11 Agustus 2008

“Menulis Bukan Pilihan, Tapi Keharusan”


REUNI KELAS MENULIS RUMAH DUNIA
-Anyer, 9-10 Agustus 2008- Setelah sekitar minggu lalu mengikuti Pelatihan Jurnalistik di Radar Banten, kali ini ternyata aku bisa juga mengikuti kegiatan lain yang ga kalah seru dan penuh ilmu dan pengalaman pastinya, yaitu “Reuni Akbar Kelas menulis Rumah Dunia”. Acara ini berlangsung dari hari Sabtu-Minggu (9-10) kemarin di Anyer.
Hari pertama: Sabtu, 9 Agustus 2008
Setelah semalam ada kepastian izin dari boNyok (bokap-Nyokap-red) untuk ikut “Reuni kelas menulis”, maka aku merasa pagi ini cukup bersemangat untuk memulai hari. Sebenernya hari ini selain akan ikut reuni di Anyer, hari ini juga akan ada rapat proyeksi seperti biasa di Radar Banten. Maka setelah mendapat kabar kalo rombongan peserta reuni akan berangkatnya jam 1 siang, pagi hari sekali aku berangkat terlebih dahulu ke kantor Radar Banten untuk segera menyelesaikan berita yang aku liput di Ciputat beberapa hari sebelumnya.
Aku melaporkan 2 liputan untuk bisa diterbitkan hari minggu besok, yang tentunya apa yang dilaporkan oleh masing-masing reporter belum tentu dimuat di koran.
Pada jam 11-nya aku izin tidak ikut rapat proyeksi karena ingin segera ke Rumah Dunia.
***
Sekedar informasi ne: Rumah Dunia adalah pustakaloka yang didirikan oleh Gola Gong untuk menampung para pelajar (dan orang tua) yang ingin belajar banyak tentang menulis, menjadi jurnalis, membuat film, atau sekedar diskusi sastra dsb. Di sini banyak sekali terdapat buku dan fasilitas yang sangat mendukung untuk belajar. Aku sendiri ikut dalam kelas menulis angkatan ke-9, dan bergabung kembali di angkatan 10, hanya saja di angkatan 10 ternyata aku lebih banyak disibukkan di kampus, sayang sekali. Kelas Menulis sendiri adalah kelas yang dibuka bagi siapa aja yang ingin belajar menjadi penulis. Para peserta kelas menulis belajar setiap hari minggu selama 3 bulan dengan banyak fasilitas dan GRATIS!! Cukup daftar, mengumpulkan 1 cerpen, puisi, berita dan 1 buku, maka kita bisa ikut kelas menulis. Ini luar biasa, karena kita belajar menulis langsung dari para penulis atau para sastrawan, sebut saja Gola Gong yang telah menulis lebih dari 60 buku....
***
Di rumah dunia...
“Hei Ragen... kemana aja nih??” sapa salah seorang.
“Oh, ada aja koq...” jelasku berjalan mendekat.
Aku melihat ada beberapa orang di Rumah Dunia yang tengah duduk-duduk, sebagiannya tidak aku kenal, karena terakhir kali aku ke Rumah Dunia adalah April lalu saat menghadiri launching 6 buku Gola Gong.
Aku masuk ke perpusatakaan Rumah Dunia, dan aku melihat buku yang menarik tentang Che Guevara. Tapi setelah beberapa halaman membaca buku itu, aku putuskan untuk lebih baik keluar dan ikut mengobrol di halaman bersama emak-nya GolaGong yang sudah tua dan beberapa orang yang belum aku kenal.
“Siapa aja itu wi?” tanyaku pada seorang relawan Rumah Dunia.
“Itu Mas Ibnu ma Edang Rukmana...”.
“Oh... itu Mas Ibnu ma Endang Rukmana....” aku cukup kaget, karena melihat mereka yang jauh berbeda dari yang aku lihat difoto.
Untuk pertama kalinya aku melihat Ibnu Adam Avicena dan Endang Rukmana, keduanya angkatan 1 kelas menulis, dan telah menulis beberapa novel dan film layar lebar seperti “Lewat Tengah Malam” dan “Gotcha”.
Maka saat itu aku cukup antusias mendengarkan obrolan mereka, tapi kita lebih banyak mendengarkan cerita dari Mas Ibnu yang baru seminggu ini pulang dari Belanda untuk menyelesaikan S2.
Sekitar jam 1 siang, aku pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mempersiapkan keberangkatan ke Anyer, mungkin setengah atau satu jam lagi baru akan berangkat.
02.00 p.m
Dengan 3 angkot, 1 mobil perpus keliling dan beberapa motor, maka kita berangkat menuju Anyer. Mas Gong sendiri sudah ada di sana bersama keluarga sebelumya. Aku di dalam angkot bersama Mas Ibnu, Mas Endang dan 5 orang lainnya.
Selama perjalanan, Mas Ibnu banyak bercerita tentang kuliahnya di Belanda dan bagaimana kehidupan di negeri kincir angin itu, begitu juga Mas Endang yang mendapat beasiswa di UI. Aku mengenal Ibnu Adam Avicena sebagai seorang yang kritis dan akademis, aku mengetahuinya dari diskusi-diskusi di milis Rumah Dunia selama ini.
Selama perjalanan itu, Mas Ibnu banyak menceritakan tentang betapa makmur, disiplin dan akademisnya orang-orang di Belanda. Dari mulai tidak adanya pabrik di Belanda, gelandangan yang digaji, tidak ada pagar bagi rumah-rumah warga Belanda, kriminalitas yang rendah dan betapa orang Belanda sangat menghargai waktu. Yang jelas, sangat jauh keadaannya dengan Indonesia!!
Ada yang membuat kita terdiam sejenak ketika di tengah-tengah obrolan itu, salah seorang temanku yang berada di sebelah kiri tempat ku duduk membuang bekas gelas aqua ke jalanan. Dan tiba-tiba Mas Ibnu “marah”, “Kenapa kamu buang sembarangan sampah itu? Dari tadi saya selesai minum dan nih masih dipegang bekasnya. Di sana (Belanda-red) orang sangat menjaga kebersihan...!!”.
Hm, aku hanya tersenyum melihat Mas Ibnu yang begitu kritis terhadap lingkungan sekitarnya.
Jam 4 sore kita sampai di Anyer, tepatnya di rumah yang cukup luas dan berhadapan langsung dengan pantai Anyer..

-Villa tempat acara reuni berlangsung-

-Bermain di pinggir pantai sesaat setelah tiba di lokasi-
Jam 05.00 p.m
Acara reuni pun dibuka, dihadiri oleh sekitar 30 peserta, panitia, dan pemilik rumah yang mengundang Rumah Dunia ke tempatnya untuk ikut juga dalam launching rumah baca yang baru dibangunnya.

-Pembukaan reuni kelas menulis Rumah Dunia-
Di acara sore itu, masing-masing peserta mengenalkan diri (dan karyanya) kepada yang lain, dan dari sini aku baru tahu siapa aja yang selama ini pernah tergabung dalam kelas menulis Rumah Dunia dari angkatan 1 hingga 12. Sebagian besar dari kita sudah aktif dalam dunia tulis menulis, ada yang sudah menulis novel, menjadi reporter, wartawan, penulis skenario, penulis cerpen atau puisi dan penulis lepas lainnya di beberapa tabloid, koran atau majalah seperti majalah “Kawanku”, dan sebagainya. Aku sendiri ketika ditanya tentang kegiatan menulis... “Alhamdulillah saya selalu sempatkan menulis 1 sampai 8 jam setiap harinya, lalu sebagian besar saya posting di blogs, dan terakhir ini saya baru diterima magang di Radar Junior (Radar Banten-red) sebagai reporter”.
Yeah.... ini belum layak dikatakan rajin menulis!!.
Selesai Maghrib...
Kita semua berkumpul di ruang tengah, dan secara tiba-tiba Mas Gong mengadakan Sayembara untuk seluruh peserta reuni. Sayembara yang membuat kami sangat tertarik untuk ikut.
“Saya ngadain sayembara, saya ditawari membuat cerita tentang sinema romantis dari PH SinemaArt RCTI. Nah, mereka meminta saya membuat cerita untuk dijadikan skenario dalam Sinema Romantis RCTI. Jadi malam ini saya minta kalian membuat sinopsis tentang komedi romantis, dan yang terpilih akan ikut dalam writter team yang bertugas membuat sinopsis hingga skenario film. Gajinya lumayan nih... Kalo cerita kalian diterima oleh pihak SinemaArt...”
Wuihh... siapa yang ga mau coba... tapi sinopsis yang dimaksud Mas Gong aku belum paham seluruhnya... dan belum pernah aku membuat sinopsis, treatment apalagi skenario... Tapi tetap akan ku coba...
Jam 8 malam...
Kita ada penjamuan makan malam oleh pemilik rumah, tempatnya bersebelahan dari villa tempat kita tinggal. Hm, tempat yang sangat indah dan cukup luas. Dengan jajaran pohon kelapa yang banyak berdiri di halaman rumah, lampu-lampu hias di antara pohon-pohon itu, kolam renang dan terdapat danau kecil. Di tengah-tengah danau itulah penjamuan makan malam berlangsung.
Dan sesaat setelah kita sampai di tempat penjamuan itu, tiba-tiba kita disuguhi oleh pemandangan air terjun mini yang membuat tempat itu sangat indah.

-Ada yang Honger tuh.....-
Selesai makan malam, kita kembali ke tempat tinggal. Dan agenda malam ini adalah sharing angkatan, hadir juga di sini Ibu Iyut, sang pemiliki rumah yang akan sedikit bercerita tentang komunitas “Rumah Tukik” yang baru akan dibukanya besok...
Sharing pertama adalah dari Ibu Iyut, ia bercerita tentang betapa membaca itu sangat penting, dan ia ingin membudayakan membaca itu ditempatnya. Bu Iyut juga ingin sekali dapat berbagi dengan warga sekitar beberapa dari penghasilannya. “Saya tidak bisa tutup mata melihat nelayan di depan yang mendapatkan ikan hanya sedikit sekali, yang jika dibagikan untuk mereka makan pun tak akan cukup” jelasnya.
Lalu sharing selanjutanya adalah dari Mas Ibnu, ia mengutarakan tentang pengalaman studinya di Belanda, dan bagaimana ia bisa bergabung di Rumah Dunia sebelum berangkat ke Leiden Belanda untuk mengejar S2. Dan terakhir adalah sharing dari Pak Wid (penggagas World Book Day), tapi aku sangat mengantuk saat mendengarkan penjelasan ini, karena ini jam setengah 12 malam, dan cukup letih juga mungkin. Maka aku ke kamar dan tertidur...
Sekitar 30 menit kemudian aku terbangun, lalu aku putuskan untuk mandi terlebih dahulu agar tidurnya lebih nyaman, dan sepertinya aku terpaksa melewatkan kesempatan menulis sinopsis dari sayembara Mas Gong tadi, karena sangat mengantuk dan besok pagi harus sudah dikumpulkan sinopsisnya.
Selesai mandi, aku shalat isya di ruang tengah... dan aku melihat masih ada beberapa yang belum tidur, bahkan di luar ada yang tengah sibuk mengerjakan sinopsis, dan lebih “parah” lagi di meja luar satunya lagi, rapat redaksi KAIBON tengah berlangsung...
Selesai shalat niatnya mu langsung tidur, tapi karena ikut bergabung dengan yang sedang mengejar sayembara, ya udah, ga jadi ngantuknya. Dan ideku muncul untuk lebih baik mengikuti sayembara daripada tidur. Maka bersama 4 orang yang lain, di tengah teriakan ombak itu aku mulai menyusun kata–kata menjadi sinopsis...

-Mencari ide di tengah suara ombak-
Malam itu aku menyelesaikan 1 sinopsis hingga adzan subuh berkumandang...
Sinopsis itu aku beri judul: “Cintaku di Pembatas Buku”.
Selesai shalat subuh, aku, Salam dan Roy kembali bermain di pinggir laut... pagi yang indah di pantai anyer... dan kami berjalan-jalan hingga ke pantai di depan hotel Marbella...

Air laut pagi itu menggodaku untuk mengajak bermain di Pantai... Maka aku tak rela meninggalkan ajakannya... Maka jadilah aku dan Roy basah kuyup bergurau dengan ombak laut pagi itu....
07:00 a.m
Aku dan peserta lain yang ikut sayembara berkumpul bersama Mas Gong di halaman rumah untuk mendengarkan komentar dan hasil sayembara... Dan hasilnya, terpilih lah sekitar 12 orang yang berhak menjadi co-writter Mas Gong. Aku termasuk di dalamnya...treatment, lalu sampai menjadi skenario film dan diterima oleh SinemaArt, maka bisa dipastikan semester 6 aku bisa lebih dari hanya sekedar membayar uang kuliah sendiri..... Hm...... Alhamdulillah... aku merasa bersyukur mendapat kesempatan ini... walaupun aku belum pernah membuat treatment apalagi skenario film, tapi semuanya akan ku coba.... Insya Allah.... Alhamdulillah... Jika sinopsis aku ini selesai menjadi
Sekitar jam 10 semua peserta diminta untuk menghadiri pembukaan “Rumah Tukik”, sebuah taman baca masyarakat yang berdiri karena terinspirasi dari adanya Rumah Dunia, berjarak beberapa meter dari tempat dimana perserta menginap.

-Pembukaan Rumah Tukik-
“Tukik”, adalah nama anak penyu dalam bahasa masyarakat setempat... Ini terinspirasi dari kegiatan bu Iyut yang biasa melepas ribuan tukik (anak penyu) setiap tahunnya ke laut... Bu Iyut berharap dengan Rumah Tukik dapat membudayakan masyarakat sekitar untuk membaca dan berpikir kreatif.

-Penampilan dari anak-anak Rumah Tukik-
Siang harinya setelah pembukaan itu, kami dijamu makan siang di tempat itu juga... Dan diajak berjalan-jalan di sekitar lokasi. Selain taman baca, ada juga tempat pembuatan gerabah dan keterampilan angklung. Aku pikir sang pemiliknya memang cukup punya banyak uang untuk membangun segalanya.
Siang hari, kami kembali ke tempat tinggal. Akan ada pembahasan tentang Ode Kampus 3 siang ini. Ode Kampung adalah kegiatan temu sastrawan se-Indonesia selama 3 hari di Rumah Dunia, kegiatan ini dihadiri oleh para sastrawan dan penulis dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun lalu Ode Kampung 2 dihadiri oleh sekittar 300 orang peserta.
Pembahasan Ode Kampung 3 siang itu membahas seputar kepanitiaan, tema diskusi dan pemateri. Dalam pembahasan kepanitiaan Ode Kampung 3 ini, aku memilih menjadi divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi. Dan pembahasan pun selesai hingga jam setengah 3.
Semua kegiatan selama reuni telah terlaksana...
Dan pada jam 3 sore, kami telah siap untuk menunggu mobil yang akan mengantarkan kami kembali ke Serang...

-Bersama Ibnu Adam Avicena dan Endang Rukmana-
--------------------------
Kawan, Aku sangat-sangat ingin sekali bersyukur...
Setelah minggu lalu diterima magang di Radar Junior, kali ini aku diterima menjadi co-writter Gola Gong.... Alhamdulillah....
Untuk co-writter ini aku diminta untuk membuat 2 treatment (pra-skenario) setiap minggunya... Insya Allah akan diusahakan dengan maksimal.
Sebelumnya, saat berkesempatan menjadi reporter, aku agak linglung, karena aku belum pernah menjadi reporter... Tapi alhamdulillah bisa juga, dan beritaku hari ini berhasil dimuat. Dan aku berharap moga menulis sinopsis dan treatmen ini juga bisa aku coba, walaupun belum pernah sekalipun sebelumnya...
Makasih Mas Gong, Mas Ibnu, Mas Endang, dan semuanya di Rumah Dunia...
Aku bangga menjadi bagian dari Rumah Dunia... (Ragen).

1 comments:

Mutiara mengatakan...

Nulis ya haruslah,, masa pilihan?? Gmn mo nak kelas klo ga bisa nulis,, =)

Aq juga berencana ngelanjutin cerpen aku yang sempat tersendat. Padahal ne ide udah ada sejak semester 3 yang lalau,, “cintaku di goresan terkhir” .. kayanya judul cerpenku ga jauh2 dari judul sinopsismu. =)




Luar biasa,, salut aq ama u,,,
Good luck deh,,

Q tunggu “bagi2” ilmunya…

Diberdayakan oleh Blogger.