11 Februari 2012

WISUDA; Tentang Bahagia dan [Proses] Membahagiakan




Sebuah Catatan; Iqbal

Lama aku berpikir mengapa aku harus wisuda.. Berdiri bersama ratusan orang yang secara sengaja menginginkan gelar, terbahak dan berseru mengagungkan satu pencapaian saat rektor memindahkan kuncir toga kami dari kiri ke kanan. Lalu, bilakah wisuda hanya menjadi prosesi sakral kaum akademisi?

Menjadi momentum kebahagiaan atas satu proses pencapaian gelar yang disebut sebagai kuliah.. Tapi bilakah momentum ini hanya dipandang sebagai momentum akhir dari satu pergulatan panjang kaum cendekia bernama ‘mahasiswa’ tanpa melihat apa yang telah didapat dan apa yang tidak didapat, lalu melekatkan mereka pada nilai akhir yang tanpa disadari telah mengurutkan mereka secara kategoris sebagai pintar dengan cumlaude, amat baik, baik dan buruk? Tidakkah kita cukup malu untuk merayakan satu kemenangan hanya saat mahkota kebanggaan bernama toga kita kenakan? Karena sungguhpun ini adalah gelar pertama dalam hidup yang aku peroleh, aku tak bangga dan tak menginginkannya, jika sedikitpun itu tak berarti bagi orang lain.. Pun tidak pada kebahagiaan yang dirasakan saat itu tercapai!

Karena ada makna yang telah diletakkan jauh sebelum kita memutuskan untuk mengakhiri proses panjang bernama kuliah.. Ada tujuan dan harapan yang telah diukir juga jauh sebelum bangunan bernama kampus berada pertama kali dibawah sepatu kita.. Juga ada idealisme dan nilai yang menjadi pegangan agar proses itu tidak berjalan liar dan serampangan.. Bahkan ada idealisme untuk mengakhiri proses panjang tersebut dengan satu karya akhir bernama ‘skripsi’ atau ‘scriptsweet’ atau juga ‘scriptshit’.

Tapi bilakah kesemua itu tidak perlu dipikirakan dan acuh berbelit dengan nilai-nilai yang kemudian diketahui sebagai jati diri dan karakter? Karena kemudian aku mengetahui bahwa pada sebagian besarnya yang diinginkan tak lain hanya SELESAI dan BAHAGIA!! O, gerangan mahasiswa model apa ini.?! Tidakkah BAHAGIA hanyalah bagian akhir dari Proses Membahagiakan?!!

Lagi aku berpikir… Mengapa aku harus merasakan kebahagiaan ini.. Karena percayalah tak mungkin bisa aku rasakan kebahagian berwisuda ini tanpa mengalami proses mengetahui, mengalami, dan menjadi sebelumnya. Proses amat panjang yang tidak dilihat, proses yang tidak dievaluasi, proses itu pula yang enggan orang pikirkan. Padahal yang menjamin masa depan seseorang bukanlah akhir dari apa yang didapat saat proses itu usai, melainkan karakter selama menjalani proses, karena karakter itu adalah menetap dan bagian dari diri! Sementara bentuk akhir dari proses serupa IPK dan toga, hanya menjadi sesuatu yang berada di luar diri!

Ah, maaf aku tidak sedang menyangkal akhir yang aku peroleh sehingga menggerutu dengan term ‘hasil’ dan ‘proses’, tapi pun demikian, akhir dari proses kuliahku tidak mengecewakan.. Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita perlu tahu mana yang disebut sebagai bahagia dan mana ‘proses’ membahagiakan. Karena pada proses itulah kita menjadi, bukan pada bahagianya!

Pada akhirnya aku tak berhak panjang bertutur tentang proses membahagiakan yang telah aku lalui, yang harus aku lakukan adalah berterima kasih pada manusia-manusia yang telah menjadikanku mengalami kebahagiaan ini.. Pada banyak hal yang telah membuatku ‘menjadi’.. Juga pada tiap ritme ruang yang berada dalam prosesku selama ini, terimakasih..

Aku ingin secara khusus berterimakasih kepada orang-orang yang berjasa selama proses membahagiakan berlangsung, (karena di skripsi aku tidak diperkenankan menyebut nama2 di bawah ini):

1. Pada kawan-kawan di fakultas psikologi, aku benar-benar berbangga dan tersanjung berada di antara kawan2 yang cerdas dan berkepribadian. Banyak cerita aku peroleh dari pergaulan bersama kawan2, tentu ketajaman analisa aku peroleh juga dari diskusi di antara kawan2 semua. Terimakasih untuk segalanya. Dan permohonan maaf yang sangat.

2. Teman2 IMM Ciputat. Sungguh aku tak menyangka bisa memiliki ikatan emosional jauh lebih kuat dengan IMM dibandingkan dengan lingkungan lainnya selama aku kuliah. IMM dengan sendirinya menjadi keluargaku, sehingga aku merasa memiliki kesan lebih kuat saat selesai dari IMM dibandingkan saat selesai dari Fakultas Psikologi. Terimakasih.. Dan permohonan maafku.. Selamanya aku mencintai IMM.

3. Pada ribuan demonstran yang pernah berbaris bersama di jalanan, aku tak pernah merasa sangat berbahagia sampai saat aku menjadi bagian dari penentang ketidakadilan. Terimakasih atas ketulusan dan keberanian kawan2.

4. Kawan2 yang sekali dua pernah akrab dan berhubungan denganku, kawan2 IMM di Aceh, Kalimantan, Sulewesi sampai Papua, kawan2 BEM, kawan2 FP2I, dan secara khusus kawan2 CLM, permohonan maafku tidak bisa melanjutkan kegiatan literasi di kampus karena tugas IMM. Terimakasih atas waktu dan kesungguhannya. Dan permohonan maafku yang sangat.

5. Pada banyak naluri yang tersakiti, sungguhpun aku sangat keji dan tak pandai menjaga sikap dan tutur, namun sedikitpun aku tak pernah berniat untuk menanam luka pada seorangpun. Terimkasih atas waktu dan penghargaannya.. Permohonan maaf dan sesal yang sangat.

6. Pada sayup-sayup tak terjamah yang mengiringi keselamatan dan keberhasilanku pada beberapa momentum selama proses membahagiakan, terimakasih.

7. Pada segalanya. Terimakasih dan maaf..

Sungguh aku mengharapkan bisa mengalami wisuda ini tiap hari, karena aku ingin sekali tiap hari membahagiakan orang-orang di sekitarku.. Tapi bilakah itu tidak wisuda, aku pasti berusaha dengan sebentuk momentum kebahagiaan lain.

Maaf aku sedang meracau,
Terimakasih dan maaf untuk segalanya..

Selamat Wisuda,

Serang, 30 Januari 2012

2 comments:

Sukanitha mengatakan...

Rasanya aku pernah membaca postingan ini di note kk?? #Lupa-Lupa Inget

Ahmad Ragen mengatakan...

Ya, kk memang tuliskan juga dalam note facebook. :)

Diberdayakan oleh Blogger.