19 Juni 2011

Bangsatisme (I)


(Mari kita kita berbicara tentang bagaimana kita menjadi bagian dari sebuah skenario kehidupan seorang Bangsat)
.
08:03 am
Ini bagian dari catatan harianku.
Semalam aku baru saja kehilangan laptop! Ya, kurang dari 5 jam yang lalu, kira-kira pukul 3 dini hari. Dan seperti biasa aku tidak ingin kehilangan momentum untuk menuliskannya. (Ini laptop kedua yang hilang).
.
Malam tadi aku menginap di kosan teman, ini karena aku bisa berdikusi banyak dengan kawan2 disini seperti yang biasa kita lakukan saat 3 tahun sebelumnya tinggal satu kos. Aku tidur jam 12, tentu setelah melanjutkan tulisan tentang gagasan besarku di laptop. Semula aku ingin begadang seperti malam-malam sebelumnya, namun karena mengantuk dan mungkin lelah karena sorenya baru tiba dari Serang mengendarai motor ke Ciputat.

Aku tidur di kamar depan dengan kondisi laptop sudah off namun masih dicas, diletakkan tepat di sampingku. Tiba-tiba jam 3 aku terbangun karena ada suara berisik. Sontak aku terkejut karena dari balik jendela seseorang sedang mengangkat laptopku untuk ia keluaran dari jendela!! Setengah tak sadar aku tahan laptop itu ke tembok yang belum sepenuhnya ia keluarkan dari jendela. “Woii Maliinngg..!!!!” Aku berteriak sambil mempertahankan laptop. Tapi tentu aku tidak sekuat maling itu karena aku baru saja bangun. Dengan sekuat tenaga maling itu berhasil menarik laptop itu keluar dari jendela yang bertralis.
.
Karena gagal mempertahankan laptop, aku segera bangun dan membuka pintu. Sayangnya pintu kamar sulit sekali dibuka, “Behh, ini gimana buka pintunya.!!!” Aku berteriak membangunkan temanku yang tidur di kamar belakang, dan tentu karena panik luar biasa ingin segera menangkap maling!! Setelah pintu terbuka, dengan kondisi yang masih linglung karena baru bangun, sekuat tenaga aku berlari mengejar maling itu sendiri, “Maliingg…!!!” Tapi aku kehilangan jejaknya karena lama saat membuka pintu tadi, namun kemudian dengan segera aku melihatnya berlari cepat ke arah komplek dan berbelok ke kiri. Aku sempatkan ambil batu cukup besar dan mengejarnya.. “Woii maliingg!!!” Sampai di jalan besar ia menghilang, aku melihat ke kiri dan kanan, tapi ia sudah tidak tampak. Seorang bapak tertidur di depan warung, dan aku membangunkannya, “Pak. Bangun, ada maling!!” “Dimana?” “Barusan lewat sini!” (Rupanya dia seorang satpam!). “Dia lari ke arah sini, jaraknya waktu saya kejar ga jauh, tapi ga ada.. Atau kayaknya dia sembunyi di sekitar situ..” aku menunjuk jalan sebelumnya yang aku lalui. Bersama satpam tersebut aku berjalan ke jalan tidak jauh dari yang aku lalui sebelumnya. “Woii.. dimana lu!!! Gw santet lu..!!!!” Teriakku. (Tentu ini hanya menggertak, aku tidak mungkin menurkankan aqidah karena dendam pada maling).
.
Satpam tersebut memanggil temannya yang juga seorang satpam yang sedang menjaga sebuah rumah. Sambil menyisir jalan, aku menceritakan bagaimana kronologisnya pada kedua satpam tersebut. Namun 10 menit menyisiri jalan, maling itu tidak juga tampak. “Pak, tunggu di sini, saya ke kosan lagi mu panggil temen!”. Tiba-tiba aku rasakan kaki kiriku sangat sakit… Dan rupanya ada kulit di telapak kakiku yang terkelupas, mungkin karena tadi berlarian di jalan berbatu tanpa alas kaki saat mengejar maling.
.
Sampai kosan, “Ada apa beh?” ujar temanku. “O my God! Itu liat beh, tinggal casannya, laptop gw barusan dicuri!” aku pikir dia membantuku mengejar maling, rupanya dia ga ‘ngeh kalau kawannya ini baru saja mengejar maling. “Ayo beh ikut gw kesana, ada satpam disana..” ajakku. “O, pantesan ada garpu di sini.” Ia menunjukkan sebuah garpu besi yang biasa digunakan untuk membersihkan selokan, rupanya itu yang digunakan si maling untuk mengangkat laptopku keluar jendela.. “Bangunin kosan samping dulu beh..” saran kawanku. “Nanti aja, ga banyak bantu karena malingnya juga dah kabur.” Tapi akhirnya aku setuju untuk membangunkan kosan samping yang juga kawanku di IMM. Tapi kosan samping ga bangun, akhirnya ia membangunkan penjaga kosan yang tinggal di kamar ujung. Dan penghuni kamar lain pun terbangun, 3 orang.. “O, ya tadi saya denger ada yang teriak malingg, tapi saya diem di kamar!”. Ujar penguni kosan sebelah yang terbangun.
.
Bersama penjaga kosan itu, aku dan kawanku obi, kembali menemui satpam yang berada di tempat terakhir aku melihat maling itu lari.. Dan akhirnya kami bertiga melanjutkan penyisiran, tapi tidak menemukan apapun. Bahkan aku cari di tempat gelap sekitar situ, mungkin saja dia sembunyi. Sepenglihatanku maling itu dua orang, tapi aku hanya melihat satu saat mengejarnya. Kami menyisir lokasi sampai memutari komplek, tapi hasilnya nihil. Saat tiba di kosan, penjaga kosan mendapati dua sandal jepit di depan kosanku. “Ini sandal siapa?” tanya penjaga kosan. “O, mungkin itu sandal malingnya mas.. Berarti betul mereka dua orang!” Ujarku.
.
Penjaga kosan menelepon komandan satpam, dan kami temui ia bersama rekannya sesama satpam yang sebelumnya aku temui. Terjadi perbincangan, tapi aku pikir sia-sia jika hanya saling menyalahkan dan post factum (menyatakan benar setelah kejadian; aku punya firasat bakal ada kemalingan, dll)
.
Di kosan, aku tenangkan diri, karena cukup melelahkan mengejar maling seorang diri saat baru saja terbangun. Lalu aku menghubungi seseorang untuk aku kabari bahwa laptopku baru saja dicuri. Sambil membersihkan luka dari kulit yang terkelupas di telapak kaki, aku menceritakan kejadiannya pada orang yang aku kabari tersebut.
.
Bangsatisme!
Paham kebangsatan.. Aku mengenali wajah orang yang mencuri laptopku, karena aku memergokinya dan sempat aku pertahankan laptop itu sebelum akhirnya ia berhasil menariknya keluar dari jendela bertralis kamar kosan. Usai lelah mengejar maling, yang aku pikirkan hanya dua hal; Data di laptop dan kesan dari orang tua! Data d laptop yang paling berharga adalah folder “PROJECT”, berisi draft novel yang sudah aku kerjakan mulai 2007 dan sudah rampung 3 Bab (50 halaman), catatan harian, dan naskah-nasah yang ingin aku buat menjadi buku, serta folder “SKRIPSI”. Selebihnya adalah digital library yang baru aku buat sehari sebelum kehilangan (175 e-book karya tokoh2 psikologi), dan tentu saja 110 dokumentasi foto & video serta data-data lain (tulisan2 yang pernah aku buat).
Untuk data di laptop aku bisa sedikit tentang, folder “Project” aku backup di flashdisk (walaupun masih data lama), begitu juga skripsi, dan e-book2 piskologi aku bisa download ulang. Tentang kesan orang tua? Entahlah… Ini laptop kedua yang hilang!
.
Bangsatisme!
Aku tidak lagi menganalisa bagaimana seseorang memiliki paham ini, namun aku memikrkan dengan cara apa karakter “kebangsatan”nya bisa hilang?, karena sia-sia hidupnya jika sampai tua ia menjadi bangsat! Sejujurnya, di sujud terakhirku subuh tadi beberapa saat usai kejadian, aku berdoa, “Astagfirullahaladzim… Ya Allah, pelajaran apa yang sedang Engkau berikan untukku? Jika aku diminta untuk memaafkan maling yang mencuri laptopku (seperti sabda Nabi untuk memaafkan orang yang bersalah), maka aku ikhlas memaafkannya… Tapi jika aku adalah orang yang terdzalimi dan doaku bisa dikabulkan, maka berilah pelajaran pada maling itu…!!”
.
Bangsatisme!
Menjadi bangsat (maaf jika pemilihan katanya tidak berkenan) adalah pilihan hidup! Dua kondisi yang memungkinkan seseorang menjadi bangsat adalah state atau trait! State adalah seseorang menjadi bangsat karena terdesak untuk mencuri, dan terjadi hanya sekali! Namun trait adalah seseorang yang menjadi bangsat karena karakater dan jati dirinya sebagai seorang bangsat! Ini yang aku sebut hidupnya sia-sia, karena hidup hanya untuk mencuri! Tapi pun baik faktor state atau trait, resiko menjadi maling jika tertangkap tentu bisa dibayangkan.! (Anda tentu tau mengapa aku mengejar maling tadi sambil membawa batu seukuran kepalan tangan!)
.
Setelah segalanya…
Aku kembali berdiam diri… Berpikir ulang tentang segalanya!.
Dengan kondisi emosi yang mulai aku stabilkan, aku mulai mencari pesan Tuhan atas kejadian yang baru saja aku alami.
.
Kosan Pak Lubis, 9 Juni 2011

0 comments:

Diberdayakan oleh Blogger.