28 Mei 2007

"KNOWLEDGE, PIETY AND INTEGRITY SEBAGAI LANDASAN CULTURE UIN"

"KNOWLEDGE, PIETY AND INTEGRITY SEBAGAI LANDASAN CULTURE UIN"
Disampaikan oleh : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta)
Pada seminar Psikologi di Auditorium Utama
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah-Jakarta
[Knowledge]
Bangsa yang menang adalah bangsa yang memiliki devisa intelektual, tidak devisit.
Bangsa yang memiliki spirit, cinta, etos dan pengetahuan.
Seharusnya dosen bisa lebih giat belajarnya dari pada mahasiswanya.
karena, Siapa yang berhenti belajar, maka ia berhenti mengajar.
Persaingan semakin ketat zaman sekarang.
Pada mahasiswa, banyak mereka yang menjadi aktivis tapi kadang lupa dengan prestasinya.
Menjadi paling terdepan ketika berdemo, lantang menyuarakan pendapat-pendapatnya, tapi
tidak diimbangi dengan prestasi yang baik. boleh aktif, tapi jangan lupa prestasi belajar.
[Piety]
Yaitu kesalehan, ketakwaan dan kerendah hatian.
Menjadi pintar terkadang lupa diri, pintar harusnya dibarengi dengan pandai bersujud.
Masih terlalu banyak yang tidak kita ketahui tentang semesta ini.
Jangankan mengetahui isi semesta, mengetahui apa yang ada pada diri kita saja masih sedikit.
Terbukti, sampai saat ini saya belum pernah melihat keadaan mata saya sendiri, yang saya lihat hanya bayangan mata saya yang tampak pada cermin.
Sekarang terjadi kepintaran yang tampak tidak shaleh,
Kegiatan Ujian Nasional yang berlangsung di sekolah-sekolah, menjadi sedikit gambaran pendidikan yang tidak dibarengi pendidikan keshalehan. Pada soal-soal Ujian Nasional, para siswa bisa lebih bangga ketika mengerjakan soal-soal itu, karena mereka tidak perlu mengkhawatirkan jawaban dari soal yang sulit, karena guru-guru akan memberikan pada mereka "yang terbaik", Jawaban soal Ujian Nasional yang dibocorkan oleh guru menjadi pendidikan yang tidak tampak kesalehannya.
[Integrity]
Yaitu integritas, peran sosial atau kualitas diri, Keberadaan al-Qur'an sudah terlalu modern untuk zaman sekarang sebagai sumber pengetahuan. Semua ilmu yang dipelajari, telah disebutkan dalam al-Qur'an, sehingga orang tinggal mengkaji isi dari al-Qur'an itu.
Kita melihat, orang terbaik produk sarjana pertama didikan Rasulullah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan sahabat-sahabat Rasulullah lainnya.
Islam sebagai agama, mampu meng-Islamkan suatu budaya dari luar yang awalnya tidak bernilai Islami. Sebagai contoh kreasi budaya yang di-Islamkan yaitu 'Bedug'.
Bedug adalah budaya yang ada di negara Cinta dan Jepang, tetapi ketika masuk ke negara Indonesia, keberadaan bedug mampu di-Islamkan, yaitu sebagai pertanda adzan yang ada di masjid-masjid. Padahal di negara Islam sekalipun tidak ada bedug seperti itu.
Atau keberadaan kubah masjid, hampir seluruh masjid di Indonesia memiliki kubah, padahal kubah adalah budaya dari luar yang pada awalnya sama sekali tidak bersangkut-paut dengan Islam. Inilah salah satu pertanda kemajuan Islam, yaitu mampu meng-Islamkan kreasi-kreasi budaya luar.
Islam perlu pendekatan Psikologi dan Budaya.---
Notes: -Ini hanya ringkasan yang dapat saya tangkap dari hasil seminar bersama Bpk. Rektor
-Tema seminar ini menjadi ladasan UIN yang ramai diangkat ke permukaan sebagai
landasan UIN SYAHID JAKARTA

0 comments:

Diberdayakan oleh Blogger.