Duh! Rame nian orang yang nikah dan
pacaran.. Kalau masuk weekend, pasti ramai tu janur kuning terpasang di tiap
gang dan sudut-sudut jalan. Atau kalau bicara pacaran, ramai-ramai orang
mengganti status facebook menjadi in
relationship. Walah! Tapi coba kita pikir lebih jauh, tentang apa menikah
& berpacaran?
Pacaran
Apa asumsi yang digunakan untuk berpacaran? Mengapa
seseorang harus berpacaran? Tidak ada! Ya, seharusnya tidak ada alasan mengapa harus
berpacaran, karena itu tentang cinta. “Aku
mencintaimu karena aku mencintai, dan tidak ada alasan untuk mencintai”,
begitu kata Paulo Coelho. Tapi aku mendapati bahwa semuanya memiliki asumsi.
Pada banyak hal kita selalu memiliki alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Aku
akan cerita..
Aku pernah berpacaran untuk pertama kali,
tapi hanya bertahan 6 bulan. Tahu kenapa? Karena setidaknya ada dua pertanyaan
dalam catatan harian yang tak bisa aku jawab. 1. Sampai kapan kita berpacaran?
2. Apa tujuan kita berpacaran?
Dari pertanyaan itu maka aku mendapati dua
alasan mengapa orang berpacaran: pertama,
karena pemenuhan kebutuhan akan cinta, kedua,
ancang-ancang untuk menikah. Alasan pertama sering disebut sebagai pacaran
main-main. Aku suka kamu, begitu juga kamu suka aku, maka kita pacaran. Titik!
Sampai kapan? Engga tahu. Yang kedua, aku suka kamu, dan kamu suka aku. Kita
akan menikah pada satu waktu.
Selama pertanyaan itu tidak terjawab, maka
aku melihat pacaran hanya akan menjadi luapan emosi, ‘pemenuhan kebutuhan akan
cinta’. Aku lebih senang menjawabnya sebagai kondisi labil. “Ya kita jalani saja
pacaran ini,” mungkin itu kata paling pamungkas. Tapi percayalah, dengan alasan
‘jalani saja’, kapan pun dia bisa berhenti di tengah jalan. Jangankan itu,
alasan kedua pun sangat memungkinkan untuk putus. Sekalipun bertujuan untuk
menikah, selama tidak saling dewasa dalam menyelesaikan konflik dan sulit saling
menerima kekurangan, maka selamanya itu menjadi kendala.
Tapi okelah kita anggap setiap orang yang
pacaran punya asumsi. Lalu, apa makna yang didapat dari pacaran? Setidaknya aku
tahu untuk satu makna, “belajar saling menyesuaikan”. Aku ambil contoh, jika
saat pacaran kamu mudah marahan lalu sulit untuk ‘baikan’, maka percayalah itu
yang akan terjadi jika kamu menikah. Tidak sedikit mereka yang berpacaran tidak
mengalami pembelajaran, saat saling bermusuhan sulit untuk saling redam, dan
ujung-ujungnya putus karena masalah. Bayangkan jika itu terjadi setelah
menikah? Alamakjang! Mau cerai tiba-tiba? Itulah yang aku maksud pembelajaran.
Nah, sekarang. Bagi yang sudah pacaran,
semantap apapun menyebut kalian akan menikah, selama masih kekanak-kanakan dan
tidak saling belajar maka tak ada artinya. Apalagi bagi yang pacaran hanya
untuk ‘pemenuhan kebutuhan akan cinta’. Ckckck.
Lalu, apa alasanmu berpacaran?
Menikah
Untuk yang satu ini kita buat di tulisan berikutnya.. hehe
0 comments:
Posting Komentar