Minggu, 11
November 2012
Pagi itu di
sebuah hotel bintang lima di Surabaya, aku bersama kawan satu kamarku dari
okezone rupanya menjadi orang terakhir yang berada di kamar, sementara wartawan
lain sudah lebih dulu menunggu di lobi hotel. O, My God! Aku terlambat! Segera
saja aku lompat dari kamar, siap-siap dan menuju lobi hotel dimana taksi yang
dipesan sudah menunggu. Di dalam taksi itu masih ada wartawan yang menunggu
dari Republika, Trans, dan SCTV. Dan wushhh.. Taksi ngebut menuju Jatim Expo
dimana acara Partai Demokrat digelar.
Pagi itu di
Surabaya terasa sangat terik meski masih pukul 06.30 WIB. Turun dari taksi, aku
melihat ribuan orang mulai bergerak ke luar dari lapangan Jatim Expo, mereka
kompak mengenakan kaos bertuliskan Partai Demokrat berwarna putih biru.
Petinggi
Demokrat seperti Anas Urbaningrum (ketum), Ibas (sekjen), Sartono (bendum), dan
Ramadan Pohan (wasekjen) berada di barisan depan masyarakat yang saat itu
tengah mengikuti jalan santai bersama Partai Demokrat.
Semula aku
ingin ikut berjalan, namun rupanya tak ada wartawan yang mengikut hingga
akhirnya aku justru memutuskan untuk menyusul dari rute berlawanan. Setelah
sekitar 20 menit kemudian, aku mendapati Anas dkk di antara barisan warga.
Mereka tampak santai berjalan dengan penjagaan sekitar 6 orang staf berbaju
safari hitam. Sebelum sampai finish aku segera menuliskan berita dan
mengirimkannya ke kantor dengan judul “Anas dan Ibas Jalan Sehat Bersama WargaSurabaya”. Acara berhadiah mobil itu sangat ramai diikuti ribuan warga
Surabaya.
Kehadiranku ke
Surabaya untuk meliput kunjungan kerja Ibas mulai besok di beberapa kabupaten
di Jawa Timur hingga empat hari ke depan. Hari ini hanya kegiatan Demorkat Jawa
Timur saja.
Menjelang
siang usai acara, aku bersama rombongan kembali ke hotel untuk segera packing
dan menuju lokasi agenda Demokrat berikutnya. Tiba-tiba saat di hotel, aku
dihubungi kantor tentang ada pengurus DPD Demokrat Jawa Timur yang memprotes
berita yang aku tulis. Duh!
“Mereka protes ke detik Surabaya, katanya
jumlah masanya puluhan ribu bukan seribuan, dan diberita yang kamu tulis Anas
tidak terlihat bercengkrama dengan warga. Padahal ada interaksi Anas dengan
warga, gimana?,” kata redaktur via telfon.
“Kalau jumlah memang di awal hanya sekitar
seribuan orang mas, tapi ya diganti aja ribuan biar lebih aman. Untuk interaksi
Anas itu kan pantauan, saya ikuti mereka jalan, memang nggak seluruhnya. Nanti
kalau ada protes bilang ke saya aja, jangan ke detik Surabaya mas,” ucapku
mulai deg-degan karena masalah berita.
Dari situ aku
mulai berpikir kalau memang berita yang aku tulis harus aku akui tidak detail,
tidak bisa aku menulis tidak berinteraksi selama jalan santai padahal aku tak
mengikuti seluruhnya. Harusnya aku buat, sekitar 500 m menuju garis finish.
Tapi sudahlah, aku coba atasi sendiri.
Dari hotel
kami bergerak dengan bis menuju lokasi berikutnya, agenda pelantikan DPC
Demokrat se-Jawa Timur. Di sela-sela acara, aku berbincang dengan staf Ibas.
“Mas, tadi ada yang protes dari DPD Jatim soal jumlah peserta yang saya tulis. DPD
protes soal jumlah. Di awal kan memang hanya ribuan orang, tapi diprotes
harusnya puluhan ribu. Nanti kalau ada protes terkait berita saya, langsung ke
saya saja mas jangan ke detik surabaya,” kataku.
“O, acara tadi
tu bukan acara inti kok, nggak apa-apa. Acara inti Ibas kan besok,” jawabnya
membuatku sedikit lega.
Usai acara
pelantikan yang diisi Anas, aku dan wartawan buru-buru mengejar Anas untuk
doorstop (wawancara), menanyakan beberapa masalah. Nah, di akhir setelah saling
bergantian bertanya, giliran aku bertanya ke Anas minta tanggapannya soal Max
dan Hayono (petinggi PD) yang menyebut Anas dan Andi beban bagi demokrat.
“Untuk jawaban
itu khusus kepada detik, jangan mengadu-adukan statement orang. Silakan tulis
apa aja terserah detik,” kata Anas nyinyir.
Aku dan
wartawan tak tahan hanya tertawa, terlebih aku yang kaget karena aku tak pernah
berkenalan dengan Anas, bahkan saat wawancara itu aku tak mengenakan ID.
Bagaimana anas bisa tahu? Haha.. Saat itu aku belum tahu apa maksud Anas begitu
sensi.
Nah, usai
acara pelantikan itu, dalam perjalanan mobil menuju Trenggalek. Staf Ibas yang
aku ceritakan soal adanya protes berita, menghubungiku di tengah jalan. Saat
itu ia berada di mobil lainnya.
“Bal, tadi
bapak (ketum/bendum) protes sama saya, dia baca berita kamu. Kok kamu tulis
ribuan orang sih, tolonglah yang objektif menulis berita. Kamu juga buat tidak
berinteraksi dengan warga, itu kan ada interaksi. Saya juga sudah bilang yang
hadir 50 ribuan orang. Tolonglah saya kena marah, saya kan nggak ngarahin kamu
bikin berita bal,” kata staf Ibas dengan nada tinggi.
“Oke mas, oke.
Itu tadi yang saya bilang waktu acara siang. Jumlah itu kan pandangan mata
saya, saya nggak bisa buat kalau beda dengan pandangan mata. Tapi okelah saya rubah
beritanya. Saya minta maaf kalau mas yang kena marah. Oke oke,” kataku.
Segera saja
aku menghubungi kantor. “Mas, maaf tadi Anas tetap protes minta jumlah peserta
itu diganti jadi puluhan ribu. Sebelumnya saya dah bilang stafnya, tapi rupanya
dia baru kena protesnya sekarang, jadi diganti aja mas ya jumlahnya, dan
paragraf terakhir yang dia tak berinteraksi dihapus aja,” ucapku.
“Wah, ribet
amat sih mereka, padahal cuma jumlah aja. Oke bal saya ganti,” katanya.
Tak lama, aku
cek berita itu kembali sudah berubah. Jumlah warga yang hadir jalan santai
diganti puluhan ribu dan kalimat Anas dan petinggi Demokrat tak terlihat
berinteraksi dengan warga dihapus.
Keadaan mulai
tidak kondusif antara aku, staf Ibas dan juga Anas. Masih dalam perjalanan
menuju Trenggalek, aku sempat dihubungi (via BBM) oleh seniorku di DPR. Rupanya
Anas protes dan menghubunginya meminta penjelasan soal berita yang aku tulis.
“Udah bal santai aja beriita gitu mah, haha” ujarnya saat mengakhiri BBM.
Kawanku dari
Republika yang sudah lebih lama di DPR dan berada satu mobil denganku,
menunjukkan BBM’nya dari Anas. Kira-kira isinya, “Itu Iqbal dari detik kq
sempet2nya nanya tanggapan Max sama Pak Hayono. Di berti yang dia buat acara
dihadiri ribuan orang, dan tidak berinteraksi dengan warga,” kata Anas di BBM.
Kawanku
berseloroh, “Udah santai aja, tar gw yang bales BBM’nya. Politik itu soal massa
bro..” ucapnya. Aku baru sadar, ini adalah politik. Meski berita itu bukan
berita penting dan hanya berita biasa, tapi sangat penting bagi Partai sebesar
Demokrat, meski hanya ketidakakuratan menulis jumlah massa. Ya ini politik.
Aku berkilah,
jumlah massa saat hadir memang hanya ribuan, kalau ternyata siang menjadi
puluhan ribu kan beda soal. Beritaku sudah naik pagi sebelum masa bertambah.
Tapi tetap saha perlu ketelitian menuls berita termasuk menuliskan kapan ribuan
dan puluhan ribu.
Tiba di
Trenggalek malam, di sebuah penginapan sederhana staf Ibas yang sempat kesal
karena kena marah Anas langsung menyodorkan tangannya bersalaman. “Sorry bal,
kita redam ajalah masalah ini. Nggak usah dibesar-besarin lagi ya,” ucapnya.
“Oke mas,
sorry kalau aku salah,” dengan perasaan masih tak enak.
Kini, kau tahu
betapa kekuatan media itu berpengaruh besar. Dan aku beritahu kau sebuah
rahasia, okezone juga menulis ribuan orang yang hadir. Tapi rupanya dia aman,
tidak dibaca.
0 comments:
Posting Komentar