Sebuah Catatan; Iqbal
Lama aku berpikir mengapa aku harus
wisuda.. Berdiri bersama ratusan orang yang secara sengaja menginginkan gelar,
terbahak dan berseru mengagungkan satu pencapaian saat rektor memindahkan
kuncir toga kami dari kiri ke kanan. Lalu, bilakah wisuda hanya menjadi prosesi
sakral kaum akademisi?
Menjadi momentum kebahagiaan atas
satu proses pencapaian gelar yang disebut sebagai kuliah.. Tapi bilakah
momentum ini hanya dipandang sebagai momentum akhir dari satu pergulatan
panjang kaum cendekia bernama ‘mahasiswa’ tanpa melihat apa yang telah didapat
dan apa yang tidak didapat, lalu melekatkan mereka pada nilai akhir yang tanpa
disadari telah mengurutkan mereka secara kategoris sebagai pintar dengan
cumlaude, amat baik, baik dan buruk? Tidakkah kita cukup malu untuk merayakan
satu kemenangan hanya saat mahkota kebanggaan bernama toga kita kenakan? Karena
sungguhpun ini adalah gelar pertama dalam hidup yang aku peroleh, aku tak
bangga dan tak menginginkannya, jika sedikitpun itu tak berarti bagi orang
lain.. Pun tidak pada kebahagiaan yang dirasakan saat itu tercapai!
Karena ada makna yang telah
diletakkan jauh sebelum kita memutuskan untuk mengakhiri proses panjang bernama
kuliah.. Ada tujuan dan harapan yang telah diukir juga jauh sebelum bangunan
bernama kampus berada pertama kali dibawah sepatu kita.. Juga ada idealisme dan
nilai yang menjadi pegangan agar proses itu tidak berjalan liar dan
serampangan.. Bahkan ada idealisme untuk mengakhiri proses panjang tersebut
dengan satu karya akhir bernama ‘skripsi’ atau ‘scriptsweet’ atau juga ‘scriptshit’.
Tapi bilakah kesemua itu tidak perlu
dipikirakan dan acuh berbelit dengan nilai-nilai yang kemudian diketahui
sebagai jati diri dan karakter? Karena kemudian aku mengetahui bahwa pada
sebagian besarnya yang diinginkan tak lain hanya SELESAI dan BAHAGIA!! O,
gerangan mahasiswa model apa ini.?! Tidakkah BAHAGIA hanyalah bagian akhir dari
Proses Membahagiakan?!!
Lagi aku berpikir… Mengapa aku harus
merasakan kebahagiaan ini.. Karena percayalah tak mungkin bisa aku rasakan
kebahagian berwisuda ini tanpa mengalami proses mengetahui, mengalami, dan
menjadi sebelumnya. Proses amat panjang yang tidak dilihat, proses yang tidak
dievaluasi, proses itu pula yang enggan orang pikirkan. Padahal yang menjamin
masa depan seseorang bukanlah akhir dari apa yang didapat saat proses itu usai,
melainkan karakter selama menjalani proses, karena karakter itu adalah menetap
dan bagian dari diri! Sementara bentuk akhir dari proses serupa IPK dan toga,
hanya menjadi sesuatu yang berada di luar diri!
Ah, maaf aku tidak sedang menyangkal
akhir yang aku peroleh sehingga menggerutu dengan term ‘hasil’ dan ‘proses’,
tapi pun demikian, akhir dari proses kuliahku tidak mengecewakan.. Aku hanya
ingin mengatakan bahwa kita perlu tahu mana yang disebut sebagai bahagia dan
mana ‘proses’ membahagiakan. Karena pada proses itulah kita menjadi, bukan pada
bahagianya!
Pada akhirnya aku tak berhak panjang
bertutur tentang proses membahagiakan yang telah aku lalui, yang harus aku
lakukan adalah berterima kasih pada manusia-manusia yang telah menjadikanku
mengalami kebahagiaan ini.. Pada banyak hal yang telah membuatku ‘menjadi’..
Juga pada tiap ritme ruang yang berada dalam prosesku selama ini, terimakasih..
Aku ingin secara khusus
berterimakasih kepada orang-orang yang berjasa selama proses membahagiakan
berlangsung, (karena di skripsi aku tidak diperkenankan menyebut nama2 di bawah
ini):
1. Pada kawan-kawan di fakultas
psikologi, aku benar-benar berbangga dan tersanjung berada di antara kawan2
yang cerdas dan berkepribadian. Banyak cerita aku peroleh dari pergaulan
bersama kawan2, tentu ketajaman analisa aku peroleh juga dari diskusi di antara
kawan2 semua. Terimakasih untuk segalanya. Dan permohonan maaf yang sangat.
2. Teman2 IMM Ciputat.
Sungguh aku tak menyangka bisa memiliki ikatan emosional jauh lebih kuat dengan
IMM dibandingkan dengan lingkungan lainnya selama aku kuliah. IMM dengan
sendirinya menjadi keluargaku, sehingga aku merasa memiliki kesan lebih kuat
saat selesai dari IMM dibandingkan saat selesai dari Fakultas Psikologi. Terimakasih..
Dan permohonan maafku.. Selamanya aku mencintai IMM.
3. Pada ribuan demonstran yang pernah berbaris bersama di jalanan, aku tak
pernah merasa sangat berbahagia sampai saat aku menjadi bagian dari penentang
ketidakadilan. Terimakasih atas ketulusan dan keberanian kawan2.
4. Kawan2 yang sekali dua pernah akrab dan berhubungan denganku, kawan2 IMM
di Aceh, Kalimantan, Sulewesi sampai Papua, kawan2 BEM, kawan2 FP2I, dan secara
khusus kawan2 CLM, permohonan maafku tidak bisa melanjutkan kegiatan literasi
di kampus karena tugas IMM. Terimakasih atas waktu dan kesungguhannya. Dan
permohonan maafku yang sangat.
5. Pada banyak naluri yang tersakiti, sungguhpun aku sangat keji dan tak
pandai menjaga sikap dan tutur, namun sedikitpun aku tak pernah berniat untuk
menanam luka pada seorangpun. Terimkasih atas waktu dan penghargaannya..
Permohonan maaf dan sesal yang sangat.
6. Pada sayup-sayup tak terjamah yang mengiringi keselamatan dan
keberhasilanku pada beberapa momentum selama proses membahagiakan, terimakasih.
7. Pada segalanya. Terimakasih dan maaf..
Sungguh aku mengharapkan bisa mengalami wisuda ini tiap hari, karena aku ingin sekali tiap hari membahagiakan orang-orang di sekitarku.. Tapi bilakah itu tidak wisuda, aku pasti berusaha dengan sebentuk momentum kebahagiaan lain.
Maaf aku sedang meracau,
Terimakasih dan maaf untuk segalanya..
Selamat Wisuda,
Serang, 30 Januari 2012
2 comments:
Rasanya aku pernah membaca postingan ini di note kk?? #Lupa-Lupa Inget
Ya, kk memang tuliskan juga dalam note facebook. :)
Posting Komentar