16 Februari 2008

Psychology edition:
“AKU YANG AKBAR”
by: Muhammad Iqbal-

Kamu masih ingat dengan filsafatnya Iqbal tentang “Aku Yang Akbar”?!! Ya, pasti masih ingat tentunya.. Itu tentang Ego (manusia) yang berusaha untuk “menjadi” sesuatu, yang kemudian ada istilah ‘Tuhan besar’ (Allah) dan ‘tuhan kecil’ (manusia). Dengan singkat asumsi dasarnya bahwa manusia adalah sempurna dalam penciptaan dan kemampuan manusia mengelola dan menguasai alam.

Tapi sebenernya yang bakal dibahas di sini bukan “Aku Yang Akbar”-nya sang filsuf Pakistan, tapi ini tentang kecenderungan manusia yang selalu “Ingin Tampak Besar”. Jadi bukan pada “keinginan untuk menjadi”...

Disadari atau tidak kita memiliki ego untuk selalu terlihat besar atau lebih di hadapan orang lain...??! Ya, karena kita tahu bahwa orang yang besar atau memiliki kelebihan akan lebih disegani dan dihormati ketimbang manusia kecil dan bahkan mereka yang tak mampu berbuat banyak dengan kelebihan yang dimiliki. Kesadaran seseorang ketika dirinya berada pada keadaan ingin dianggap besar atau tidak, hanya berbeda pada intensitas dan kapasitas masing-masing. Ada yang memang ingin selalu dianggap lebih setiap saat, tapi ada juga yang lebih mampu menutupi egonya, (lebih tepatnya id bukan ego—dalam istilah psikologi).

Tapi istilah yang muncul kemudian dalam hal ini adalah “orang yang sombong” dan “orang yang rendah hati” (jika sombong masih diartikan sebagai keinginan untuk selalu tampak lebih). Masih sulit tampaknya menemukan orang yang jujur dengan keadaannya, rendah diri, menerima kekurangan dan tidak merasa lebih di tengah keterbatasan. Orang kaya nyaris sombong dengan kekayaannya dan orang miskin sombong dengan kemiskinannya...

Kamu tahu penyakit selanjutnya yang muncul jika manusia selalu ingin tampak lebih ketika mereka berada pada keterbatasan ataupun mereka yang memang benar-benar memiliki kelebihan?? Penyakit yang akan muncul selanjutnya adalah kesombongan yang sesungguhnya, karena kesombongan telah diartikan sebagai kecenderungan merendahkan orang lain.. Na’udzubillah...

Masih banyak lagi sebetulnya penyakit-penyakit lain yang mudah menjangkit orang-orang besar atau orang-orang yang ingin terlihat besar. Misalnya yang sudah menjadi tabiat manusia sekarang, yaitu ketika seseorang telah menjadi besar dengan suatu kedudukan, kekayaan, atau apapun itu yang materiil, maka ia akan sulit untuk merasakan kembali posisinya ketika ia kecil atau susah. Kita bisa ambil contoh dengan membaca orang-orang kaya negeri ini, mereka yang sehari-hari biasa menggunakan Mercedes Benz atau Helimousin untuk sarana transportasi, kemudian suatu waktu harus bertransportasi menggunakan angkutan umum yang super-lemot & penuh polusi, maka akan terlalu sulit bagi mereka menerima itu, dan gengsi adalah pertimbangan paling utama. Atau contoh lain, ibu-ibu yang selalu membeli sayur di superMall sekaliber BSM atau Carrefour, jika mereka diminta untuk membelinya dipasar tradisional seperti pasar ciputat, maka perasaan jijik dan norak akan mereka pertimbangkan terlebih dulu ketimbang makan siangnya. Terlebih kaum hawa dianggap memiliki gengsi lebih tinggi dibandingkan kaum adam.

Jika hal ini terus berlanjut, maka kesenjangan sosial makin menjadi-jadi di bumi nusantara. Ahmadinejad, seorang presiden paling arif yang pernah ku kenal saat ini pernah berujar, “Belum disebut orang baik jika kita belum bisa merasakan keadaan rakyat kecil”. Bahkan Rasulullah dalam banyak sabdanya telah memperingatkan manusia tentang bahaya kesombongan dan sikap ingin terlihat lebih tersebut.

Kawan, sepertinya akan ada istilah psikologi baru bagi orang-orang yang selalu ingin dianggap besar di hadapan orang lain, atau mereka yang besar dan sulit menerima yang kecil. Mungkin sejenis sindrom baru, dan sindrom-sindrom lainnya akan terus bermunculan seiring perkembangan zaman yang membesarkan manusia...

Rupanya mereka yang besar tidak menyadari adanya Dzat Yang Maha Besar. Dan besar di mata manusia tidak lebih mulia daripada besar di mata Allah.

Semoga hidayah dan petunjuk Allah senantiasa menyertai kita. Amien...

wallahu ‘alam..

0 comments:

Diberdayakan oleh Blogger.