21 Desember 2007

Sang Pemimpi

-Buku kedua dari tetralogi “Laskar Pelangi”.-

“Sebuah novel tentang keyakinan, cita-cita dan persahabatan..”

Jika dalam Laskar Pelangi kita mendapati kejeniusan seorang Lintang dengan dominasi otak kirinya dan ledakan besar dari otak kanan Mahar, maka dalam buku kedua Andrea Hirata ini (Sang Pemimpi), kita akan dihadapkan pada kebaikan dan keberanian seorang Arai, juga ketulusan hati dan keluguan Jimbron.

Arai dan Jimbron adalah sahabat dekat Ikal selama mereka SMA di “SMA Bukan Main” Belitong, dari keduanya Ikal akan banyak belajar tentang perjuangan hidup, terlebih karena Arai dan Jimbron hidup sebatang kara tanpa orang tua dan saudara kandung di dekatnya.

*** Novel ini secara umum bercerita tentang perjuangan keras tiga bocah SMA, Ikal, Arai dan Jimbron dalam menggapai cita-cita agung mereka. Cita-cita di tengah keterbatasan dan kemisikinan yang mereka miliki.

“Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!!” jelas Arai, yang dijuluki Simpai Keramat oleh orang Melayu karena ia orang terakhir yang tersisa dari klannya. Arai melanjutkan, “Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati....

Ya, dari kekuatan mimpi-lah mereka akan menginjak masa depan yang bahagia, jauh lebih bahagia dari hidupnya selama ini. Cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Perancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajahi Eropa sampai ke Afrika... Begitu naluri mereka berteriak setiap saat. Dan, Possibility !! semuanya mungkin, itulah filosofi Capo yang mereka pegang untuk dapat meraih cita-cita besar mereka...

***

Novel ini hanya akan memberikan ketakjuban sesaat tentang nilai cita-cita jika dipahami hanya sebatas karya biasa, namun akan makin memberi makna mendalam bagi pembaca setelah kita tahu bahwa cerita ini adalah terjadi dan benar dialami. Di balik kesungguhan dan kerja keras mereka dalam menggapai cita-cita, terselip kisah lucu persahabatan mereka, sehingga kita terbawa dalam kejenakaan Ikal dan kawan-kawannya. Di sisi yang lainnya kita diajak merenung, bahkan kadang kita harus terhenyak dengan keikhlasan hati Jimbron dan Arai yang berkorban habis-habisa demi persahabatan. Alur dalam novel ini juga tidak sedikit memberi kita kejutan-kejutan yang menyentuh. Luar Biasa!!

Kita dapat pelajaran berharga yang menggugah dari novel ini. Sebuah Novel yang sarat makna hidup Selamat Membaca.. [A.R.]

13 Desember 2007

Jerawat di Hidungku

Andai ku yakini bahwa jerawat adalah keadaan yang begitu menyebalkan, maka tentu sudah sejak lama aku membunuhnya. Dan andai ku berpikir bahwa jerawat di hidung adalah hal yang memalukan bagiku, maka tentu akan ku antisipasi setiap detik dari gejala kehadirannya. Tapi, jerawat di hidungku ini adalah suatu karya seni tersendiri, sebuah masterpiece tak ternilai, terukir indah tepat di bagian tengah hidungku yang sangat jauh dari kesan ambiguitas dan absurditas. Jerawatku ini bukan keadaan yang menyebalkan atau sosok yang menakutkan, sebagaimana dikatakan oleh banyak kawanku.

Seseorang telah mengukirnya untukku dengan totalitas cintanya, seseorang yang aku begitu mencintainya.. Dia memberikan kesan keluguan dan keindahan tersendiri pada jerawat buah tangannya. Indah dan begitu indah.

Keindahan ini yang sepertinya harus aku teriakkan pada dunia luas, “HAI KAWAN...HIDUNGKU BERJERAWAT!!!” dan dunia akan balas berteriak dengan ketakjuban mereka, “OH YA, INI LUAR BIASA INDAH KAWAN.!!”

Seharusnya aku mampu pelihara jerawat di hidungku ini dan aku jaga keindahannya. Namun, “keindahan tak akan pernah bertahan untuk waktu yang lama,” begitu para filosof Yunani kuno mengingatkanku.

Maka, pada akhirnya keindahan jerawatku lapuk di makan waktu,, habis di tangan naluri kewanitaanku yang begitu membenci jerawat ,. Jerawatku sayang... Jerawatku malang... Jerawatku hilang...

Cinta, ukirkan yang lebih indah dari itu.

25 November 2007

Penulis

"Aku selalu berpikir, kapan aku akan menjadi seperti mereka?? menjadi penulis, novelis, sastrawan, atau sekeder mahir menulis... Di saat hatiku berteriak hebat untuk menjadi seperti mereka dan dadaku sesak menyaksikan kebesaran nama mereka, Langkahku terdekap!! Aku tahu, hanya akan menjadi angan-angan kosong jika tidak pernah dimulai... Bukan belajar yang aku butuhkan sekarang, bukan pula dukungan dari teman, yang aku butuhkan sekarang adalah keberanian untuk mulai menulis...!! Akan ku besarkan namaku seperti juga mereka membesarkan nama mereka." Wish me Luck ;)

29 Oktober 2007

Aktualisasi Diri (?)

(Bukan pada titik aktualisasi diri seperti ini yang ingin aku capai!!) ---Iqbal dari sisi yang berbeda... hehehe..

1st Adenium

Iiihh.. cakep kaga' tu Adenium pertama yang gw punya?? Subhanallah ya... ^^ gw ketawa-ketiwi sendri lho liat adenium hasil ngerawat gw ini, ibu bilang ini harganya pasti mahal, (?). Padahal gw beli cuma dengan harga CEBAN (10 rebu-red). terus ntu gw rawat cuma berdasarkan informasi (Brows dari Net), ma tanya ma orang-orang yang punya hobi sama. Gimana kaga' cekep tu adenium, yang jualnya bilang itu biasa, (waktu beli belum berbunga), padahal setelah berbunga, tampak seperti adenium hasil silangan kan?? hehe.. Kelebihannya: punya bonggol yang cukup besar ma bunga yang menarik, dan dalam beberapa hari lagi bunganya akan terus tumbuh. loveU-adeniumQ. miSs U beyBeh...

19 Oktober 2007

Psychology: In Your Eyes

17 Oktober 2007

Sambel Penyet!!

Gimana jadinya kalo acara makan bareng dengan menu yang banyak sambelnya?? (@#$%^&*(*#%#>":>}) Hm, buat orang macem Uda ato sumatera laen, ga masalah cuy, tapi buat makhluk pecinta manis.. ga da tawar menawar!! ----Rasa manis pada makanan, berpengaruh secara signifikan pada wajah!! gimana dengan rasa "PADEH??" mukanya pedEs d0nk,, hehe...
Kapan ne ada acara ngumpul2 kayak gini lagi??? kaRen tu.. coba liat, siapa tu yang dapet kado paling kerEn?? hehe... -Ca'y0o.. 1A-

04 Oktober 2007

Naluri Cintaku

Ku biarkan cintanya larut, dan melapuk... Ku inginkan cintanya terkikis, dan habis!!
Tapi naluriku berteriak hebat.. ---Kau bisa mencintainya lebih dari apa yang dia rasakan. ---kau bisa memilikinya jika kau jauh lebih mengerti. ---kau bisa melupakan untuk meninggalkannya jika cintamu masih dalam hati. Mengertilah...!!
Naluriku yang lain berbisik... ---Jangan kau paksakan apa yang seharusnya hatimu yang berkata. ---Jangan kau menjadi budak dari para pecinta. ---Jangan kau mencintai seseorang hanya karena dia mencintaimu. Pahami itu..!!
Hingga akhirnya ku biarkan naluri CINTA-ku yang akan menjawab.
"kurasakan cinta yang terlalu keras mengguncang naluri dan nalarku, tapi terlalu rapuh untuk bisa dimengerti..."
"Kita tidak berjalan tanpa komitmen dan ikatan... karena persahabatan adalah ikatan dan komitmen yang lebih baik".

30 September 2007

PejanTan TangguH???!! hehe...
"Cemburu" Cemburu adalah cinta. Tapi cinta yang datang dari kecemburuan bukan cinta sejati. Cinta sejati adalah cinta yang utuh dan menyeluruh. Tidak mencintai hanya pada satu arti yang terlihat atau terasa. Akan ku raih cinta sejati, atau tidak sama sekali...
"Setitik cahaya itu telah bermetamorfosis menjadi sebentuk matahari yang sinarnya lebih kekal. Tapi di saat hari-hariku terasa lebih baik, ku lihat ada setitik gelap lain yang cukup kuat, dan itu bisa menenggelamkanku lebih dalam lagi..."

20 September 2007

"Tau kah kamu, bahkan pada setiap jengkal tanah atau gumpalan awan pun namamu bisa tertulis.. tidak hanya pada terjal tebing atau batu pegunungan. Jika untuk itu kamu ada usaha meraihnya..."

12 Agustus 2007

.

"1 Detik di Syurga"
Tubuhku terlalu ringan untuk dihempas angin Digiring 2 malaikat menuju padang luas bernama akhirat. Sementara tubuhku yang lain terbujur mematung, Tertimbun tanah menjadi seonggok tubuh yang pasti membusuk. Sekiranya aku mampu, akan ku patahkan kedua sayap malaikat yang menggiringku dan akan ku pasangkan di kedua punggungku agar aku dapat turun ke bumi dan kembali menjadi hidup. Tapi tak mungkin... Gontai langkahku menapaki jejak para penghuni neraka terseret-seret... merangkak papa... layu tak kuasa... Buliran tangis pecah menyisakan jejak penghuni berikutnya Aku bak kerbau yang digiring ke pejagalan. "Wahai malaikat,,, izinkan aku untuk menginjak syurga walau hanya untuk satu detik?" "Tidak ada syurga bagimu". "Wahai malaikat,,, izinkan aku untuk mencium wanginya syurga walau hanya untuk satu detik?" "Tidak ada syurga bagimu". "Wahai malaikat,,, izinkan aku untuk menyentuh pintu syurga walau hanya untuk satu detik?" "Tidak ada syurga bagimu". "Wahai Tuhan,,, berikan kesempatan bagiku untuk kembali hidup walau hanya untuk satu detik, hingga kelak jika aku mati aku bisa menyentuh pintu syurga walau hanya satu detik???" Sayup-sayup terdengar lantang menggema, "Kembalilah, agar kau bisa dapatkan satu detikmu".

Gutasi Cinta

Cinta ada bukan digenggam dalam kepalan
Cinta ada tuk diungkapkan menjadi cerita kasih sayang..
Cinta ada bukan dirasakan
Cinta ada tuk menjadi gutasi pada rumput yang terbakar...

10 Juli 2007

Never Looking Back

-Hahahahaha...-
-READ: The Way That I DO..-
-Ne foto waktu launching "Labirin Lazuardi" di Istora Senayan-

"BUKAN PUISI"

"Mencari Cinta Sejati"
Bilakah ratusan mata pedang diatas kepalaku, maka hingga pedang menghunus sampai ujung jari-jariku, tak akan ku ucapkan, "Aku mencintainya...". Yang ku cari adalah cinta sejati, bukan karena menghargai atau sekedar tahu diri, tapi cinta karena keikhlasan yang akan kuberi. Hingga ratusan mata pedang itu memaksaku untuk mengatakan, "Aku tidak mencintainya...", akan ku hadapi itu sekalipun akhirnya nyawaku habis terhunus. Demi cinta sejatiku... [?]
"Belajar dari kesalahan"
Kutulis semua kesalahanmu dengan debu pada tanah, Agar kubiarkan angin cepat menerbangkannya. Dan akan ku ukir semua kesalahanku pada bebatuan, Agar aku bisa belajar dari kesalahan itu...
"DaLam GeLap"
"..Dalam gelap ku berharap ada setitik cahaya yang datang dan menjadikanku lebih baik dan selalu..jika cahaya itu lenyap, maka biarkan ku ikut lenyap, hingga gelap tak pernah ada..."

ANCURNYA 2A

Minggu, 24 Juni 2007
“Ancurnya 2a”, bukan judul yang bakal ngejelasin gimana kelas 2a bisa sampai mengalami kehancuran diakhir semester2nya, tapi tu judul adalah bagian dari acara yang diadain 2a Psikologi di Situ Gintung (Taman Wisata-red.) dengan nama “Ajang Curhat—ANCUR”. Nah, acara ini di ajuin sebagain temen-temen kelas 3 hari sebelumnya. Tepatnya selesai UAS terakhir di kampus (UAS B.Arab) hari Kamis, yang tujuan acara ini intinya untuk mempererat kekompakan ma silaturhmi... Dimas ma Tariman yang jadi “executor” buat ni acara tanpa ada yang nunjuk seorangpun, karena memang gagasannya pertama kali dimuntahkan dari mulut mereka berdua. Tapi tetep dibawah kendali Km-nya so’ pasti... (Iqbal anu gantenk tea–red.). Acara ini diagendain bakal dimulai dari jam 11.00 – 16.00 WIB, (Waktu Insya 4JJI Berubah-red.) Tiap orang yang mau ikut, musti ngeluarin kocek sebesar 20 rebu rupiah, ini dialokasiin buat sewa tempat, makan siang ma snack2an (uler-uleran-red.).
------------- o0o ------------
-09.10 a.m.- Tariman udah datang ke kosan, dia mulai tanya-tanya gimana baiknya untuk acara nanti siang, makan yang pas, format acara, ma yang laen-laennya. “Ooh, untuk makan siangnya belum dipesen Man?” tanyaku. “Itu gampang Bal, cuma untuk 20an orang sih bisa didadak, tapi yang gw belum pasti, makannya mau apaan neh?, mau ayam penyet yang pedes?, apa mau dari warung nasi yang biasa aja??”.tanyanya. “Ya ntu mah terserah aja mau makan dengan apa juga. Kalo ayam yang lo bilang tadi, gimana gimana pedesnya? Kayaknya menu baru Man, tapi tetep bisa dimanisin kan biar kata pedes juga?”. Aku balik bertanya. “Sebenernya itu sih ayam biasa aja, cuma pedesnya nampol loe... yaa tinggal manisin aja kalo lo mau manis, gw ngerti lo ga suka pedes koq,”. Hehehe... “Ya udah baL, gw beli rujakan dulu ke Ciputat, baru baliknya gw pesen ayam penyetnya”. Tambahnya lagi. “Ya dah, thx-thx banget neh Man, ntar gw bantu lo juga koq, kalo tugas ngolektifin hadis tmen-tmen sekarang dah selesai, ga lama.” Jelasku. Tariman dengan sigap menuju pasar Ciputat dengan motor bebeknya, yang sepertinya sudah perlu sedikit modifikasi di beberapa bagian dari motornya. Sementara itu, karena saya ditugaskan untuk mengngolektifkan makalah-makalah hadis, jadi segera saya musti cepet mengumpulkannya menjadi satu dalam CD, makalah2 hadis yang tersebar di beberapa Flash Diask ma dikset itu jumlahnya 12 makalah. -09.30 a.m.- Tariman kembali lagi ke kosan dengan bawa satu plastik rujakan: nanas, mangga, bengkuang, jambu, dkk, juga bawa satu dus aqua yang baru dibeli. “Bal ini rujakannya, Oya aquanya satu dus aja cukup kan?”. “Cukup koq satu dus juga”. timpalku “Terus, untuk ayam penyetnya belum buka Bal, ntar gw balik lagi deh untuk mesennya”. Jelas Tariman. “Yah...gimana kalo ntar telat makan siangnya?”. Tanyaku sedikit khawatir. “Sebentar lagi juga buka koq, tenang aja lah...”. “Ya dah, tapi pastiin siang ini paling telat jam satu, makan siangnya udah bisa dibawa ke Situ Gintung, ok?”. “Ok!! Oya gw cabut lagi neh, sambil liat ayam penyetnya, gw mau keliling nemuin tmen-tmen yang laen dulu”. Jelasnya, dan segera Ia mengambil kunci motornya kembali dan bergegas menuju motor andalannya. “Ya udah, gw mu bungkus kado dulu, Thank’s ya”. Seruku mengakhiri obrolan.
***
Sejak berada satu kelas dengan Tariman, saya liat sosok seperti dirinya tampak biasa saja, bisa menutupi kelebihan dan kekurangan yang ada. Yang sangat menonjol dari seorang teman bernama Tariman, yaitu sifat aktif dan cepat merespon setiap urusan yang ada di kelas. Seperti mengambil absen dari ruang akademik sebelum saya mengambilnya, menyiapkan OHP pada setiap mata kuliah Bahasa Inggris II, atau sekedar sibuk menghubungi dosen jika dosen bagian mengajar telat atau sedang berhalangan hadir. Dalam hal ini Tariman bukan KM atau siapa pun di kelas, sama seperti yang lainnya... Satu sisi saya merasa terbantu dengan keaktifannya di kelas, tapi sisi lain saya khawatir akan dianggap KM yang tidak bertanggung jawab dan lambat merespon setiap masalah di kelas jika keadaannya selalu seperti itu. “Bal, Tariman emang udah jadi seksi sibuk dari waktu SMAnya”. Ayu menjelaskan itu kepada saya pada satu waktu perkuliahan, Ayu sendiri masih teman SMA Tariman.
***
-09.45 a.m.- Saya mulai terburu-buru membungkus kado untuk acara kelas siang nanti. “Tukar Kado”, masih bagian dari serangkaian acara kelas di Situ Gintung selain “Ancur,-Ajang Curhat”. Setiap orang yang ikut ditugaskan membawa satu buah kado yang harus dibungkus dengan kertas koran, harga kado itu minimal Rp. 5.000.- Bingung dengan isi kado apa yang bagus, unik dan menarik. Saya membuka lemari bagian atas saya, disitu hanya ada jajaran buku-buku bacaan, beberapa keping uang receh, dan yang lainnya. Jika salah satu buku itu saya jadikan kado, hmm... koleksi buku saya masih sangat2 minim, jadi ga mungkin kalo harus dengan buku. Lalu, saya mulai mencari-carinya di rak buku kuliah di kamar sebelah, disana hanya ada buku-buku yang terkait dengan pelajaran kuliah dan beberapa buku pedoman perkuliahan. Tapi saya menemukan CD Harun Yahya yang baru saya beli pada akhir semester I, judulnya “Keajaiban Penciptaan Alam Raya”, sepertinya ini bagus juga untuk dibungkus jadi kado. Saya juga mengambil CD MP3 Al-Qur’an yang ada di dekat buku bacaan sebagai tambahannya. Setelah semua isi kado siap, saya mulai membungkus dan menatanya dengan rapih, “Hmm...kado ini harus dibuat se-9hokiL mungkin!!” Gumamku. Bagian inti kado, hanya mainan kecil yang dimasukkan ke dalam bungkus korek api, yang dibungkus dengan 4 lapis koran. Lalu dimasukkan ke dalam bungkus “TRIKA” dan juga dilapis 4 lembar kertas koran. Seterusnya dimasukkan lagi ke dalam bungkus kalkulator dan terakhir dus TV Tunner. Setiap bungkus minimal dilapisi 4 – 6 lembar koran, dan setiap bagiannya diisi gift menarik atau makanan kecil. Kebayang banget gimana reaksi orang yang bakal dapet kado ini, karena bungkusannya yang berlapis-lapis. Hehe... Selesai membungkus kado, Dimas datang. “Allo Bal...”. sapa Dimas. “Masuk mas, gw mandi dulu ya, lo tunggu di sini aja dulu, Tariman lagi pesen buat makan siangnya, bentar lagi juga balik ke sini.” Jelasku. “Ok, tenang aja...Oya gw dah bawa sambel untuk rujakannya nih”. Serunya sambil menunjukkan bungkusan plastik hitam. “Ok deh...siip!!”. jelasku mantap dan santai. Ga butuh waktu lama untuk mandi, dan selesainya mandi, ternyata di kosan udah ada Tariman dan Dimas. Setelah semuanya siap, kita berangkat menuju kampus. Di sana kita bakal nunggu temen-temen yang lain di depan kampus, untuk nantinya berangkat bareng ke Situ Gitung. Dan ternyata, di kampus udah ada Almira, Baiti ma Rahma. Ga lama setelah mereka, menyusul TRIO Jambi (Kori, Muti & Maihan –red.). Sebagain telah berkumpul, maka diputuskan saya ikut dengan motor Dimas menuju lokasi terlebih dahulu untuk menyimpan barang-barang yang udah ada (1dus aqua, baskom dkk.). Menyusul juga Rahma yang ikut dengan motornya Tariman.
***
Lokasi Situ Gintung kurang lebih 500 meter dari kampus Sikologi, bahkan danaunya berada tepat di belakang kampus psikologi. Area Taman wisata situ gintung sangat luas, ada dua area yang dijadikan objek pengunjung, pertama areal rekreasi, yang biasanya sangat ramai dikunjungi orang-orang di waktu liburan. Fasilitasnya: kolam renang + water boom, restoran dan lainnya. Areal kedua ga jauh beda, terdapat banyak saung-saung dan tempat bermain, biasanya digunakan untuk perkemahan, outbound, flying fox, atau acara alam lainnya. Dan kita menyewa salah satu saung di areal yang kedua ini. Hal lain yang pastinya terkenal dari situ gintung ialah area danau yang sangat luas, biasanya danau ini dijadikan tempat rekreasi motor air, banana boot atau sekedar menaiki perahu mengitari perairan di taman wisata situ gintung. -10.20 a.m.- Saya, Tariman, Dimas ma Rahma tiba lebih dulu di Situ Gintung. Setelah Tariman cek in ma konfirmasi lebih lanjut ke pengurus Situ Gintung, dia bareng Dimas ke kampus lagi. Sementara saya tiba di saung yang telah kami sewa. Tempatnya nyaman, danau berada tepat disamping saung panggung kami. Karena hari ini hari minggu, maka tempat wisata ini tampak sedikit lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Beberapa tenda tampak terlihat memenuhi area taman ini, sekelompok orang telah mengadakan training di sini rupanya, dengan menginap dan tinggal sesaat mungkin. Hampir semua orang di kelompok itu menggunakan kaos biru, sebuah spanduk terbentang di samping salah satu tenda yang berdiri, bertuliskan: “Latihan Dasar Kepemimpinan-Karang Taruna, Cibubur”. Jumlah mereka kira-kira 55 orang. Sambil menunggu teman yang lain di saung ini, saya “membaca” lingkungan sekitar lagi, di area sebelah dari situ gintung ini, tampak sangat lebih ramai daripada area ini. Puluhan anak-anak sepertinya sedang mengikuti lomba atau permainan, teriakan pengasuh mereka terdengar jelas dari TOAnya yang diiringi dengan musik-musik pengiring. Di hampir seluruh saung di sana penuh dan sangat ramai oleh orang-orang dengan kesibukanya masing-masing.
***
Ga butuh waktu lama untuk nunggu yang lainnya datang, 3 orang tampak mulai memasuki taman, Almira, Baity dan Rahma, berikutnya Reza dan Obi, dan seterusnya menyusul. Mereka yang datang diantar dengan motor Tariman dan Dimas dari kampus, walau ada juga yang berjalan kaki. -11.15 a.m.- Seharusnya acaranya sudah bisa dimulai, tapi karena yang hadir belum lengkap semua berdasarkan nama-nama yang tertulis di lembar pendaftar, maka kita tunggu semuanya datang dulu. Sedangkan yang telah tiba di taman ini memilih untuk bermain ayun-ayunan, atau berjalan-jalan melihat pemandangan sekitar, dan bermain catur di saung seperti Reza ma Obi. “Bal, lo gantian neh yang anter-anterin bocah dari kampus kesini, gw nunggu di sini gantian”. Seru Dimas sambil menyerahkan kunci motornya. “Ya dah biar gw anterin yang belum dateng, tinggal anak ASPI kan?”. tanyaku “Ya kayaknya, bareng aja tu ma si Tariman, dia nunggu di tempat perkir”. Jelasnya lagi terlihat sedikit kelelahan. “Oke!!”. Dan sampainya dipintu keluar Situ Gintung, Tariman emang udah nunggu disitu. Tanpa banyak diskusi lagi, kita langsung tancep gas menuju kampus. “Bal, kita ngambil makan siang aja dulu, ntar yang belum dateng suruh jalan aja...”. seru Tariman sambil memperlambat laju motornya. “Emang udah bisa diambil tuh makan siangnya?”. Tanyaku menyesuaikan kecepatan motor. “Udah!! Ga lama koq buatnya juga, duitnya juga udah gw bayarin”. Jelasnya lagi “Ya udah kita ambil aja dulu ayam penyetnya kalo kayak gitu”. Seruku mengakhiri sambil mempercepat laju motor kembali. Di tengah jalan, kita bertemu dengan cewe’2 ASPI yang lagi jalan menuju kampus, Susi, Hasna, Sarah ma Desi. Otomatis kita berhenti dan menemui mereka dulu. Dengan sedikit “negosiasi”, akhirnya Hasna ikut dengan motor yang saya bawa, dan Desi ikut ke motornya Tariman. Mereka bakal bantu saya ma Tariman tuk bawa bungkusan-bungkusan makan siang, karena jumlahnya ga sedikit untuk dibawa oleh 2 orang sekaligus. Sementara itu, Susi ma sarah nunggu di warung depan kampus. Tiba di tempat pesenan ayam penyet. “Oo..ini yang namanya ayam penyet, banyak amat sambelnya?”. Seruku terheran-heran. “Ye norak baru nemuin ginian”. Timpal Tariman. “Ya iyalah...secara bukan kayak gini yang biasa gw makan Man, Oya Man mintain kecapnya yang cukup ke si Ibu”. Pintaku Ibu penjual ayam penyet yang dibantu beberapa ‘asisten’nya, menuangkan sedikit kecap ke dalam plastik putih. “Cukup segini?”. Tanyanya sambil menunjukkan kecap dalam plastik yang siap diikat. “Agak banyakan aja Bu, takut yang laen juga mau kecapnya”. Jelas Tariman. Setelah semua box makan siangnya selesai terbungkus, kami langsung membawanya dengan hati-hati menuju situ gintung. -11.40 a.m.- Tampaknya semua yang akan ikut acara ini sudah berkumpul semua di saung yang diberi label “Psikologi 2A” oleh pemilik taman wisata ini, semua barang di saung itu dirapihkan, kado-kado dijajarkan di samping, bungkusan nasi diletakkan dibelakang. Sementara itu, beberapa teman-teman masih asyik mengobrol dan yang sedari tadi main catur, makin serius memperhatikan pion-pion mereka. Sambil bercanda-tawa, mereka menyantap kripik singkong dan capilanox yang telah dibuka beberapa bungkus. Setelah sedikit menenangkan diri dan membereskan tempat, Nisa kirim sms, Ass, Halo KM..lagi ngpain neh? Makan2 ya? Bagi2 donk!! Hehe Gimana acaranya,rame ga? Salam ya buat semuanya ^_^ Segera saya balas sms itu, dan tiba-tiba adzan dzuhur terdengar berkumandang dari sebrang danau. Allaahu Akbar Allaahu Akbar... Allaahu Akbar Allaahu Akbar...
***
“Kita shalat dzuhur dulu, acara baru kita mulai selesai semua shalat dzuhur”. Terangku kepada semuanya. “BaL...Laper nehh, makan dong!!”. Timpal Lia. “Ye, shalat dulu”. -12.15 p.m.- Hampir semuanya telah melaksanakan shalat dzuhur, tiba-tiba Jauhar telfon, dia minta dijemput di depan Situ Gintung. Dan seperti yang diduga, Jauhar nunggu ga sendiri, tapi bareng sol-metznya, 3ga. Segera saya menemui mereka “Bal acaranya udah dimulai yah?”. Tanya Ega. “Hmm..udah mau selesai lagi 9a!!”. Gurauku. “Iqbal bete amat mukanya, sorry deh Bal kalo kita telat”. Jelas Mega. “Engga koq belum dimulai, lagi pada shalat dzuhur tuh”. Jelasku.
***
Karena nambah peserta Mega dan Jauhar, berarti nasinya kurang dua box, Tariman dengan cekatan membeli dua bungkus lagi. Sambil menunggu Tariman, saya dan yang lain menyusun kado-kado, lalu memberi nomor pada setiap bungkusannya untuk nanti diacak pengambilannya berdasarkan nomor yang dipegang. -12.30 p.m.- Tariman belum juga datang, sementara itu acara kelas siang ini segera dimulai, Dimas yang jadi MC. Setelah acara dibuka, selanjutnya lantunan ayat suci al-Qur’an dibacakan Ade, dan terakhir sambutan, hanya KM yang memberikan sambutan atas nama kelas. Dalam sambutan itu, saya mengucapkan terima kasih untuk semua yang hadir dan terutama untuk orang-orang yang menjadi pelaksana acara siang ini. Di akhir acara pembukaan, Tariman datang dengan membawa dua box nasi dan satu dus lagi aqua gelas. “Karena acara pembukaannya udahan dan dua bungkus nasi yang nyusul udah dateng, kita langsung menuju ke acara inti dari semua acara yang paling inti, yaitu makan!! Hehe..”, jelas Dimas sedikit bergurau. Box nasi yang isinya ayam penyet pun dibagikan, dengan berbagai ekspresi yang berbeda ditunjukkan temn2 waktu liat isi box nasi itu. Wahh...gila sambelnya neh... Maka canda tawa disela makan meramaikan acara makan siang psikologi 2a ini, sementara riak air danau membuat suasana kebersamaan ini makin hangat. “Ya Allah...biarkan kami terus bersama, jangan kau putuskan hubungan kami...maka adanya kebersamaan ini adalah syukur kami untuk saling berbagi...”
***
“Uuhh...bener2 sambelnya nehh”. Seru Korri. “Dasar orang Sumatera, dah biasa pedes kalee”. Timpal yang lain. -01.15 p.m.- Setelah makan siang berakhir, kita bersiap untuk game kecil yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Reza, Obi ma Tariman. “Spider wave” nama gamenya, berupa tali yang dikaitkan di antara dua pohon yang berdekatan. Setiap peserta game diperintahkan untuk melewati lubang antara jaring-jaring itu tanpa menyentuh jaringnya, dan siapa yang menyentuh jaringnya, dia yang kalah. Yang menjadi peserta adalah 4 pemain yang dipilih dari cowo ma cewe’nya. Sepuluh satu cara dicoba untuk melewati jaring-jaring itu, Nadia mencoba melewati jaring-jaring paling samping, dan ternyata berhasil. Tak mau kalah, Susi mencoba melompat dengan ancang-acangnya, tapi naas, kakinya tersangkut jaring paling bawah, dan Bruughh!!! Badannya terbanting ke tanah dengan cepat dan cukup keras, dan adegan itu terekam kamera digital Eza. Ide lainnya diujicobakan cewe’2 lagi, 4 orang menggotong badan Sarah yang kecil, dan mengangkatnya untuk melewati jaring-jaring itu, cara ini ternyata cukup efektif dan terbukti berhasil. Sedangkan yang cowo’nya cukup dengan dua cara, melewati jaring yang paling samping dan kedua mengangkat orang yang dianggap enteng, Obi ma Eza, sama seperti caranya Sarah tadi. Lagi-lagi di setiap bagian acara, kami semua terbahak-bahak, larut dengan guyonan dan tingkah-tingkah lucu. Selalu ada ruang untuk tertawa dan ceria, dan memang itu yang harus ada. -02.10 p.m.- Selesai bermain game, beberapa di antara kita berinsiatif untuk menaiki perahu motor dan berkeliling danau selama 30 menit. “Naek perahu itu yuuk?”. Seru Nadia. “Ya udah, naek aja.. itu muat untuk 8 orang, bayarnya 30 rebu, ntar yang laennya gantian”. Jawab Tariman. Sementara sebagian mengelilingi danau dengan perahu motor, Obi ma Eza melanjutkan permainan caturnya, Boy ma Ega mulai jalan-jalan mengitari area taman, sementara saya bareng TRIO Jambi mempersiapkan untuk rujakan, itu didahului dengan memotong buah-buahan yang ada di plastik. “Pak KM ada lagi ga pisaunya?”. Tanya Korri. “Ga ada, gw lupa bawanya cuma satu doang”. Jawabku. Muti terlihat cukup serius mengupas kulit mangganya, selesai muti menggunakan pisaunya, mulai bergantian dengan yang lain. Malah sempat ‘ribut’ karena kita berebut pisau yang hanya ada satu untuk mengupas buah yang cukup banyak.
***
“Bal, siapa yang bawa TKW nih??!”. Tanya Obi sambil nunjuk Almira ma Baiti yang mulai terlelap tidur di saung itu. “Tau tu siapa yang bawa TKW, hehe...”. Jawabku yang disusul dengan gurau tawa semua yang ada di situ. Lagi-lagi kita terbahak-bahak.^^ -02.40 p.m.- Semuanya telah berkumpul ke saung lagi, dan acara berikutnya akan segera dimulai. Tapi Ega ma Boy belum juga keliat batang hidungnya. “Mut ada pulsa kan?, gw pinjem dong hp u tuk sms Mega”. Seruku “Nih, pake aja...”. Jawabnya sambil menyerahkan Hpnya. Smsnya yang saya tulis tuk Mega simple, cuma minta mereka tuk segera kumpul lagi... “Gw ga ngerti ma bocah berdua itu, mau ikut acara tapi keluyuran ga fokus di acara, mana telat lagi!!!”. Saya mulai kurang bersimpati dengan orang seperti Ega ma Boy. -02.48 p.m.- Kembali kita duduk melingkar di saung itu. “Ok semuanya udah kumpul, kita masuk acara baru lagi, namanya ANCUR, Ajang Curhat maksudnya”. Jelas Dimas membuka acara. “Formatnya gini, setiap orang musti ngomong tentang apa aja yang ada di kelas selama setahun terakhir ini, kalo ada yang ga disuka atau ada yang pengen diomongin, omongin aja, kita semua terima dan bakal denger itu. Ini forum terbuka.... Dimulai dari sebelah gw dulu, Jauhar”. Jelasku menyambung ucapan Dimas, sambil mempersilahkan Jauhar bicara.
***
Semua yang ikut di ajang curhat ini antusias dan sangat serius memperhatikan setiap orang yang bicara dan mengungkapkan apa yang kayaknya udah lama dipendem mereka. “Gw ngerasa yang kurang dari kelas kita itu kekompakannya, ga kayak kelas lain. Seperti terbentuk kelompok-kelompok tertentu, “geng-geng” yang ada”. Jelas Jauhar mengawali ANCUR. “Gw pengen ngasih saran buat Mega ma Boy, hati-hati kalo pacaran, jangan sampe dipandang jelek ma orang lain”. Jelas Dimas. “Buat KM nih, katanya mau buat PJ, terus JARKOM, tapi koq ga jadi?! Itu pernah kita bicarain sebelumnya waktu kumpul buka bareng. Harusnya setiap mata kuliah ada PJnya kan!! Gimana KM? Koq ga jadi!!”. Jelas Tariman serius. “Aku sering kesel ma 3 orang, waktu Aku lagi serius, tapi diajak becanda... Dimas, Adam ma Sunu. Ngapain coba becanda terus?!”. Terang Muti. “Gw pengen kasih komentar buat Tariman. Man, lo udah kerja banyak buat kelas, gw salut lo bisa aktif di kelas, tapi jangan berlebihan lah... Terus KM juga harus tanggung jawab dengan tugasnya, jangan males karen ada yang bantu”. Terang Susi. “Gw pengen nanggepin ma komentarin apa yang ganjil di kelas. Pertama, gw ngerasa gw ga bisa jadi KM yang baik, walau gw ngerasa udah dengan semaksimal mungkin ngasih yang bisa gw lakuin tuk kelas, tetep aja jelek. Di acara ini gw minta maaf ma makasih yang dah banyak bantu gw selama jadi KM. Tahun depan pasti lebih baik lagi dengan orang yang berbeda”. Terang saya sejujur mungkin dan dengan rasa menyesal. “Buat Mega ma Boy, satu pesen gw... Jaga Iman ma Islamnya, itu aja. Gw takut... serius, gw takut, takut.. takut aja!! Terlebih kalo sampe nama kelas tercoret atau jelek, gw ga bakal tinggal diem. Maaf ma Makasih”. Sambungku dengan nada bicara yang banyak tersendat dan terdengar tegas dengan kepala tertunduk, sedangkan saya lihat puluhan pasang mata serius memperhatikan. “Iqbal liatnya ke kita dong”. Seru Mega menenangkan. Walau tampak serius, guyonan teman2 selalu hadir di tengah-tengah pembicaraan itu. Sesekali mereka diam, tapi sesekali juga mereka tertawa riang. Bahkan ada yang sampai tak tahan lagi untuk mengeluarkan air matanya ketika berbicara. Di tengah-tengah obrolan itu, adzan ashar terdengar. Untuk sesaat obrolan dihentikan dan mendengarkan kumandang adzan ashar terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan lagi hingga semuanya kebagian satu persatu. Semuanya tampak larut dalam keseriusan curahatan masing-masing. Dari semua yang diungkap, mereka udah bicara cukup jujur dan mau terbuka dengan masalah-masalah yang ada. Sedangkan masalah yang diangkat kepermukaan beragam, dari mulai KM yang kinerjanya buruk, pacaran yang kurang sehat di kampus, orang-orang yang egois dan sombong dalam bergaul, atau orang-orang yang disebut sebagai kutu buku oleh Korri. Dan semuanya bisa ngukur diri di sini. “Ok, makasih banget untuk curhatan2nya ma obrolannya tadi, kita terima dengan lapang dada dan moga yang kurang2nya bisa dirubah ditahun depan tuk jadi lebih baik lagi, amien... Sekarang udah ashar, jadi kita shalat dulu, baru kemudian dilanjutkan dengan acara selanjutnya”. Jelasku mengakhiri agenda ANCUR. -03.50 p.m.- Kita shalat ashar berjamaah di mushala kecil samping saung yang kita tempati, dan saya yang mengimami shalat ashar sore itu. Beberapa tmen lain masih berada di saung, kebanyakan cwe yang nunggu untuk meminjam mukena karena mereka tidak sempat membawanya. -04.15 p.m.- Semuanya telah selesai shalat ashar dan berkumpul lagi di saung. “Sekarang, biar kita terlihat kompak, ga ada “geng-gengan” lagi, kita makan rujak bareng”. Terang Dimas.
***
Rujak itu cuma ada di satu wadah, jadi musti bareng2 makannya. Terlihat Kadek berada di garda paling depan untuk membantai rujak, dan yang lainnya saling berempug mengelilingi wadah yang berukuran sedang itu. Sementara saya memisahkan rujak itu di atas kertas, dan sambalnya di aqua gelas yang sudah dipotong terlebih dahulu, lalu mulailah ikut membantai rujak, bareng Muti, Kori ma Ega. “Mas, sambelnya enak, siapa yang bikin?”. Tanya saya ke Dimas. “Kakak gw yang bikin tu...”. Jawabnya. Rujak Party ga kalah seru dengan acara sebelumnya, walau ada beberapa yang “Pobia Rujak” seperti Lia. -04.20 p.m.- “Oke, makan rujaknya udah selesai, sekarang kita ke acara “Tuker Kado”. Masing-masing ngambil nomor yang ditulis di kertas, terus ambil kado yang cocok dengan nomor yang dipegang”. Terang Tariman. Saya dapat nomor 9. Ya! Nomor 9, bungkusannya sangat minimalis sehingga saya sulit menebak apa isinya. TRIO Jambi melihat saya memegang kado bernomor 9, mereka tertawa-tawa ga jelas. Hmm...kayaknya ni kado punya salah satu dari TRIO Jambi. Semua udah dapat kadonya masing-masing, hanya Boy, Obi ma Eza yang ga dapet, mereka lupa untuk bawa kado. Dengan kado di tangan masing-masing, semuanya duduk melingkar lagi seperti sebelumnya. “Ok, sekrang kita buka bareng-bareng isi kadonya”. Seru Tariman. Waah....paan neH?! Yee..gw dapet.... Tiba-tiba ada yang berteriak, terbahak-bahak, dan senyum-senyum kecil ketika bungkusan kado mereka dibuka. Bungkusan kado nomor 9 yang saya pegang berukuran kurang lebih 15cm dengan lebar kira-kira tidak mencapai setengah cm, dibungkus kuat dengan slatip. Setelah terbuka, ternyata isinya selembar kertas bertuliskan: “Selamat Anda beruntung, Anda mendapatkan pulsa senilai 10rb, untuk lebih jelasnya segera hubungi Maihan”. Hmm, ternyata bungkusannya Maihan. Sementara itu, Hasna masih geleng-geleng kepala melihat apa yang didapet dari bungkusan kadonya, sebuah celana pendek bermotifkan tengkorak!! Pasnya celana itu untuk lelaki tentunya. Berkat kesepakatan, celana itu ditukar dengan isi kado punya Adam, tipex. Isi kado sangat beragam, dari mulai souvenir2 menarik, jam weker, gantungan, sampai buku berjudul paradoks. Setelah hampir semuanya selesai membuka kado, tinggal Tariman yang masih kepayahan mendapat kado cukup besar dengan bungkusan koran paling banyak. Rupanya Tariman yang beruntung dapet kado saya. “Berjuanglah Tariman, ca’yo...”. Seruku disampingnya. “Apaan nih isinya, bener2 ngerjain ngasih kadonya”. Yang lain ikut tertawa juga melihat Tariman yang paling akhir sibuk membongkar isi kado. Setelah 4 dus pembungkus dan belasan lapis koran terbongkar, akhirnya ia menemukan substansi kado itu. Mainan Dragon Ball yang di masukkan dalam bungkusan korek api. Hehe... -04.40 p.m.- “Semua acara udah selesai, sekarang penutupan, do’a dan bermusafahah”. Jelas Dimas. Ade yang diawal acara membacakan ayat suci al-Qur’an, sekarang diakhir dia bertugas membacakan do’a. Dan akhirnya semuanya ‘bersalaman’, saling meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Setelah semuanya benar-benar berakhir, kita sempatkan dulu berfoto-foto. Yang menjadi latar dari foto itu saung panggung ma danau disamping. Beberapa tampak meninggalkan Situ Gintung lebih dahulu setelah ikut foto bersama, sedangkan saya ma cowo’ yang laen, asyik bermain-main di pinggiran danau, duduk-duduk di rakit, berdiri di batang pohon besar yang terapung di danau dan bergurau ria. Momen ini pun diabadikan temn2 yang membawa kamera, dengan kamera digital, atau sekedar dokumentasi pribadi dengan kamera/video HP. Setelah puas, kita bersiap meninggalkan Situ Gintung, peralatan-peralatan yang dibawa dari tempat masing2, diambil kembali dan dipastikan semuanya tidak ada yang tertinggal. *** “Muti, gw mau kasih kado buat u neh...”. seruku sambil berpura-pura membuka tas. “Apaan?”. Jawabnya santai penuh penasaran. “Ini...”, (saya kasih muti keong kecil) AAAAAAHHHH..!!!!!! Kontan Muti teriak dan sedikit berlari. “Iihhh...paan sih?!”. Tanyanya. “Koq ga nangis Mut? Nangis dong, hehe... becanda!!”. Seruku sambil menghampiri Muti. “Ga dong... kan tadi udah, jadi agak kebalan”. Jelasnya lagi, kembali seperti biasa. “Yah...ga jadi deh ngeliat Muti nangis, hehe..”. seruku. Saya tau betul kalo muti pobia bekicot dari sejak lama, hewan jenis moluska tepatnya. Makanya dia ga bisa banyak bertingkah kalo ada hewan sejenis moluska itu. Di awal sebelum acara ini dimulai, Adam juga sama bertingkah jailnya, dia ngasih muti keong dari pinggiran danau. Nah, waktu yang Adam ini, muti sampe nangis-nangis liat bekicot yang Adam kasih. Duh, muti..muti...
***
Satu persatu sahabat pergi... Liriknya Bang Iwan itu pas untuk ngejelasin acara yang udah berakhir ini. Setelah keluar dari Situ Gintung, tinggal tersisa Saya, Muti, Desi ma Susi yang musti jalan kaki untuk pulangnya. Sambil berjalan pulang itu, kita bergurau lagi, larut dengan obrolan-obrolan kecil yang ga pernah habis tuk diceritain..
***
Terik siang akan segera berganti dengan pekat malam... Suara alam mendendangkan pergantian waktu dengan cepat... Hingga langkah pulang kaki kami akan segera beranjak meninabobokan kelelahan...
WHAT A WONDERFUL DAY!!^^

"Dalam Lelap Yang Tak Lagi Gelap"

-03.10 a.m.

Pagi ini masih ramai oleh diskusi nyamuk yang bergerilya mencari darah.. Bagi mereka, mencari darah adalah tugas utama dan mulia, karena menyangkut kelangsungan hidup... Tapi tahukah, bahwa mencari darah juga menjadi tugas utama dan mulia bagi golongan lain?? Merekalah para keparat Zionis, nyamuk got yang haus darah!!!

Malam ini semuanya tampak terlelap, hanya ada Aku dan Rocky. Rocky sang office assistant yang setia menemaniku ketika jari-jemariku bermain-main di atas toots keyboard komputer. Rocky menatapku heran, menyelidik lalu menertawakanku, “Kau adalah manusia yang tidak bisa berlaku adil pada waktu-waktu yang kau miliki, pada waktu seharusnya kamu tidur, kau malah bertatapan-serius dengan monitor komputermu,, kapan kau akan mulai menghargai waktu!!!”. Ku jawab bahwa, “Tidur adalah cara membunuh waktu yang kurang bijak, cukup seperlunya saja...”. Walau aku akui bahwa pada satu malam yang aku terjaga sampai subuh, jerawat bertambah satu di pipiku,, biarlah toh itu juga pertanda ada wanita yang sedang jatuh cinta kepadaku.”

Masih banyak sebenarnya tugas yang harus segera diselesaikan, tugas kuliah, tugas menulis karya ilmiah, tugas kelas menulis, tugas membaca buku dan tugas lainnya yang itu bisa dibahas dan dikerjakan belakangan. Merasa banyak tugas bagi setiap orang itu biasa, biasa merasa terbebani dengan banyaknya tugas tapi tidak satu pun yang mulai dikerjakan, biasa merasa diri yang paling sibuk dengan banyaknya tugas padahal hampir lupa apa saja tugasnya sampai saat ini.

Tapi tugas yang aku milliki sekarang memang benar adanya, hanya sepertinya menulis seperti ini juga adalah tugas bagiku untuk melatih keterampilan otak kanan.

Ketika malam semakin pekat, maka pertanda mentari akan segera terbit, begitu pepatah mengatakan. Semoga mentari pagi ini terbit dengan senyum lebar yang mengabarkan, “Hari ini adalah hari terbaikmu!!”.

Musik yang mulai tak jelas terdengar, tinggal sayup-sayup yang tenggelam bersama waktu yang berjalan adalah mata yang terkatup sedikit demi sedikit. Putaran kipas angin mengajakku menginjak ruang suram bernama mimpi.[]

22 mei 2007

[Di bawah langit kosan Pak Syarif].

28 Mei 2007

"KNOWLEDGE, PIETY AND INTEGRITY SEBAGAI LANDASAN CULTURE UIN"

"KNOWLEDGE, PIETY AND INTEGRITY SEBAGAI LANDASAN CULTURE UIN"
Disampaikan oleh : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta)
Pada seminar Psikologi di Auditorium Utama
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah-Jakarta
[Knowledge]
Bangsa yang menang adalah bangsa yang memiliki devisa intelektual, tidak devisit.
Bangsa yang memiliki spirit, cinta, etos dan pengetahuan.
Seharusnya dosen bisa lebih giat belajarnya dari pada mahasiswanya.
karena, Siapa yang berhenti belajar, maka ia berhenti mengajar.
Persaingan semakin ketat zaman sekarang.
Pada mahasiswa, banyak mereka yang menjadi aktivis tapi kadang lupa dengan prestasinya.
Menjadi paling terdepan ketika berdemo, lantang menyuarakan pendapat-pendapatnya, tapi
tidak diimbangi dengan prestasi yang baik. boleh aktif, tapi jangan lupa prestasi belajar.
[Piety]
Yaitu kesalehan, ketakwaan dan kerendah hatian.
Menjadi pintar terkadang lupa diri, pintar harusnya dibarengi dengan pandai bersujud.
Masih terlalu banyak yang tidak kita ketahui tentang semesta ini.
Jangankan mengetahui isi semesta, mengetahui apa yang ada pada diri kita saja masih sedikit.
Terbukti, sampai saat ini saya belum pernah melihat keadaan mata saya sendiri, yang saya lihat hanya bayangan mata saya yang tampak pada cermin.
Sekarang terjadi kepintaran yang tampak tidak shaleh,
Kegiatan Ujian Nasional yang berlangsung di sekolah-sekolah, menjadi sedikit gambaran pendidikan yang tidak dibarengi pendidikan keshalehan. Pada soal-soal Ujian Nasional, para siswa bisa lebih bangga ketika mengerjakan soal-soal itu, karena mereka tidak perlu mengkhawatirkan jawaban dari soal yang sulit, karena guru-guru akan memberikan pada mereka "yang terbaik", Jawaban soal Ujian Nasional yang dibocorkan oleh guru menjadi pendidikan yang tidak tampak kesalehannya.
[Integrity]
Yaitu integritas, peran sosial atau kualitas diri, Keberadaan al-Qur'an sudah terlalu modern untuk zaman sekarang sebagai sumber pengetahuan. Semua ilmu yang dipelajari, telah disebutkan dalam al-Qur'an, sehingga orang tinggal mengkaji isi dari al-Qur'an itu.
Kita melihat, orang terbaik produk sarjana pertama didikan Rasulullah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan sahabat-sahabat Rasulullah lainnya.
Islam sebagai agama, mampu meng-Islamkan suatu budaya dari luar yang awalnya tidak bernilai Islami. Sebagai contoh kreasi budaya yang di-Islamkan yaitu 'Bedug'.
Bedug adalah budaya yang ada di negara Cinta dan Jepang, tetapi ketika masuk ke negara Indonesia, keberadaan bedug mampu di-Islamkan, yaitu sebagai pertanda adzan yang ada di masjid-masjid. Padahal di negara Islam sekalipun tidak ada bedug seperti itu.
Atau keberadaan kubah masjid, hampir seluruh masjid di Indonesia memiliki kubah, padahal kubah adalah budaya dari luar yang pada awalnya sama sekali tidak bersangkut-paut dengan Islam. Inilah salah satu pertanda kemajuan Islam, yaitu mampu meng-Islamkan kreasi-kreasi budaya luar.
Islam perlu pendekatan Psikologi dan Budaya.---
Notes: -Ini hanya ringkasan yang dapat saya tangkap dari hasil seminar bersama Bpk. Rektor
-Tema seminar ini menjadi ladasan UIN yang ramai diangkat ke permukaan sebagai
landasan UIN SYAHID JAKARTA

20 Mei 2007

ISYARAT GUGURAN DAUN-

Oleh: Ahmad Ragen

Karena daun yang lemah berguguran Karena ranting yang patah berjatuhan Dan karena celoteh gereja yang bersahutan Maka aku berguru pada alam

***

Memaknai daun-daun yang berserakan di tanah Rumah Dunia, sama halnya memaknai semua yang tampak menjadi bagian dari Rumah Dunia, topeng-topeng, bubu ikan, pintu gerbang, atau coretan-coretan di dinding, menjadi metafora yang hanya bisa dipahami bagi mereka yang mau berfilsafat.

Serakan daun di tanah, akan dipahami banyak orang sebagai sampah yang tampak mengotori lingkungan, tidak indah. Tapi konsep indah bisa lain jika hadir di Rumah Dunia, jutsru sampah (serakan daun) itu adalah bagian dari keindahan alam. Meminjam istilah Firman Venayaksa, "Alam adalah guru yang tidak menggurui," maka secara langsung ketika kita sedang berada di Rumah Dunia, kita sedang berguru pada alam, di samping berguru pada para penulis. Bukankah Islam mengisyaratkan dua hal untuk kita pelajari, pertama adalah ayat-ayat Kauliyah (Firman Allah dalam Al-Qur'an), dan ayat-ayat Kauniyah (Alam)?, maka mempelajari alam adalah bagian dari hal yang diisyaratkan oleh Islam.

Jika kita lihat, maka hanya daun dan ranting tua yang bisa menginjak tanah. Sama halnya dengan ide atau gagasan. Carl G Goller mengatakan, "Otak manusia mampu menciptakan 1000 lebih gagasan dalam setiap harinya." Maka dari seribu lebih gagasan yang bisa diciptakan manusia, hanya ada beberapa gagasan yang benar-benar sebagai wujud hasil pikir yang cerdas dan matang, yaitu gagasan atau ide yang "tua" dan yang "sampai menginjak tanah".

Setiap daun yang banyak berserakan di lingkungan sekitar, maka kebiasaan masyarakat adalah menyapu semua daun, kemudian menumpuknya dalam bak sampah dan terakhir membakarnya sampai habis. Jika setiap daun yang jatuh pada akhirnya akan dibakar hingga habis, lalu dari bakaran itu membentuk kepulan asap yang membumbung di langit, bukankah itu cara yang kurang bijak untuk menjaga bumi? Karena setiap daun yang dibakar akan menghasilkan Karbondioksida [CO2] yang jika semakin banyak tercipta, maka efeknya akan melubangi lapisan ozon, dan setiap lapisan ozon yang bolong, akan masuk sinar matahari ke bumi secara langsung dan terjadi yang disebut sebagai "efek rumah kaca".

Selain efek rumah kaca yang akan ditimbulkan dari bakaran sampah, bagi masyarakat sekitar (tetangga) tentu tidak akan nyaman dengan kepulan asap yang memasuki rumah-rumah mereka, terbang mengenai jemuran-jemuran di depan rumah, dan baunya yang pasti jauh berbeda dengan bau kepulan asap sate ayam.

Meminjam istilah Gola Gong, "Saatnya menggunakan otak kanan," adalah sangat tepat, karena agar tidak melulu otak kiri yang dipergunakan. Dalam hal ini berarti kita harus mampu mengubah cara berpikir dalam menilai keindahan, maka sekiranya indah adalah tanpa serakan daun yang dianggap mengotori, indah juga berarti mengubah serakan daun itu menjadi hasil dari proses kretifitas. Contohnya, melihat serakan daun di Rumah Dunia yang merupakan tempat belajar banyak orang, maka belajar akan menyenangkan jika menyatu dengan alam, dan itu menjadi konsep belajar dalam “Learning Revolution”. Atau menyulap daun-daun yang jatuh ke tanah menjadi bentuk kreatifitas lain yang kemudian tidak hanya sebatas kreatifitas, tetapi lebih jauh bisa menghasilkan pendapatan dari proses kreatif tersebut.

Seandainya kota Serang bisa secara optimal menggunakan "otak kanannya", tentu Serang sebagai Ibukota bisa berguru pada alam, menjaga dan melestarikan bumi secara bijak, membangun lahan pekerjaan dengan mentransformasikan makna keindahan dari serakan daun dan melakukan hal lain yang dengannya bisa menjadi nilai lebih bagi Serang sebagai provinsi yang angka buta huruf dan gagap teknologinya di masyarakat masih banyak.

Banyak orang kagum ketika melihat kondisi belajar Rumah Dunia yang tampak menyatu dengan alam, mendengar kicauan burung yang bersahutan, suara-suara kambing, angin-angin yang menerbangkan dedaunan, teriakan anak-anak kecil yang ramai berlarian, dan kumandang adzan yang terdengar untuk mengingatkan waktu shalat, serta melihat biru langit yang tentu tidak bisa hadir di dalam kondisi belajar ruang tertutup.

Jika pohon di Rumah Dunia telah habis, dan tidak ada lagi daun dan ranting yang jatuh berguguran, maka biarkan dedaunan pohon di hutan berjatuhan menginjak Rumah Dunia karena angin yang menerbangkannya. Dan jika pohon-pohon di hutan telah habis pula, biarkan kami berguru pada angin, karena sampai mati kami akan setia berguru pada alam. Jika alam telah habis, maka kita habis.

02 April 2007

Ruang Sempit Bernama Hidup

22 November 2006

-05.32 p.m.-

Aahh…!!! Berungkali aku harus terbangun pagi karena telpon dari ***. Ya! orang yang baru aku ‘sakiti’ beberapa hari lalu. ”Cinta harus diawali dengan bijak, dan secepatnya harus diakhiri dengan bijak pula”, begitu orang bijak akan berkomentar tentang keadaanku. Sampai detik pertama di pagi ini, aku masih termasuk orang yang jengah dengan cinta. Persetan dengan CINTA!

Pagi hariku selalu berjalan dalam keterbiasaan. Bangun pagi… Shalat subuh… Dan menunggu kuliah.. Segelas mocacinno selalu setia menemani pagi buta di kosanku, dan sepotong biskuit yang tak pernah bosan aku makan untuk mengganti sarapan. Jengah dengan hari-hari di kosan yang berjalan stagnan, terlalu menbosankan dan menjenuhkan, jika tak ada warna lain yang memperlihatkan semuanya lebih indah.

-09.20 p.m.-

Hari ini terasa agak bebas sebetulnya, tidak seperti hari Rabu sebelumnya yang sedikit dibuat mumet dengan bantaian soal-soal mid test kuliah. Memang seminggu kemarin adalah jadwal UTS untuk kelasku, IA. Dan hari ini aku rasakan terlalu berat kakiku melangkah, menginjaki setiap jengkal tanah menuju kampus. Perut yang tak pernah terisi nasi di pagi hari, lagi-lagi berusaha menguji ketahanan daya tubuhku di bangku kampus hari ini. Masalah-masalah pribadi yang kemarin belum sempat aku pecahkan, menambah deretan masalah dengan masalah baru yang menyambut setiap pagiku, padahal sudah terlalu lelah otakku untuk berpikir, dan sudah terlalu berat kepalaku jika melulu diisi dengan hal-hal yang menjengkelkan. Ya, itulah hidup yang menawarkan masalah dan kau harus belajar mencabik setiap masalah itu.

-09.34 p.m.-

Aku tiba di ruang 305 kampus Psikologi. Ternyata hari ini sama saja dengan hari Rabu sebelumnya. Aku datang ke kampus sedangkan Pak Farid dosen sosiologiku telah lama berada di kampus mendahuluiku, CURANG!!

“Assalamu’alaikum, maaf pak terlambat”, sapaku memasuki ruang perkuliahan. Mungkin hari ini hanya terlambat 5 menit, dan terlambat bukan bagian dari hidupku sebetulnya, semuanya hanya kebetulan.. Bangku paling belakang menjadi pilihanku sekarang, mungkin di belakang akan terasa lebih nyaman karena “tidak dituntut untuk benar-benar memperhatikan penjelasan dosen”, mungkin. Kaki kananku ditopang oleh kaki kiriku, atau kedua kakiku akan diletakkan lurus di bangku depanku dengan segera jika keadaannya membosankan. Dan selalu seperti itu posisi dudukku di kampus, karena belajar akan nyaman ketika posisi dudukku terasa lebih nyaman.

-10.58 p.m.-

Baiklah anak-anak, pertemuan kita dicukupkan sampai disini, saya rasa semuanya sudah cukup jelas, dan karena waktu kita sudah habis, jadi silahkan keluar…”. Jelas Pak Farid mengakhiri kuliah hari ini. Ahh.. Padahal banyak yang harus aku tanyakan, tentang teori Adam Smith yang tadi disampaikannya. Bukan dosen jika tidak memberikan waktu bertanya bagi mahasiswanya!. ketusku.

Selama penjelasan materi sosiologi tadi, aku hanya memperhatikan betul apa yang disampaikan dosen, walau dengan ekspesi muka yang sepertinya kurang bersahabat. “Bal, koq mukanya sekarang serem gitu sih?”, tanya Ayu. “Ga ada senyum tuk hari ini yu, semuanya terlalu menjenuhkan”, jawabku dengan hati yang sebetulnya tersenyum.

Selesai sosiologi akan ada mid test terakhir, yaitu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Masih teringat ketika dua petemuan terakhir IAD yang cukup menegangkan bagiku, karena posisiku ketika itu adalah mempresentasikan bahasan tentang lahirnya suatu ilmu, bersama dua kawaku Ade dan Eva. Dua jam yang menjengkelkan, berada di depan para mahasiswa untuk menjelaskan materi yang bagiku sendiri itu belum jelas, saat-saat yang paling menjengkelkan ketika forum tanya jawab. Amunisi yang mereka siapkan untuk menembakiku dengan pertanyaan-pertanyaan rumit membuatku merasa tegang dan tersudut pada pojok kebuntuan berpikir, dan baru pertama kalinya aku harus presentasi dalam keadaan yang kurang memuaskan. What The Fuck Have I Done!

Terlalu memalukan bagiku menyerahkan semua pertanyaan teman-temanku pada dosen. Tapi, bagaimana pun itu kekalah harus diakui. Aku angkat kedua tanganku di depan cemoohan lembaran kertas buku, yang semestinya aku pahami semua isinya.

-12.42 p.m.-

“AHH..!!! Apa ini..?? Soal-soal yang menggelikan, membelit setiap inci dendrit di kepalaku, mengorek dasar dari kusam otak, memaksa neuron untuk segera memberi respon pada rangkaian huruf-huruf mid test Ilmu Alamiah Dasar. Sial! Menyesal aku harus mengumpulkan reward kemaksiatan pada hari-hari kemarin. Kalau saja aku masih rajin beribadah seperti dulu waktu aku di pesantren, maka tentu tak akan ada dendrit yang ikut berpikir seperti sekarang ini, tak akan ada neuron yang ciut ketakutan, dan semuanya akan lebih dahulu terjawab sebelum indera-inderaku menangkap rangsangan. Mendadak semuanya angkat tangan, ciut dan ketakutan ketika dihadapkan pada keadaan seperti ini. Tapi berkat konstribusi sel-sel, syaraf-syaraf, dan otak yang bekerja optimal dan secara totalitas mengerahkan kemampuan, semuanya terselesaikan juga. “Terima kasih syaraf, yang memintaku menengok lembar jawab temanku di belakang”. Senyumku malu.

-01.48 p.m..-

Siang ini ada waktu sekitar satu jam sebelum masuk mata kuliah Bahasa Indonesia. Akan lebih baik bagiku jika kembali ke kosan sekedar untuk makan siang dan shalat dzuhur. Tapi, sebelum menuju ke kosan, aku sempatkan untuk mampir terlebih dahulu ke “Rumah Cahaya”, Forum Lingkar Pena Ciputat yang jaraknya hanya beberapa puluh meter dari kosan. Hanya sekedar mengobrol dengan Mas Andro (ketua FLP Ciputat), atau menanyakan tentang segala sesuatunya dari Forum yang bergerak dalam kepenulisan ini. Karena aku sendiri telah lama menaruh minta pada menulis. Hanya beberapa puluh menit saja aku mampir ke FLP itu, karena jika berlama-lama shalat dzuhurku pasti akan terlalaikan. -01.50 p.m.-

Maihan dan Kori menyusul mendatangiku di kostan, mereka menunggu untuk meng-copy materi sosiologi dari Pak Farid yang ada di flash disknya Rahma. Tapi ternyata terlalu banyak virus di flash disknya Rahma, jadi sulit untuk dibuka, apalagi untuk dicopy ke flash disknya Kori. Dasar Virus!! Kita terlibat obrolan yang cukup seru di kosan. Memang teman bagiku akan menjadi tempat menyenangkan untuk menyadarkan kekosongan hati atau remuknya perasaan, kapan pun itu. Saking serunya, aku lupa makan siangku yang sudah dibeli dari warung di bawah kosan, hingga mereka pun kembali lagi ke kampus.

-03.06 p.m..-

Belum sempat aku pakai kaus kakiku yang kanan, adzan ashar mengabarkanku untuk segera shalat ashar terlebih dahulu. Ya, shalat harus diutamakan dari segalanya. Selesai shalat aku bergegas menuju kampus, dan sepertinya aku sudah terlambat 30 menit untuk saat ini.

Assalamu’alaikum…”, sapaku pada semua yang ada di ruang itu.

“Kenapa bal terlambat, ga biasanya…”, jawab pak Dani yang sepertinya sudah cukup lama menjelaskan materi barunya.

“Oo.. Engga kenapa-kenapa Pak”, jawabku lagi dengan kepala menunduk.

Untuk saat ini, Pak Dani seharusnya ga usah curang seperti Pak Farid yang lebih dulu berada di ruang perkuliahan. Tapi sayang, aku yang kalah lagi. Walaupun terlambat bukan bagian dari hidupku sebetulnya. Dan hanya Pak Dani yang memahami itu, “Kenapa Bal terlambat, ga biasanya…”. Mata kuliah Bahasa Indondesia. Ternyata, orang yang bisa berbahasa Indonesia pun masih dituntut mempelajari Bahasa Indonesia. Entah seperti apa ketika Bahasa Indonesia cukup untuk dipelajari? Sampai orang Indonesia mampu berbahasa seperti presidennya yang paling fasih berbahasa Indonesia? Atau sampai kita tidak akan pernah memasuki ruang bernama sekolah atau kampus lagi untuk mempelajari bahasa Indonesia? Padahal masalah EYD saja belum banyak dipahami. Jika Bahasa Indonesia menuntut agar kita berbahasa Indonesia yang baik, baku dan sesuai EYD, maka bukan menjadi pemandangan yang asing lagi melihat orang Indonesia berjalan dengan membawa Kamus Ejahan Yang Disempurnakan.

Mata kuliah Bahasa Indonesia selalu diakhiri dengan tugas membuat karangan. Membosankan! Tapi akan mengasyikkan bagiku ketika menulis menjadi hobi. Hingga potongan huruf-huruf pada lembar kertas ini ada karena menjadi ‘ancaman’ dari nilai tugas kuliahku.

-04.00 p.m.-

Di kosan, aku rebahkan badanku di atas karpet hijau, meremajakan otot-otot yang letih, meninabobokan otak yang terlalu jenuh, memanjakan setiap bagian dari tubuh dan memejamkan mata untuk sejenak beranjak pada alam kebohongan bernama mimpi. Mungkin sampai habis waktu untuk ashar aku akan terbangun lagi.

-08.00 a.m.-

Selesai shalat isya, untuk menghabiskan waktu di malam hari aku bersama ketiga kawan kosanku biasa berjalan mengelilingi setiap sudut di daerah Ciputat. Hanya sekedar mencari nasi untuk makan malam. Kita tidak pernah merencanakan dimana tempat yang asyik untuk makan malamnya. Karena itu hanya akan terjawab oleh dimana langkah kaki terhenti. Bagiku aroma sate selalu memaksa kakiku berhenti melangkah. -09.00 a.m.-

Ketika tangis perutku di malam hari telah mereda, kini tinggal aku meredakan “tangis” dosen-dosenku yang menuntut tugas kuliah terselesaikan. Maka malam hari menjadi saat yang tepat juga untuk menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah.

-12.00 a.m.-

Aku berada di atas kasur tipisku. Kini, saatnya aku membuka catatan harian, menceritakan cerita-cerita lucu, konyol, sedih atau cerita apa pun itu yang telah aku alami dari mata rantai waktu yang telah kuinjak pada kertas harianku. Aku berpikir suatu saat nanti, potongan-potongan cerita pada buku harianku akan menjadi sesuatu yang menggemparkan dunia di hari depanku kelak. Seperti Multatuli yang berusaha mengungkapkan dirinya pada dunia luas, hingga semua orang tahu siapa dirinya. Atau Gie yang menyusun hari-harinya pada lembar catatan harian yang sampai sekarang setiap orang tahu bagaimana pengembaraan panjang hidupnya. Hingga Gola gong yang berambisi menggenggam dunia dengan tulisan-tulisannya. Sesegera mungkin aku akan menunjukkan pada dunia kalau AKU ADA. Titik terakhir pada catatan harianku mengisyaratkan mata yang telah letih.

- -

Begitulah caraku membunuh waktu, memahami setiap sketsa dari hidup, memaknai setiap waktu yang berputar, atas langkah nyali yang telah menginjak ruang sempit bernama hidup.

Diberdayakan oleh Blogger.