpisahan adek kelasku berlangsung. Di aula juga pastinya sudah menunggu teman-teman lama, yang dulu kami belajar bersama di pesantren ini... Dan ya, satu per satu aku kembali dapat melihat wajah-wajah sahabat lamaku, aku menyapa mereka dan melepas kangen tentunya setelah lama tak bertemu, bahkan beberapanya belum pernah aku lihat selama kurang lebih 2 tahun sejak keluar dari pesantren.
“Bal!! Duh.. kangen yeuh... iraha maneh rek ka Pelabuhan ratu deui?? Ulin atuh... Indung urang nanyakeun tuh...”. Tegur Haris.
“Waduhh.. ris, 2 taun teu papanggih jeung maneh yeuh... hayu ah ulin deui”.
..................
Hm, senang rasanya dapat berkumpul kembali dengan teman lama...
Melihat wajah-wajah kami yang semakin menua...
Aku kenal dari wajah-wajah itu bahwa mereka pernah menjadi sangat dekat denganku...
Dan aku kenal dari suara-suara itu bahwa kita tetap dekat...
Selain bertemu dengan teman lama dan adik kelas, aku juga bertegur sapa dengan guru-guru yang hadir di pesantren saat itu.........
Oya, ini comment mereka tentang Iqbal setelah lama tak bertemu,
“Iqbal, koq makin kurus sih??” Nina dan Pak Soleh.
“Waduhh.. bos pelihara jenggot ya??” Jan jan.
“Wah.. beda ne ma yang tegak kalo jalan”. Rida
Dan comment lainnya...
-03.45 a.m-
Setelah cukup melepas kangen bersama semua orang yang ada di pesantren, sore itu selsai shalat ashar aku dan teman-teman lain yang berangkat dari Jakarta, akhirnya bersama-sama pulang kembali menuju Jakarta.
Satu per satu sahabat pergi...
Dan tak kan pernah kembali......
(Iwan Fals)
Akhirnya aku berpamitan pulang pada teman, adek kelas, ustad, pegawai pondok dan satpam tentunya...
----Sepanjang perjalanan pulang, aku kembali mengamati keadaan kota Garut, dan mengingat-ingat apa yang telah aku perbuat untuk Garut ketika itu...
Tak lebih dari sehari aku berada di Garut kali ini... Disayangkan memang...
Tapi aku cukup senang...
Biarlah... UAS pertama besok moga masih bisa aku isi lembar jawabnya..........
0 comments:
Posting Komentar