“Ancurnya 2a”, bukan judul yang bakal ngejelasin gimana kelas 2a bisa sampai mengalami kehancuran diakhir semester2nya, tapi tu judul adalah bagian dari acara yang diadain 2a Psikologi di Situ Gintung (Taman Wisata-red.) dengan nama “Ajang Curhat—ANCUR”. Nah, acara ini di ajuin sebagain temen-temen kelas 3 hari sebelumnya. Tepatnya selesai UAS terakhir di kampus (UAS B.Arab) hari Kamis, yang tujuan acara ini intinya untuk mempererat kekompakan ma silaturhmi...
Dimas ma Tariman yang jadi “executor” buat ni acara tanpa ada yang nunjuk seorangpun, karena memang gagasannya pertama kali dimuntahkan dari mulut mereka berdua. Tapi tetep dibawah kendali Km-nya so’ pasti... (Iqbal anu gantenk tea–red.). Acara ini diagendain bakal dimulai dari jam 11.00 – 16.00 WIB, (Waktu Insya 4JJI Berubah-red.) Tiap orang yang mau ikut, musti ngeluarin kocek sebesar 20 rebu rupiah, ini dialokasiin buat sewa tempat, makan siang ma snack2an (uler-uleran-red.).
------------- o0o ------------
-09.10 a.m.-
Tariman udah datang ke kosan, dia mulai tanya-tanya gimana baiknya untuk acara nanti siang, makan yang pas, format acara, ma yang laen-laennya.
“Ooh, untuk makan siangnya belum dipesen Man?” tanyaku.
“Itu gampang Bal, cuma untuk 20an orang sih bisa didadak, tapi yang gw belum pasti, makannya mau apaan neh?, mau ayam penyet yang pedes?, apa mau dari warung nasi yang biasa aja??”.tanyanya.
“Ya ntu mah terserah aja mau makan dengan apa juga. Kalo ayam yang lo bilang tadi, gimana gimana pedesnya? Kayaknya menu baru Man, tapi tetep bisa dimanisin kan biar kata pedes juga?”. Aku balik bertanya.
“Sebenernya itu sih ayam biasa aja, cuma pedesnya nampol loe... yaa tinggal manisin aja kalo lo mau manis, gw ngerti lo ga suka pedes koq,”. Hehehe...
“Ya udah baL, gw beli rujakan dulu ke Ciputat, baru baliknya gw pesen ayam penyetnya”. Tambahnya lagi.
“Ya dah, thx-thx banget neh Man, ntar gw bantu lo juga koq, kalo tugas ngolektifin hadis tmen-tmen sekarang dah selesai, ga lama.” Jelasku.
Tariman dengan sigap menuju pasar Ciputat dengan motor bebeknya, yang sepertinya sudah perlu sedikit modifikasi di beberapa bagian dari motornya. Sementara itu, karena saya ditugaskan untuk mengngolektifkan makalah-makalah hadis, jadi segera saya musti cepet mengumpulkannya menjadi satu dalam CD, makalah2 hadis yang tersebar di beberapa Flash Diask ma dikset itu jumlahnya 12 makalah.
-09.30 a.m.-
Tariman kembali lagi ke kosan dengan bawa satu plastik rujakan: nanas, mangga, bengkuang, jambu, dkk, juga bawa satu dus aqua yang baru dibeli.
“Bal ini rujakannya, Oya aquanya satu dus aja cukup kan?”.
“Cukup koq satu dus juga”. timpalku
“Terus, untuk ayam penyetnya belum buka Bal, ntar gw balik lagi deh untuk mesennya”. Jelas Tariman.
“Yah...gimana kalo ntar telat makan siangnya?”. Tanyaku sedikit khawatir.
“Sebentar lagi juga buka koq, tenang aja lah...”.
“Ya dah, tapi pastiin siang ini paling telat jam satu, makan siangnya udah bisa dibawa ke Situ Gintung, ok?”.
“Ok!! Oya gw cabut lagi neh, sambil liat ayam penyetnya, gw mau keliling nemuin tmen-tmen yang laen dulu”. Jelasnya, dan segera Ia mengambil kunci motornya kembali dan bergegas menuju motor andalannya.
“Ya udah, gw mu bungkus kado dulu, Thank’s ya”. Seruku mengakhiri obrolan.
***
Sejak berada satu kelas dengan Tariman, saya liat sosok seperti dirinya tampak biasa saja, bisa menutupi kelebihan dan kekurangan yang ada. Yang sangat menonjol dari seorang teman bernama Tariman, yaitu sifat aktif dan cepat merespon setiap urusan yang ada di kelas. Seperti mengambil absen dari ruang akademik sebelum saya mengambilnya, menyiapkan OHP pada setiap mata kuliah Bahasa Inggris II, atau sekedar sibuk menghubungi dosen jika dosen bagian mengajar telat atau sedang berhalangan hadir. Dalam hal ini Tariman bukan KM atau siapa pun di kelas, sama seperti yang lainnya...
Satu sisi saya merasa terbantu dengan keaktifannya di kelas, tapi sisi lain saya khawatir akan dianggap KM yang tidak bertanggung jawab dan lambat merespon setiap masalah di kelas jika keadaannya selalu seperti itu.
“Bal, Tariman emang udah jadi seksi sibuk dari waktu SMAnya”. Ayu menjelaskan itu kepada saya pada satu waktu perkuliahan, Ayu sendiri masih teman SMA Tariman.
***
-09.45 a.m.-
Saya mulai terburu-buru membungkus kado untuk acara kelas siang nanti. “Tukar Kado”, masih bagian dari serangkaian acara kelas di Situ Gintung selain “Ancur,-Ajang Curhat”. Setiap orang yang ikut ditugaskan membawa satu buah kado yang harus dibungkus dengan kertas koran, harga kado itu minimal Rp. 5.000.-
Bingung dengan isi kado apa yang bagus, unik dan menarik. Saya membuka lemari bagian atas saya, disitu hanya ada jajaran buku-buku bacaan, beberapa keping uang receh, dan yang lainnya. Jika salah satu buku itu saya jadikan kado, hmm... koleksi buku saya masih sangat2 minim, jadi ga mungkin kalo harus dengan buku. Lalu, saya mulai mencari-carinya di rak buku kuliah di kamar sebelah, disana hanya ada buku-buku yang terkait dengan pelajaran kuliah dan beberapa buku pedoman perkuliahan.
Tapi saya menemukan CD Harun Yahya yang baru saya beli pada akhir semester I, judulnya “Keajaiban Penciptaan Alam Raya”, sepertinya ini bagus juga untuk dibungkus jadi kado. Saya juga mengambil CD MP3 Al-Qur’an yang ada di dekat buku bacaan sebagai tambahannya.
Setelah semua isi kado siap, saya mulai membungkus dan menatanya dengan rapih, “Hmm...kado ini harus dibuat se-9hokiL mungkin!!” Gumamku. Bagian inti kado, hanya mainan kecil yang dimasukkan ke dalam bungkus korek api, yang dibungkus dengan 4 lapis koran. Lalu dimasukkan ke dalam bungkus “TRIKA” dan juga dilapis 4 lembar kertas koran. Seterusnya dimasukkan lagi ke dalam bungkus kalkulator dan terakhir dus TV Tunner. Setiap bungkus minimal dilapisi 4 – 6 lembar koran, dan setiap bagiannya diisi gift menarik atau makanan kecil. Kebayang banget gimana reaksi orang yang bakal dapet kado ini, karena bungkusannya yang berlapis-lapis. Hehe...
Selesai membungkus kado, Dimas datang.
“Allo Bal...”. sapa Dimas.
“Masuk mas, gw mandi dulu ya, lo tunggu di sini aja dulu, Tariman lagi pesen buat makan siangnya, bentar lagi juga balik ke sini.” Jelasku.
“Ok, tenang aja...Oya gw dah bawa sambel untuk rujakannya nih”. Serunya sambil menunjukkan bungkusan plastik hitam.
“Ok deh...siip!!”. jelasku mantap dan santai.
Ga butuh waktu lama untuk mandi, dan selesainya mandi, ternyata di kosan udah ada Tariman dan Dimas.
Setelah semuanya siap, kita berangkat menuju kampus. Di sana kita bakal nunggu temen-temen yang lain di depan kampus, untuk nantinya berangkat bareng ke Situ Gitung. Dan ternyata, di kampus udah ada Almira, Baiti ma Rahma. Ga lama setelah mereka, menyusul TRIO Jambi (Kori, Muti & Maihan –red.).
Sebagain telah berkumpul, maka diputuskan saya ikut dengan motor Dimas menuju lokasi terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang yang udah ada (1dus aqua, baskom dkk.). Menyusul juga Rahma yang ikut dengan motornya Tariman.
***
Lokasi Situ Gintung kurang lebih 500 meter dari kampus Sikologi, bahkan danaunya berada tepat di belakang kampus psikologi. Area Taman wisata situ gintung sangat luas, ada dua area yang dijadikan objek pengunjung, pertama areal rekreasi, yang biasanya sangat ramai dikunjungi orang-orang di waktu liburan. Fasilitasnya: kolam renang + water boom, restoran dan lainnya. Areal kedua ga jauh beda, terdapat banyak saung-saung dan tempat bermain, biasanya digunakan untuk perkemahan, outbound, flying fox, atau acara alam lainnya. Dan kita menyewa salah satu saung di areal yang kedua ini. Hal lain yang pastinya terkenal dari situ gintung ialah area danau yang sangat luas, biasanya danau ini dijadikan tempat rekreasi motor air, banana boot atau sekedar menaiki perahu mengitari perairan di taman wisata situ gintung.
-10.20 a.m.-
Saya, Tariman, Dimas ma Rahma tiba lebih dulu di Situ Gintung. Setelah Tariman cek in ma konfirmasi lebih lanjut ke pengurus Situ Gintung, dia bareng Dimas ke kampus lagi. Sementara saya tiba di saung yang telah kami sewa.
Tempatnya nyaman, danau berada tepat disamping saung panggung kami. Karena hari ini hari minggu, maka tempat wisata ini tampak sedikit lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Beberapa tenda tampak terlihat memenuhi area taman ini, sekelompok orang telah mengadakan training di sini rupanya, dengan menginap dan tinggal sesaat mungkin. Hampir semua orang di kelompok itu menggunakan kaos biru, sebuah spanduk terbentang di samping salah satu tenda yang berdiri, bertuliskan: “Latihan Dasar Kepemimpinan-Karang Taruna, Cibubur”. Jumlah mereka kira-kira 55 orang.
Sambil menunggu teman yang lain di saung ini, saya “membaca” lingkungan sekitar lagi, di area sebelah dari situ gintung ini, tampak sangat lebih ramai daripada area ini. Puluhan anak-anak sepertinya sedang mengikuti lomba atau permainan, teriakan pengasuh mereka terdengar jelas dari TOAnya yang diiringi dengan musik-musik pengiring. Di hampir seluruh saung di sana penuh dan sangat ramai oleh orang-orang dengan kesibukanya masing-masing.
***
Ga butuh waktu lama untuk nunggu yang lainnya datang, 3 orang tampak mulai memasuki taman, Almira, Baity dan Rahma, berikutnya Reza dan Obi, dan seterusnya menyusul. Mereka yang datang diantar dengan motor Tariman dan Dimas dari kampus, walau ada juga yang berjalan kaki.
-11.15 a.m.-
Seharusnya acaranya sudah bisa dimulai, tapi karena yang hadir belum lengkap semua berdasarkan nama-nama yang tertulis di lembar pendaftar, maka kita tunggu semuanya datang dulu. Sedangkan yang telah tiba di taman ini memilih untuk bermain ayun-ayunan, atau berjalan-jalan melihat pemandangan sekitar, dan bermain catur di saung seperti Reza ma Obi.
“Bal, lo gantian neh yang anter-anterin bocah dari kampus kesini, gw nunggu di sini gantian”. Seru Dimas sambil menyerahkan kunci motornya.
“Ya dah biar gw anterin yang belum dateng, tinggal anak ASPI kan?”. tanyaku
“Ya kayaknya, bareng aja tu ma si Tariman, dia nunggu di tempat perkir”. Jelasnya lagi terlihat sedikit kelelahan.
“Oke!!”.
Dan sampainya dipintu keluar Situ Gintung, Tariman emang udah nunggu disitu. Tanpa banyak diskusi lagi, kita langsung tancep gas menuju kampus.
“Bal, kita ngambil makan siang aja dulu, ntar yang belum dateng suruh jalan aja...”. seru Tariman sambil memperlambat laju motornya.
“Emang udah bisa diambil tuh makan siangnya?”. Tanyaku menyesuaikan kecepatan motor.
“Udah!! Ga lama koq buatnya juga, duitnya juga udah gw bayarin”. Jelasnya lagi
“Ya udah kita ambil aja dulu ayam penyetnya kalo kayak gitu”.
Seruku mengakhiri sambil mempercepat laju motor kembali.
Di tengah jalan, kita bertemu dengan cewe’2 ASPI yang lagi jalan menuju kampus, Susi, Hasna, Sarah ma Desi. Otomatis kita berhenti dan menemui mereka dulu. Dengan sedikit “negosiasi”, akhirnya Hasna ikut dengan motor yang saya bawa, dan Desi ikut ke motornya Tariman. Mereka bakal bantu saya ma Tariman tuk bawa bungkusan-bungkusan makan siang, karena jumlahnya ga sedikit untuk dibawa oleh 2 orang sekaligus. Sementara itu, Susi ma sarah nunggu di warung depan kampus.
Tiba di tempat pesenan ayam penyet.
“Oo..ini yang namanya ayam penyet, banyak amat sambelnya?”. Seruku terheran-heran.
“Ye norak baru nemuin ginian”. Timpal Tariman.
“Ya iyalah...secara bukan kayak gini yang biasa gw makan Man, Oya Man mintain kecapnya yang cukup ke si Ibu”. Pintaku
Ibu penjual ayam penyet yang dibantu beberapa ‘asisten’nya, menuangkan sedikit kecap ke dalam plastik putih.
“Cukup segini?”. Tanyanya sambil menunjukkan kecap dalam plastik yang siap diikat.
“Agak banyakan aja Bu, takut yang laen juga mau kecapnya”. Jelas Tariman.
Setelah semua box makan siangnya selesai terbungkus, kami langsung membawanya dengan hati-hati menuju situ gintung.
-11.40 a.m.-
Tampaknya semua yang akan ikut acara ini sudah berkumpul semua di saung yang diberi label “Psikologi 2A” oleh pemilik taman wisata ini, semua barang di saung itu dirapihkan, kado-kado dijajarkan di samping, bungkusan nasi diletakkan dibelakang. Sementara itu, beberapa teman-teman masih asyik mengobrol dan yang sedari tadi main catur, makin serius memperhatikan pion-pion mereka. Sambil bercanda-tawa, mereka menyantap kripik singkong dan capilanox yang telah dibuka beberapa bungkus.
Setelah sedikit menenangkan diri dan membereskan tempat, Nisa kirim sms,
Ass, Halo KM..lagi ngpain neh? Makan2 ya? Bagi2 donk!! Hehe
Gimana acaranya,rame ga? Salam ya buat semuanya ^_^
Segera saya balas sms itu, dan tiba-tiba adzan dzuhur terdengar berkumandang dari sebrang danau.
Allaahu Akbar Allaahu Akbar... Allaahu Akbar Allaahu Akbar...
***
“Kita shalat dzuhur dulu, acara baru kita mulai selesai semua shalat dzuhur”. Terangku kepada semuanya.
“BaL...Laper nehh, makan dong!!”. Timpal Lia.
“Ye, shalat dulu”.
-12.15 p.m.-
Hampir semuanya telah melaksanakan shalat dzuhur, tiba-tiba Jauhar telfon, dia minta dijemput di depan Situ Gintung. Dan seperti yang diduga, Jauhar nunggu ga sendiri, tapi bareng sol-metznya, 3ga. Segera saya menemui mereka
“Bal acaranya udah dimulai yah?”. Tanya Ega.
“Hmm..udah mau selesai lagi 9a!!”. Gurauku.
“Iqbal bete amat mukanya, sorry deh Bal kalo kita telat”. Jelas Mega.
“Engga koq belum dimulai, lagi pada shalat dzuhur tuh”. Jelasku.
***
Karena nambah peserta Mega dan Jauhar, berarti nasinya kurang dua box, Tariman dengan cekatan membeli dua bungkus lagi. Sambil menunggu Tariman, saya dan yang lain menyusun kado-kado, lalu memberi nomor pada setiap bungkusannya untuk nanti diacak pengambilannya berdasarkan nomor yang dipegang.
-12.30 p.m.-
Tariman belum juga datang, sementara itu acara kelas siang ini segera dimulai, Dimas yang jadi MC. Setelah acara dibuka, selanjutnya lantunan ayat suci al-Qur’an dibacakan Ade, dan terakhir sambutan, hanya KM yang memberikan sambutan atas nama kelas. Dalam sambutan itu, saya mengucapkan terima kasih untuk semua yang hadir dan terutama untuk orang-orang yang menjadi pelaksana acara siang ini.
Di akhir acara pembukaan, Tariman datang dengan membawa dua box nasi dan satu dus lagi aqua gelas.
“Karena acara pembukaannya udahan dan dua bungkus nasi yang nyusul udah dateng, kita langsung menuju ke acara inti dari semua acara yang paling inti, yaitu makan!! Hehe..”, jelas Dimas sedikit bergurau.
Box nasi yang isinya ayam penyet pun dibagikan, dengan berbagai ekspresi yang berbeda ditunjukkan temn2 waktu liat isi box nasi itu.
Wahh...gila sambelnya neh...
Maka canda tawa disela makan meramaikan acara makan siang psikologi 2a ini, sementara riak air danau membuat suasana kebersamaan ini makin hangat.
“Ya Allah...biarkan kami terus bersama, jangan kau putuskan hubungan kami...maka adanya kebersamaan ini adalah syukur kami untuk saling berbagi...”
***
“Uuhh...bener2 sambelnya nehh”. Seru Korri.
“Dasar orang Sumatera, dah biasa pedes kalee”. Timpal yang lain.
-01.15 p.m.-
Setelah makan siang berakhir, kita bersiap untuk game kecil yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Reza, Obi ma Tariman. “Spider wave” nama gamenya, berupa tali yang dikaitkan di antara dua pohon yang berdekatan. Setiap peserta game diperintahkan untuk melewati lubang antara jaring-jaring itu tanpa menyentuh jaringnya, dan siapa yang menyentuh jaringnya, dia yang kalah.
Yang menjadi peserta adalah 4 pemain yang dipilih dari cowo ma cewe’nya. Sepuluh satu cara dicoba untuk melewati jaring-jaring itu, Nadia mencoba melewati jaring-jaring paling samping, dan ternyata berhasil. Tak mau kalah, Susi mencoba melompat dengan ancang-acangnya, tapi naas, kakinya tersangkut jaring paling bawah, dan Bruughh!!! Badannya terbanting ke tanah dengan cepat dan cukup keras, dan adegan itu terekam kamera digital Eza.
Ide lainnya diujicobakan cewe’2 lagi, 4 orang menggotong badan Sarah yang kecil, dan mengangkatnya untuk melewati jaring-jaring itu, cara ini ternyata cukup efektif dan terbukti berhasil. Sedangkan yang cowo’nya cukup dengan dua cara, melewati jaring yang paling samping dan kedua mengangkat orang yang dianggap enteng, Obi ma Eza, sama seperti caranya Sarah tadi.
Lagi-lagi di setiap bagian acara, kami semua terbahak-bahak, larut dengan guyonan dan tingkah-tingkah lucu. Selalu ada ruang untuk tertawa dan ceria, dan memang itu yang harus ada.
-02.10 p.m.-
Selesai bermain game, beberapa di antara kita berinsiatif untuk menaiki perahu motor dan berkeliling danau selama 30 menit.
“Naek perahu itu yuuk?”. Seru Nadia.
“Ya udah, naek aja.. itu muat untuk 8 orang, bayarnya 30 rebu, ntar yang laennya gantian”. Jawab Tariman.
Sementara sebagian mengelilingi danau dengan perahu motor, Obi ma Eza melanjutkan permainan caturnya, Boy ma Ega mulai jalan-jalan mengitari area taman, sementara saya bareng TRIO Jambi mempersiapkan untuk rujakan, itu didahului dengan memotong buah-buahan yang ada di plastik.
“Pak KM ada lagi ga pisaunya?”. Tanya Korri.
“Ga ada, gw lupa bawanya cuma satu doang”. Jawabku.
Muti terlihat cukup serius mengupas kulit mangganya, selesai muti menggunakan pisaunya, mulai bergantian dengan yang lain. Malah sempat ‘ribut’ karena kita berebut pisau yang hanya ada satu untuk mengupas buah yang cukup banyak.
***
“Bal, siapa yang bawa TKW nih??!”. Tanya Obi sambil nunjuk Almira ma Baiti yang mulai terlelap tidur di saung itu.
“Tau tu siapa yang bawa TKW, hehe...”. Jawabku yang disusul dengan gurau tawa semua yang ada di situ. Lagi-lagi kita terbahak-bahak.^^
-02.40 p.m.-
Semuanya telah berkumpul ke saung lagi, dan acara berikutnya akan segera dimulai. Tapi Ega ma Boy belum juga keliat batang hidungnya.
“Mut ada pulsa kan?, gw pinjem dong hp u tuk sms Mega”. Seruku
“Nih, pake aja...”. Jawabnya sambil menyerahkan Hpnya.
Smsnya yang saya tulis tuk Mega simple, cuma minta mereka tuk segera kumpul lagi...
“Gw ga ngerti ma bocah berdua itu, mau ikut acara tapi keluyuran ga fokus di acara, mana telat lagi!!!”. Saya mulai kurang bersimpati dengan orang seperti Ega ma Boy.
-02.48 p.m.-
Kembali kita duduk melingkar di saung itu.
“Ok semuanya udah kumpul, kita masuk acara baru lagi, namanya ANCUR, Ajang Curhat maksudnya”. Jelas Dimas membuka acara.
“Formatnya gini, setiap orang musti ngomong tentang apa aja yang ada di kelas selama setahun terakhir ini, kalo ada yang ga disuka atau ada yang pengen diomongin, omongin aja, kita semua terima dan bakal denger itu. Ini forum terbuka.... Dimulai dari sebelah gw dulu, Jauhar”. Jelasku menyambung ucapan Dimas, sambil mempersilahkan Jauhar bicara.
***
Semua yang ikut di ajang curhat ini antusias dan sangat serius memperhatikan setiap orang yang bicara dan mengungkapkan apa yang kayaknya udah lama dipendem mereka.
“Gw ngerasa yang kurang dari kelas kita itu kekompakannya, ga kayak kelas lain. Seperti terbentuk kelompok-kelompok tertentu, “geng-geng” yang ada”. Jelas Jauhar mengawali ANCUR.
“Gw pengen ngasih saran buat Mega ma Boy, hati-hati kalo pacaran, jangan sampe dipandang jelek ma orang lain”. Jelas Dimas.
“Buat KM nih, katanya mau buat PJ, terus JARKOM, tapi koq ga jadi?! Itu pernah kita bicarain sebelumnya waktu kumpul buka bareng. Harusnya setiap mata kuliah ada PJnya kan!! Gimana KM? Koq ga jadi!!”. Jelas Tariman serius.
“Aku sering kesel ma 3 orang, waktu Aku lagi serius, tapi diajak becanda... Dimas, Adam ma Sunu. Ngapain coba becanda terus?!”. Terang Muti.
“Gw pengen kasih komentar buat Tariman. Man, lo udah kerja banyak buat kelas, gw salut lo bisa aktif di kelas, tapi jangan berlebihan lah... Terus KM juga harus tanggung jawab dengan tugasnya, jangan males karen ada yang bantu”. Terang Susi.
“Gw pengen nanggepin ma komentarin apa yang ganjil di kelas. Pertama, gw ngerasa gw ga bisa jadi KM yang baik, walau gw ngerasa udah dengan semaksimal mungkin ngasih yang bisa gw lakuin tuk kelas, tetep aja jelek. Di acara ini gw minta maaf ma makasih yang dah banyak bantu gw selama jadi KM. Tahun depan pasti lebih baik lagi dengan orang yang berbeda”. Terang saya sejujur mungkin dan dengan rasa menyesal.
“Buat Mega ma Boy, satu pesen gw... Jaga Iman ma Islamnya, itu aja. Gw takut... serius, gw takut, takut.. takut aja!! Terlebih kalo sampe nama kelas tercoret atau jelek, gw ga bakal tinggal diem. Maaf ma Makasih”. Sambungku dengan nada bicara yang banyak tersendat dan terdengar tegas dengan kepala tertunduk, sedangkan saya lihat puluhan pasang mata serius memperhatikan.
“Iqbal liatnya ke kita dong”. Seru Mega menenangkan.
Walau tampak serius, guyonan teman2 selalu hadir di tengah-tengah pembicaraan itu. Sesekali mereka diam, tapi sesekali juga mereka tertawa riang. Bahkan ada yang sampai tak tahan lagi untuk mengeluarkan air matanya ketika berbicara.
Di tengah-tengah obrolan itu, adzan ashar terdengar. Untuk sesaat obrolan dihentikan dan mendengarkan kumandang adzan ashar terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan lagi hingga semuanya kebagian satu persatu.
Semuanya tampak larut dalam keseriusan curahatan masing-masing. Dari semua yang diungkap, mereka udah bicara cukup jujur dan mau terbuka dengan masalah-masalah yang ada. Sedangkan masalah yang diangkat kepermukaan beragam, dari mulai KM yang kinerjanya buruk, pacaran yang kurang sehat di kampus, orang-orang yang egois dan sombong dalam bergaul, atau orang-orang yang disebut sebagai kutu buku oleh Korri. Dan semuanya bisa ngukur diri di sini.
“Ok, makasih banget untuk curhatan2nya ma obrolannya tadi, kita terima dengan lapang dada dan moga yang kurang2nya bisa dirubah ditahun depan tuk jadi lebih baik lagi, amien... Sekarang udah ashar, jadi kita shalat dulu, baru kemudian dilanjutkan dengan acara selanjutnya”. Jelasku mengakhiri agenda ANCUR.
-03.50 p.m.-
Kita shalat ashar berjamaah di mushala kecil samping saung yang kita tempati, dan saya yang mengimami shalat ashar sore itu. Beberapa tmen lain masih berada di saung, kebanyakan cwe yang nunggu untuk meminjam mukena karena mereka tidak sempat membawanya.
-04.15 p.m.-
Semuanya telah selesai shalat ashar dan berkumpul lagi di saung.
“Sekarang, biar kita terlihat kompak, ga ada “geng-gengan” lagi, kita makan rujak bareng”. Terang Dimas.
***
Rujak itu cuma ada di satu wadah, jadi musti bareng2 makannya. Terlihat Kadek berada di garda paling depan untuk membantai rujak, dan yang lainnya saling berempug mengelilingi wadah yang berukuran sedang itu. Sementara saya memisahkan rujak itu di atas kertas, dan sambalnya di aqua gelas yang sudah dipotong terlebih dahulu, lalu mulailah ikut membantai rujak, bareng Muti, Kori ma Ega.
“Mas, sambelnya enak, siapa yang bikin?”. Tanya saya ke Dimas.
“Kakak gw yang bikin tu...”. Jawabnya.
Rujak Party ga kalah seru dengan acara sebelumnya, walau ada beberapa yang “Pobia Rujak” seperti Lia.
-04.20 p.m.-
“Oke, makan rujaknya udah selesai, sekarang kita ke acara “Tuker Kado”. Masing-masing ngambil nomor yang ditulis di kertas, terus ambil kado yang cocok dengan nomor yang dipegang”. Terang Tariman.
Saya dapat nomor 9. Ya! Nomor 9, bungkusannya sangat minimalis sehingga saya sulit menebak apa isinya. TRIO Jambi melihat saya memegang kado bernomor 9, mereka tertawa-tawa ga jelas. Hmm...kayaknya ni kado punya salah satu dari TRIO Jambi.
Semua udah dapat kadonya masing-masing, hanya Boy, Obi ma Eza yang ga dapet, mereka lupa untuk bawa kado. Dengan kado di tangan masing-masing, semuanya duduk melingkar lagi seperti sebelumnya.
“Ok, sekrang kita buka bareng-bareng isi kadonya”. Seru Tariman.
Waah....paan neH?! Yee..gw dapet....
Tiba-tiba ada yang berteriak, terbahak-bahak, dan senyum-senyum kecil ketika bungkusan kado mereka dibuka.
Bungkusan kado nomor 9 yang saya pegang berukuran kurang lebih 15cm dengan lebar kira-kira tidak mencapai setengah cm, dibungkus kuat dengan slatip. Setelah terbuka, ternyata isinya selembar kertas bertuliskan:
“Selamat Anda beruntung, Anda mendapatkan pulsa senilai 10rb, untuk lebih jelasnya segera hubungi Maihan”.
Hmm, ternyata bungkusannya Maihan.
Sementara itu, Hasna masih geleng-geleng kepala melihat apa yang didapet dari bungkusan kadonya, sebuah celana pendek bermotifkan tengkorak!! Pasnya celana itu untuk lelaki tentunya. Berkat kesepakatan, celana itu ditukar dengan isi kado punya Adam, tipex.
Isi kado sangat beragam, dari mulai souvenir2 menarik, jam weker, gantungan, sampai buku berjudul paradoks.
Setelah hampir semuanya selesai membuka kado, tinggal Tariman yang masih kepayahan mendapat kado cukup besar dengan bungkusan koran paling banyak. Rupanya Tariman yang beruntung dapet kado saya.
“Berjuanglah Tariman, ca’yo...”. Seruku disampingnya.
“Apaan nih isinya, bener2 ngerjain ngasih kadonya”.
Yang lain ikut tertawa juga melihat Tariman yang paling akhir sibuk membongkar isi kado.
Setelah 4 dus pembungkus dan belasan lapis koran terbongkar, akhirnya ia menemukan substansi kado itu. Mainan Dragon Ball yang di masukkan dalam bungkusan korek api. Hehe...
-04.40 p.m.-
“Semua acara udah selesai, sekarang penutupan, do’a dan bermusafahah”. Jelas Dimas.
Ade yang diawal acara membacakan ayat suci al-Qur’an, sekarang diakhir dia bertugas membacakan do’a. Dan akhirnya semuanya ‘bersalaman’, saling meminta maaf dan mengucapkan terima kasih.
Setelah semuanya benar-benar berakhir, kita sempatkan dulu berfoto-foto. Yang menjadi latar dari foto itu saung panggung ma danau disamping.
Beberapa tampak meninggalkan Situ Gintung lebih dahulu setelah ikut foto bersama, sedangkan saya ma cowo’ yang laen, asyik bermain-main di pinggiran danau, duduk-duduk di rakit, berdiri di batang pohon besar yang terapung di danau dan bergurau ria. Momen ini pun diabadikan temn2 yang membawa kamera, dengan kamera digital, atau sekedar dokumentasi pribadi dengan kamera/video HP.
Setelah puas, kita bersiap meninggalkan Situ Gintung, peralatan-peralatan yang dibawa dari tempat masing2, diambil kembali dan dipastikan semuanya tidak ada yang tertinggal.
***
“Muti, gw mau kasih kado buat u neh...”. seruku sambil berpura-pura membuka tas.
“Apaan?”. Jawabnya santai penuh penasaran.
“Ini...”, (saya kasih muti keong kecil)
AAAAAAHHHH..!!!!!!
Kontan Muti teriak dan sedikit berlari.
“Iihhh...paan sih?!”. Tanyanya.
“Koq ga nangis Mut? Nangis dong, hehe... becanda!!”. Seruku sambil menghampiri Muti.
“Ga dong... kan tadi udah, jadi agak kebalan”. Jelasnya lagi, kembali seperti biasa.
“Yah...ga jadi deh ngeliat Muti nangis, hehe..”. seruku.
Saya tau betul kalo muti pobia bekicot dari sejak lama, hewan jenis moluska tepatnya. Makanya dia ga bisa banyak bertingkah kalo ada hewan sejenis moluska itu. Di awal sebelum acara ini dimulai, Adam juga sama bertingkah jailnya, dia ngasih muti keong dari pinggiran danau. Nah, waktu yang Adam ini, muti sampe nangis-nangis liat bekicot yang Adam kasih. Duh, muti..muti...
***
Satu persatu sahabat pergi...
Liriknya Bang Iwan itu pas untuk ngejelasin acara yang udah berakhir ini. Setelah keluar dari Situ Gintung, tinggal tersisa Saya, Muti, Desi ma Susi yang musti jalan kaki untuk pulangnya.
Sambil berjalan pulang itu, kita bergurau lagi, larut dengan obrolan-obrolan kecil yang ga pernah habis tuk diceritain..
***
Terik siang akan segera berganti dengan pekat malam... Suara alam mendendangkan pergantian waktu dengan cepat... Hingga langkah pulang kaki kami akan segera beranjak meninabobokan kelelahan...
WHAT A WONDERFUL DAY!!^^
0 comments:
Posting Komentar