27 Juli 2008

Berkunjung ke Pesantren


'Berkunjung ke Pesantren" (Minggu, 15 Juni 2008)
-Catatan perjalanan-
Kawan, ini tentang perjalananku yang ke sekian. Sebenarnya tidak ada yang begitu mengesankan pada perjalanan kali ini, tapi ini perjalanan yang cukup berarti bagiku... Lalu, kau tau apa beda “mengesankan” dan “berarti”?? tidak jauh beda...
Mengesankan, berkaitan dengan pengalaman batin yang kau alami dan meninggalkan bekas yang indah sebagai ingatan jangka panjang. Sedangkan “berarti”, berkaitan dengan bobot pengalaman yang lebih terkait pada nilai ketimbang hanya sekedar pengalaman atau catatan dalam memori.
Ya... intinya sama lah... hanya kata “berarti” tampak lebih memiliki isi...
-Minggu, 15 Juni 2008-
Jam 02.30 dini hari, bis Primajasa yang aku naiki akhirnya tiba di kota Garut...
Alhamdulillah.... Aku sampai juga di kota Garut... Kota indah yang telah mengajarkanku banyak hal, dan mendewasakanku selama kurang lebih 6 tahun lamanya.
Ada perasaan haru, atau sedih mungkin yang aku rasakan ketika kakiku berhasil menginjak kembali tanah Garut malam itu.. Ada rasa rindu yang sekian lama ku tekan ke alam bawah sadarku, dan di saat rindu itu terlampiaskan, aku ragu harus mengucapkan apa.... aku ingin sejenak bersujud syukur... bertekuk lutut walau di aspal terminal... Aku ingin menangis karena lama tak bertemu... Saat aku merasa aku harus kembali tinggal di tanah ini, Garut!!
Terminal di Garut pukul 02.30 dini hari tampak lengang. Ya, itu wajar, karena ini tengah malam... Beberapa kios yang menjajakan oleh-oleh khas Garut tampak masih buka selama 24 jam.
“a, kuehna a...” sapa seorang penjaga kios.
Aku lebih nyaman untuk tidak menjawabnya, dan terus berjalan untuk keluar dari terminal dan mencari angkot yang akan mengantarkanku menuju ke Pesantren.
Hm... ada yang aku rasakan aneh dari kota Garut kali ini. Aku merasa ada sesuatu yang hilang di kota ini?! Ya, aku kehilangan suasana dingin Garut di malam hari. Seharusnya aku mengigil malam ini, bahkan seharusnya cukup mengigil dengan berjalan jam 3 malam di tengah kota Garut. Apa gunung-gunung di kota Garut telah hilang??! Ah, tidak mungkin,,, segera aku masih bisa melihat di seluruh penjuru Garut adalah gunung-gunung yang kokoh berdiri... Hm, lalu??? Sayang, aku sesalkan hal ini....
Setelah berjalan dan meninggalkan terminal, aku tidak juga mendapati angkot menuju arah pesantrenku di Ciledug, hanya ada beberapa angkot yang menuju jurusan lain, itu pun hanya 2 atau 3 yang lewat. Rupanya memang terlalu sepi malam ini. Sampai di perempatan jalan, aku teruskan berjalan menuju arah radio Antares. Ada 4 orang pria yang sedang mengobrol di pinggir jalan, salah satu dari mereka menawarkanku ojek dengan ongkos 5000 untuk sampai di pesantren. Hm, penawaran yang cukup menarik pikirku...
***
Kedatanganku ke Garut tak lain untuk berkunjung ke pesantrenku, dan kali ini adalah untuk menghadiri reuni angkatan. Reuni kali ini mengambil moment saat perpisahan adek kelasku angkatan ke-25, jadi reuni angkatan sekaligus menghadiri perpisahan... Sebenarnya keberangkatan ini tanpa ada perencanaan sebelumnya, karena beberapa hari sebelumnya aku katakan pada kawan-kawanku yang mengajakku reuni bahwa aku izin tidak dapat menghadiri reuni. Tapi, tepat sore sebelum malamnya aku berangkat, ternyata aku diizinkan ke Garut oleh orang tua, dengan syarat pulang membawa SKHUN...
Sebelum berangkat menuju Garut, aku sempatkan dulu mampir ke kosan, karena kebetulan jalur yang aku ambil untuk sampai di Garut adalah Jakarta, bukan Bandung. Selain untuk menyimpan barang-barang yang baru aku bawa dari rumah, di kosan aku juga sempatkan untuk makan malam terlebih dahulu, dan makan malam itu adalah di kosan cut. Jam 9-nya baru aku berangkat menuju terminal dan sejam kemudian aku berhasil duduk di bis yang akan membawaku menuju Garut.
***
-02.50 a.m-
Aku berdiri di depan gerbang pesantren beberapa saat sebelum memutuskan untuk masuk... Dalam keadaan yang cukup gelap saat itu, aku masih bisa melihat satpam yang berada di tempatnya karena tersoroti sedikit cahaya lampu dari asrama..
“Assalamu’alaikum...” “Wa’alaikum salam.... Iqbal??” “Muhun Pak”. Rupanya satpam itu masih mengenaliku.
Segera ia membuka gerbang pesantren yang masih terkunci gembok. Aku salami pak Satpam yang kala itu aku lupa namanya... Yang pasti, aku senang kedatanganku ke pesantren bisa disambut satpam yang telah lama tak ku temui.
Lagi-lagi ada rasa rindu dan bahagia dalam dadaku ketika tanah pesantren yang lama aku tinggalkan ini berhasil aku jajaki kembali. Aku menghirup udara malam yang segar dari atas tanah pesantren yang ku pijak. Seketika, udara malam yang menusuk rongga dadaku membangkitkan ingatanku tentang masa-masa indah di pesantren... Memori jangka panjangku tentang pesantren berputar kembali. Di mana 6 tahun lamanya pesantren membentukku menjadi seperti saat sekarang ini... Menjadi manusia yang kalian kenal, menjadi seorang Iqbal. Iqbal yang kalian kenal saat ini adalah manusia yang dibentuk oleh pesantren... akal budinya... perilaku... tata pikir... cara bicara.. dan keterampilan lain yang aku miliki adalah karena pesantren... Karena selama 6 tahun itu pendidikanku dipercayakan sepenuhnya pada pesantren.
Ya, aku adalah produk hasil "mesin" bernama pesantren...
Keadaan di pesantren malam itu tampak sangat sepi, sekalipun besok ada acara perpisahan. Lalu aku putuskan untuk menuju masjid sebagai tempat pertama yang aku tuju. Sejenak aku duduk di tangga masjid pesantren, untuk kembali menikmati udara Garut, dan kemudian aku mengabari kawanku yang lain bahwa aku telah tiba di Garut. Masjid ini tak banyak berubah sejak aku tinggalkan 2 tahun yang lalu... bahkan sejuknya udara masih bisa aku hirup, tak ubahnya udara 2 tahun yang lalu...
Setelah beberapa saat duduk di tangga masjid, kemudian aku masuk ke dalam masjid yang masih gelap untuk meletakkan tas. Tak berapa lama, aku putuskan untuk mengambil air wudhu dan shalat sunnah malam itu... Alhamdulillah... lagi-lagi ada rasa haru ketika aku dapat bersujud di masjid pesantrenku... aku yang telah lama meninggalkan shalat tahajjud, malam itu kembali khusyu dalam ibadah... Dengan keadaan lampu masjid yang aku biarkan mati, aku merasa seakan aku shalat bersama para malaikat malam itu...
*** Aku pernah membaca hadits yang menyebutkan bahwa ketika kita shalat witir, maka malaikat akan ikut bersama kita dalam shalat itu...
***
Setelah shalat dan berdiam di masjid, kemudian aku berjalan menuju asrama adik kelas untuk menyempatkan sejenak beristirahat... mungkin dengan istirahat aku akan lebih dapat menikmati hari ini... Tapi hanya 15 menit aku dapat memejamkan mata, karena adzan subuh membangunkanku lebih cepat..
-04.50 a.m-
Hanya ada beberapa santri dan guru yang shalat subuh itu... Kira-kira hanya 2 shaf atau sekitar 30 orang... Selesai shalat subuh, aku menyapa ustad yang ku kenal, lalu menuju asrama masjid untuk menemui penghuninya dan meminta izin tuk istirahat di sana sebelum aku menghadiri perpisahan dan reuni hari ini...
“Assalamu’alaikum...” “Wa’alaikum salam... eh, a Iqbal??! Kapan datang a??” “Abizar?? Dah besar kamu zar...” Jawabku.
Maka aku mulai mengobrol dengannya selesai shalat subuh itu... Aku masih ingat bahwa dulu aku pun pernah tinggal di asrama masjid ini selama 1 tahun bersama 3 orang temanku. Asrama masjid adalah asrama yang berada di dalam masjid, tepatnya adalah kamar yang berada di sebelah kiri dan kanan tempat imam shalat. Asrama ini jelas hanya diperuntukkan bagi santri yang oleh ustad dianggap layak untuk mengurus masjid... Dan adalah suatu anugerah dapat tinggal di asrama masjid ini...
Obrolan santai subuh itu, ternyata menjadi saat untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan yang menyenangkan. Satu per satu kawan-kawan Abizar yang lain datang dan ikut ngobrol bareng di kamar asrama yang tidak terlalu luas itu. Ini menjadi keadaan paling aku rindukan, karena hanya aku dapatkan di pesantren.
Sejak aku menjadi senior di pesantren dulu, kira-kira kelas 1 hingga 3 SMA, aku selalu mempunyai waktu luang bagi adik-adik kelasku untuk saling bertukar pikiran. Biasanya waktu itu adalah ketika selesai shalat berjamaah. Bahkan saking terlalu asyiknya ngobrol, ga jarang kita melewatkan waktu makan siang atau makan malam, atau terlambat masuk kelas ketika selesai shalat subuh dan selesai shalat ashar. Saat obrolan-obrolan santai itu... becanda... curhat... tanya pelajaran atau cuma ketawa bareng... menjadi hal paling mengesankan bagiku... aku selalu menanti saat seperti itu, yang sulit aku dapatkan di kampus atau tempat lain.
Obrolan subuh itu berakhir hingga pukul 9 pagi, dengan tentunya kita melewatkan waktu sarapan pagi di ruang makan..
-09.20 a.m-
Selesai mandi, aku bergegas menuju aula, di mana perpisahan adek kelasku berlangsung. Di aula juga pastinya sudah menunggu teman-teman lama, yang dulu kami belajar bersama di pesantren ini... Dan ya, satu per satu aku kembali dapat melihat wajah-wajah sahabat lamaku, aku menyapa mereka dan melepas kangen tentunya setelah lama tak bertemu, bahkan beberapanya belum pernah aku lihat selama kurang lebih 2 tahun sejak keluar dari pesantren.
“Bal!! Duh.. kangen yeuh... iraha maneh rek ka Pelabuhan ratu deui?? Ulin atuh... Indung urang nanyakeun tuh...”. Tegur Haris.
“Waduhh.. ris, 2 taun teu papanggih jeung maneh yeuh... hayu ah ulin deui”.
‘Ceu, gw kangen ne ma lo...” Penyu.
..................
Hm, senang rasanya dapat berkumpul kembali dengan teman lama...
Melihat wajah-wajah kami yang semakin menua...
Aku kenal dari wajah-wajah itu bahwa mereka pernah menjadi sangat dekat denganku...
Dan aku kenal dari suara-suara itu bahwa kita tetap dekat...
Selain bertemu dengan teman lama dan adik kelas, aku juga bertegur sapa dengan guru-guru yang hadir di pesantren saat itu.........
Oya, ini comment mereka tentang Iqbal setelah lama tak bertemu,
“Iqbal, koq makin kurus sih??” Nina dan Pak Soleh.
“Waduhh.. bos pelihara jenggot ya??” Jan jan.
“Wah.. beda ne ma yang tegak kalo jalan”. Rida
Dan comment lainnya...
-03.45 a.m-
Setelah cukup melepas kangen bersama semua orang yang ada di pesantren, sore itu selsai shalat ashar aku dan teman-teman lain yang berangkat dari Jakarta, akhirnya bersama-sama pulang kembali menuju Jakarta.
Satu per satu sahabat pergi...
Dan tak kan pernah kembali......
(Iwan Fals)
Akhirnya aku berpamitan pulang pada teman, adek kelas, ustad, pegawai pondok dan satpam tentunya...
----Sepanjang perjalanan pulang, aku kembali mengamati keadaan kota Garut, dan mengingat-ingat apa yang telah aku perbuat untuk Garut ketika itu...
Tak lebih dari sehari aku berada di Garut kali ini... Disayangkan memang... Tapi aku cukup senang...
Di bis menuju Jakarta, aku sempat membuka buku Antrpologi yang sengaja aku bawa ke Garut bersama beberapa makalah kuliah... Tapi buku Antropologi itu membuatku mengantuk dan tertidur di bis...
Biarlah... UAS pertama besok moga masih bisa aku isi lembar jawabnya..........
Garut---Unforgetable Moment!!

Seminar Hipnoterapi

SEMINAR HIPNOTERAPI
“Saat Tegas dan Optimis Menjawab Semua Tanggung Jawab"
---Catatan pengalaman: Selasa, 22 April 2008
“Ini pengalaman, pengalaman yang berharga... Berharga berarti memiliki nilai, memiliki nilai berarti berkualitas, berkualitas berarti berhasil menghasilkan, berhasil menghasilkan berarti kesuksesan, dan kesuksesan berarti tidak dapat dilupakan...”
-------------
Pagi itu aku baru saja terbangun, tiba-tiba tersentak kaget mendapati jam menunjukkan pukul 7 tepat.
Astagfirullahah’adzim.... Ya Allah.......
“Iqbal lo di mana?? Gw dah dikampus 2 nih lagi nunggu mobil...” “Gw masih dikosan Han, bentar lagi gw kesana ya...” “Yah... gimana sih lo?!! Koq masih dikosan?? Dah jam 7 nih...!! Ya dah cepet ya..” “Iya, ya Han..” -----Hana (ketua OC) telfon.
Astagfirullahah’adzim.... Ya Allah..
Siapa yang jemput Pak Dadang Hawari??? Ini dah jam 7, harusnya jam 6 udah berangkat ke Tebet tuk jemput..Terus gimana dengan backdrop di Wisma?? dah dipasang belum nih...
Ya Allah.......
Pagi itu aku sangat panik, benar-benar panik... malah seakan aku harus menangis saat berada pada kecerobohan pagi itu... Seharusnya jam 5 aku sudah bangun, tapi ini jam 7!! Ya, jam 7 pagi!! Layar di hand phone menunjukkan banyak sms dari panita seminar, dan panggilan tak terjawab dari Hana (Ketua OC) dan Bu Seni (sekretaris Prof. Dadang Hawari) beberapa kali.... termasuk Nisa yang pagi itu berniat membangunkanku jam 5.... Ya Allah... ini kesalahan..... Ceroboh.........!!!
Gimana bisa ceroboh!!! Aku ketua “Seminar” hari ini yang dimulai pukul 07.30!
Dengan sangat cepat dan bergegas, aku mandi, shalat subuh, dan membawa perlengkapan yang dibutuhkan menunju kosan Mba Yulistin menggunakan motor Dwi dimana semua panitia berkumpul disana. Aku merasakan sepertinya mataku basah saat berlari membawa motor itu... Aku berada dalam kegalauan total saat itu... gelisah.... titik cemas yang ku injak. Ahhhhhhhh...................... Aku bertanggung jawab besar pada banyak orang hari ini!!
“Astagfirullah... Mba Lili, maaf saya terlambat....” “Ya dah cepet gih kamu bantu bawa barangnya ke wisma...” “Mba, siapa yang jadi jemput Dadang Hawari...?!” “Jadinya Yulistin yang jemput, tadi jam 6 berangkatnya” “Alhamdulillah, makasih mba,,,”
Pagi itu panitia yang aku temui di kosan Mba Yulistin tidak tampak begitu panik, bahkan cukup tenang menghadapi ketua yang terlambat bangun dan acara yang akan segera dimulai.... Mereka semua mulai berjalan menuju tempat di mana seminar akan dilaksanakan, berlari lebih tepatnya menuju Auditorium Syahida Inn. Dan tinggal aku dan Mba Lili yang mengambil perlengkapan yang tersisa di kamar Mba Yulistin. “Mba, Hp yang pake kartu XL di mana??” “Tadi malem di kasur ini bal...” Aku dan Mba Lili mulai mencari.
“Engga ada bal, coba lo telfon Yulis deh..” “Ahh.... XL itu penting Mba!!” belum hilang rasa panik ku saat itu.
“Halo Mba Yulis? lagi dimana??” “Saya masih di jalan bal, jemput Pak Dadang Hawari...” “Terus HP yang pake kartu XL dimana Mba??” “Hpnya aku bawa bal...”
“Aduh mba... Kenapa dibawa??? Saya dah bilang Hpnya tinggal di kamar!! Biar saya yang komunikasi dengan Bu Regina [Manager Romy Rafael], karena dia bilang mu hubungi saya pagi ini...” “Yah... maaf deh bal... terus gimana nih...??!!” “Ya dah, tetep pegang Hpnya, terus hubungi Bu Regina sekarang, pastiin dia datang hari ini... sekarang dah jam 7 lebih...” “Iya, nanti aku hubungi, maaf ya bal...” “Ya, makasih mba...”
Di Auditorium tempat Seminar Hipnoterapi akan berlangsung... Aku sempat memberi instruksi untuk panitia,
“Semua panitia tetep di meja regisrasi, Hana: minta petugas bantu pasang backdrop, Dimas ma Amir: coba lo ke Net buka makalah dari Dadang Hawari terus copy 500 lembar, gw masih hubungi Mba Yulistin yang jemput Dadang Hawari ma pegang komunkasi dengan Bu Regina...”
“Iya Pak” “Oke2”
-07.45.am.
Dalam manual acara, seminar yang akan mendatangkan Romy Rafael, Prof. Dr. dr. Dadang Hawari dan Dr. Abdul Mujib ini akan dimulai pukul 07.30. Maka pagi itu mulai berdatangan peserta satu per satu memenuhi meja registrasi. Mereka mengisi registrasi atau hanya tandatangan, lalu mulai memasuki Auditorium Syahida Inn yang baru panitia pesan sehari sebelumnya karena ada beberapa trouble.
***
Seminar ini adalah program BEMF Psikologi UIN Jakarta dalam mensukseskan PsychoFair ’08 yang berlangsung selama bulan April. Penunjukkan aku menjadi ketua panitia SEMINAR dengan tema “Hipnoterapi dan Rukyah dalam pandangan Islami” ini sebenarnya secara tiba-tiba. Pada pertengahan bulan Februari sebelumnya aku mengikuti rapat BEMF Psikologi di sekretariat membahas persiapan ulang tahun Psikologi UIN JKT (PsychoFair), lalu secara cukup mengejutkan aku ditunjuk menjadi ketua seminar dengan disodorkan sebundel proposal-jadi tanpa aku tahu apa isi proposal itu sedikit pun.
Iqbal kamu ketua seminar Hipnoterapi, ini proposalnya, kalo ada kesulitan menghubungi panitianya, hubungi saya. Kamu pelajari dulu isi proposal ini terus kamu rencanain dengan matang ke depannya, moga acara seminar ini sukses”.
Kurang lebih seperti itu amanat yang diturunkan SekJen BEM kepadaku, aku sendiri di BEMF hanya menjabat sebagai staff kemahasiswaan di BEMF Psikologi periode 2008-2009.
Merasa tertantang dengan tugas di BEM ini, maka aku mulai membaca dan merumuskan kembali isi proposal itu. Awalnya aku pikir ini hanya seminar biasa yang membahas isu-isu psikologi yang biasa dibahas. Tapi ternyata, setelah membaca tema (sebelum direvisi), dan mengetahui siapa yang akan menjadi pembicaranya aku makin mengerutkan dahi dan semakin tertantang... Tema: “Hipnoterapi dan Rukyah dalam pandangan Holistik” ??? ---pa-an coba??? Bener2 sulit dipahami maksud dan tujuan pembahasan tema ini.
Pembicara: Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Romy Rafael dan Ust. Abu Aqila???? ---waahhh... ini “aneh” pembicaranya... Total Dana yang dibutuhkan : Rp. 33.850.500.- ???? ----Beuhh... Gede amat?? Dari mana dapetnya?? Jumlah peserta 1000 orang, dan jumlah panitia 14 orang. Seribu peserta?? Banyak amat?? Panitia yang dikenal aja cuma 3 orang dari 14 orang. Dll....?????
Ini bener-bener tantangan untuk menyelesaikan seminar yang memiliki waktu persiapan tinggal 1 setengah bulan lagi... Setelah dipelajari dan “dianalisis” maka aku mulai merumuskan ulang isi proposal itu bersama 5 orang panitia aktif tentang tema, tanggal, anggaran dan seperangkat penting dalam proposal, Termasuk menambahkan dan mem-black-list nama-nama panitia yang tidak layak diikutsertakan dalam tim, sehingga akhirnya hanya 12 orang yang tertulis dan aktif. Kami membagi tugas selama persiapan itu sesuai keahlian dan kemampuan masing-masing panitia.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan selama mempersiapkan seminar ini, yaitu ketika aku dan Dimas kebagian tugas untuk membawa proposal seminar itu ke perusahan-perusahaan besar di Jakarta. Sungguh pengalaman yang luar biasa saat menginjak Gedung Bank MANDIRI di Jl. Gatot Subroto untuk bertemu Humasnya, KOMPAS GRAMEDIA, INDONESIA POWER, PLN, HABIBIE CENTER, MIZAN, GIP dan... Uhh.. ini yang ku namakan keberanian! Malah saking terlalu beraninya, kita ga sadar kalo di beberapa perusahaan yang kita masuki itu, proposalnya belum ditandatangani oleh sekretaris. Hehe...
“Mas, kita list aja dulu daftar perusahaan-perusahaan yang ada, jangan nanggung2 perusahaan yang besar sekalipun, kita masukin proposalnya. Namanya juga ikhtiar... oke?”
“oke”.
***
Target peserta yang akan hadir dalam seminar ini adalah 500 orang, sampai sehari sebelum seminar, peserta yang baru daftar hanya sekitar 400 orang. Tapi hari ini, ternyata peserta yang dipastikan hadir akan lebih dari 500 orang, selain karena meja registrasi yang terus dibuat sibuk, juga karena beberapa peserta yang menanyakan pendaftaran menghubungi lewat kontak panitia. Mayoritas peserta adalah mahasiswa psikologi UIN, tapi dari fakultas lain di UIN juga hadir, ditambah dari UNIV. GUNADARMA, Pascasarjana UIN, dan dari peserta umum.
-08.15 a.m Aku belum juga dapat kejelasan dari pihak Romy Rafael untuk bisa tidaknya hari ini mengisi materi di seminar ini. Hal ini yang membuatku semakin kalut di tengah-tengah acara yang akan segera dimulai. “Mba Yulis, Romy Rafael gimana? Udah ada kabar??” “Belum bal, nomornya ga bisa dihubungi” “Ya dah, terus aja hubungi, saya coba hubungi dari sini juga Mba” “Ya Bal, aku coba lagi”
Ya Allah... ini benar-benar membuatku cemas dan khawatir. Apa yang harus ku katakan pada 620 orang peserta, dosen-dosen dan panitia, jika Romy Rafael batal datang hari ini.......??? “Kenapa bal?? Ada masalah? Ni pake HP saya kalo mau ngehubungi...” Pak Rahman (Pudek III) cukup paham kalo aku sedang kalut. “Oh, engga Pak, biar aja, saya ada pulsa juga koq”
K’Arif negur, “Tenang bos! Lo jangan panik gitu... Mata lo basah tu...?? Tenang aja... oke?!” “Engga lah... gw cuma khawatir kalo Romy Rafael ga bisa dateng sekarang, padahal kemaren dah tandatangan kontraknya, biar gw coba hubungi lagi”.
Setelah beberapa kali gagal menghubungi Managernya Romy Rafael, akhirnya terhubung juga. “Halo? Bu Regina? Saya Iqbal Bu, Mas Romy hari jadi kan bisa ke kampus kita??” “O iya, iya bal.. Mas Romy sudah di jalan, tapi mohon maaf saya ga bisa ikut bal, saya minta sekretarisnya yang mendampingi, ini saya ada kontak sekertarisnya Bal?!l” “Bu Regina sekretaris Bu??” “Iya, dia yang ikut hari ini mengantar Mas Romy” “O, ya saya ada Bu no Hpnya koq, makasih Bu, saya cuma mau pastiin kalo Mas Romy jadi datang hari ini Bu” “Oh... sudah di jalan koq, saya minta maaf ya bal...” “O ya Bu sama-sama, terima kasih banyak bu”
Aku segera menghubungi sekretarisnya Romy Rafael, yang namanya sama dengan nama Managernya. “Hallo, Bu Regina? Saya Iqbal Bu, Ibu ada di mana sekarang?” “Iya Mas Iqbal, saya sedang bersama Mas Romy, kira-kira 10 menit lagi sampai” “O ya terima kasih Bu, nanti hubungi saya aja kalau ada kesulitan mencari tempatnya” “Ya, terima kasih” Alhamdulillah... Aku cukup lega mendengarnya. -08.30 a.m- Peserta makin banyak berdatangan, bahkan aula sudah terisi penuh oleh peserta yang hari ini menanti kedatangan Romy Rafael. “Bal, bangku yang di bawah udah penuh. Gimana? Buka aja yang di atas??” tanya panitia. “Ya, hubungi aja resepsionis di bawah, minta tempat di bagian atas dibuka”. “Biar saya yang lobi ke resepsionisnya...” Pak Rahman lagi-lagi membantu.
-08.50 a.m- Aku memberi sambutan pada saat seminar telah dimulai. Kemudian disusul oleh Dekan Psikologi yang membuka secara resmi acara seminar ini. Sementara itu, di tengah-tengah acara pembukaan seminar, Pak Dadang Hawari tiba di Auditorium di dampingi oleh asistennya.
-09.15 a.m- Acara pun berlangsung...
-Ketika acara seminar yang dihadiri 620 peserta berlangsung-
Yang memberikan penjelasan pertama adalah Prof. Dadang Hawari, yaitu tentang Hipnoterapi dan rukyah dalam Islam. Kemudian disambung penjelasan berikutnya oleh Dr. Abdul Mujib tentang Rukyah. Aku meninggalkan Auditorium beberapa saat setelah memberikan sambutan, karena panitia mengabari bahwa Romy Rafael telah tiba di kampus. “Bal Romy Rafael udah ada dikampus 1... Dia nunggu di fakultas Syari’ah dan Hukum” “Oh, ya... biar saya jemput”. Maka, aku segera menuju kampus1 bareng Hana mengendarai motor. Tapi sesampainya di kampus 1, ternyata Romy Rafel sudah tiba di kampus 2. Dimas lebih dulu menjemputnya. “Bal, lo temenin Romy Rafael tu di ruang dekan...” seru salah seorang panitia. “Ya, makasih”. Hm... aku juga penasaran ingin bertemu langsung dengan seorang hipnoterapis. Di ruang Dekan itu aku melihat Romy Rafael dan sekretarisnya tengah berbincang dengan Pak Rahman. “Assalamu’alaikum...” Aku dan Hana masuk ruangan itu. “Wa’alaikum salam, masuk Bal” seru Pak Rahman “Mas Romy, saya Iqbal, maaf kalo tadi sempet nunggu di kampus 1...” “O, ini Iqbal, ya ga pa2, yang kita tau kampus 1 itu...” seru Romy Rafael
Perbincangan pun berlangsung... Kita berbicara tentang psikologi, kampus UIN, Hipnosis, kemudian teknis acara dan lainnya.
“Saya masuk acaranya nanti aja kalo udah bagian saya, kapan saya masuknya?” “Ya Mas, sekarang masih materi dari Pak Dadang Hawari dan Pak Mujib, mungkin jam 11an bagian Mas Romy”. Beberapa saat kemudian, aku coba sms lagi panitia tentang keadaan di Auditorium, “Hari gini sms... telfon dong” seru Romy Rafael “Hehehe... ga da pulsa Mas” jawabku.
Di tengah-tengah perbincangan itu, ada yang membuatku kurang nyaman sepertinya. Hm... Bukan karena di sampingku adalah seorang Ahli Hipnosis, tapi ada sesuatu di diriku yang sepertinya membuatku kurang nyaman. Ya, ternyata sepatuku, sepatuku lupa belum dicuci! Hehe.. Walaupun sehari sebelumnya tidak begitu kotor, tapi karena semalam turun hujan kecil, jadi sepatu ini tampak kusam dan kotor karena banyak berlari dan tidak memperhatikan jalan pagi hari itu yang becek. Maka selama berbincang di ruang dekan itu, aku sembunyikan kakiku di bawah meja. Wahh... bahaya ne kalo keliatan kusem ma Romy Rafael. Hehehe... Dah ketauan! Romy Rafael duduknya di sebelah kiriku koq..
-10.15 a.m- Aku ke Auditorium lebih dulu, karena panitia bilang materi dari Pak Dadang Hawari akan selesai, dan beliau harus segera pulang karena ada acara lain.
-Sebelum pulang, Pak Dadang Hawari menyumbangkan beberapa bukunya
IMG_1892.JPGuntuk perpustakaan psikologi dan sebagai gift bagi panitia-
-Panitia seminar bersama Prof. Dadang Hawari, Dekan Psikologi dan beberapa peserta-
-10.30 a.m-
Romy rafael meninggalkan ruang dekan dan menuju Auditorium Syahida Inn, karena materi dari Pak Dadang Hawari dan Pak Mujib telah selesai.
-Beberapa saat sebelum materi Hipnoterapi berlangsung: Hana, Romy Rafael, Iqbal...-
Romy Rafael memasuki Auditorium di dampingi sekretarisnya dan aku, di tengah-tengah profilnya yang sedang diputar di Layar depan... Sontak, beberapa peserta berdiri dan ingin melihat langsung Romy Rafael yang baru memasuki Auditorium. Setelah berbasa-basi dan memperkenalkan diri, maka materi tentang Hipnosis dan Hipnoterapi pun dimulai...
-Romy Rafael tengah menjelaskan tentang Hipnosis-
-Antusias peserta saat Romy Rafael memberi contoh tentang Hipnosis-
Selama materi berlangsung, aku menemani sekretarisnya Romy Rafael di samping panggung untuk membantu hal-hal yang sekiranya dibutuhkan. Tapi beberapa kali juga aku ke luar auditorium, karena diperlukan untuk mengatur dan mengontrol berlangsungnya acara secara keseluruhan. Ada keadaan yang membuatku sedikit bingung, yaitu saat remote yang digunakan oleh Romy Rafael untuk mengatur slide presentasinya ada sedikit gangguan... Dan saat itu Romy Rafael “menyalahkan” panitia,
Hm,,, itu bukan salah panitia! Walaupun aku berada di depan laptopnya romy rafael saat presentasi, tapi laptop dan remote itu adalah milikinya, dan aku tak mengerti harus diapakan, mungkin karena jarak antara laptop dan remotenya yang agak jauh?! Tapi kami akui jika memang ada gangguan pada microphone-nya... :0
12.00 a.m
Materi dari Romy rafael selesai... Saatnya penyerahan kenang2an kepada para pemateri, lalu terakhir acara ditutup oleh MC. Beberapa peserta menyempatkan diri untuk berfoto bersama Romy Rafael sebelum mereka meninggalkan auditorium, bahkan terakhir aku mendengar kabar bahwa ada peserta dari Universitas lain yang datang ke seminar ini hanya ingin berfoto bersama sang Hipnoterapis.... Hm,
Ratusan peserta itu keluar meninggalkan auditorium untuk kemudian mengambil sertifikat di meja panitia dan konsumsi di lantai dasar. Ini keadaan yang paling membuat sibuk panitia, melayani 620 peserta untuk mengambil sertifikat dan konsumsi yang hanya dilayani oleh 15 orang panitia. Tapi ahamdulillah semuanya terkoordinir dengan baik, bahkan ketika itu juga panitia melayani perbaikan sertifikat peserta yang salah pada penulisan namanya.
-12.30 p.m- Aku berdiri mengawasi dan membantu panitia yang masih sibuk melayani peserta untuk mengambil sertifikat di meja registrasi. Tiba-tiba Pak Rahman menegurku dari depan,
“Bal, Selamat ya... acaranya sukses!!” Pak Rahman menyalamiku dan menepuk pundak kananku.
“Iya Pak, sama-sama, terima kasih bantuannya Pak”. Aku melakukan hal yang sama, menyalami beliau dan menepuk pundak kanannya, seakan lupa bahwa orang yang aku tepuk pundaknya adalah Pudek III. Hehe...
Beberapa saat kemudian peserta mulai tampak berkurang, hanya beberapa yang masih perlu memperbaiki sertifikatnya dan beberapa lagi tampak duduk-duduk di lobi lantai dasar sambil menikmati konsumsi dan mengobrol dengan kawan mereka. Aku berjalan memasuki ruang auditorium dimana hanya terdapat petugas gedung di sana, karena peserta dan panitia seluruhnya berada di luar. Lalu aku berlari dan duduk di meja panelis tempat pemateri menyampaikan materinya. Buah yang masih segar dan utuh di meja podium tak ayal aku santap sambil mengamati auditorium yang sudah lengang. Tak beberapa lama kemudian, k’Al (Presiden BEM) datang dan ikut duduk bersebelahan di meja podium bersamaku saat itu,
“Lagi ngapain bal??”
“Menikmati kesuksesan bang, hehe...” Candaku.
Ia juga sama mengucapkan selamat, seperti halnya Pak Rahman, Hana dan beberapa peserta yang sudah ku kenal.
Alhamdulllah.............
------------------- Aku sadar aku tidak berada pada kesuksesan sesungguhnya ketika seminar itu berakhir, aku hanya menikmati apa yang telah aku usahakan dengan sungguh-sungguh bersama kawanku yang lain. Dan ini yang disebut kawan-kawanku dan orang-orang terdekatku sebagai KESUKSESAN....
Lagi-lagi aku merasa bisa begitu menikmati waktu... Aku bisa membunuh waktu dengan pisau batinku... Menginjaki lorong-lorong sempit dan sesak, untuk menuju pada satu ruang yang mereka sebut sebagai KESUKSESAN!!
Aku ingin mengucapkan terima kasih dan merasa berhutang budi pada beberapa orang yang terlibat dalam seminar ini... Terutama panita-panitia yang setia, ihklas dan sungguh-sungguh tuk bekerja dalam tim... mba Lili, mba Nita, mba Mila, mba Yulistin, mba Erna, bang Falaq, bang Fillah, Dimas, Ridwan, Amir... pokoknya thx untuk semuanya. Aku salut pada kalian semua... makasih banyak =)
-------------- Aku ingin menuliskannya lebih banyak lagi di sini... Aku ingin menuliskan segalanya di sini... Karena aku ingin jelaskan pada diriku bahwa aku begitu menikmati detik-detik yang ku lalui untuk menghadirkan suatu kegiatan yang tampak biasa tapi cukup berarti bagiku, aku juga ingin jelaskan pada peserta tentang hal-hal yang banyak mereka tanyakan dan permasalahkan dari seminar, dan karena aku ingin jelaskan pada kalian bahwa ada banyak orang yang luar biasa dapat bekerja dalam tim dan mereka adalah teman yang terbaik bagiku...
Dan terakhir, aku meminta maaf untuk segalanya....
Semoga “SUKSES” selalu menyertai kita, amien...

04 Juli 2008

Demi Pengalaman dan Rakyat!

Bold"DEMI PENGALAMAN DAN RAKYAT!!"
Catatan Pengalaman: Senin, 12 Mei 2008

Pengalaman memberiku ruang untuk berpikir...

Pengalaman mengajarkanku filsafat waktu...

Dan pengalaman menuntunku pada kekayaan batin.

Ini adalah pengalaman. Ya! pengalaman yang baru pertama kali aku dapatkan lebih tepatnya. Ini berawal dari kabar yang aku terima pada Minggu siang, 11 Mei 2008.

“Seruan turun ke jalan kembali memanggil, menentang pemerintah yang kembali tidak memihak kepada rakyat. Besok akan ada aksi BEM Se-Indonesia di depan Istana Negara. Iqbal smsn sore ini ya siapa aja yang mw ikut, makasih..”

Hmm, rupanya besok akan ada aksi besar di depan Istana Negara...

Menanggapi sms yang bukan untuk pertama kalinya aku terima itu, aku cukup tertarik, secara, sampai saat di mana sms itu aku terima belum pernah sekalipun seorang IqbaL hadir turun AKSI, DEMO, LONGMARCH, atau apalah itu... Dan yang ada di benakku jika ternyata aku ikut dalam aksi itu, adalah sebuah pengalaman yang pastinya berharga dan tak terlupakan. Ya, aku butuh pengalaman bahwa aku pernah ikut demo ketika menjadi mahasiswa!! Itu cerita pengalaman yang kelak akan ku jejali pada telinga anak-anakku dan cucu-cucuku kelak.. “Cucuku.. DEMO itu hal yang LUAR BIASA...!!” hehe..90x.

Rasa tertarikku untuk ikut turun AKSI besok makin meruncing ketika teman yang juga mendapatkan sms yang sama memberitahukan bahwa aksi besok akan besar dan akan sama seperti pada AKSI tahun 1998, karena besok juga bertepatan dengan 10 tahun tragedi TRISAKTI.

Wahh.. sepertinya memang ini saat yang tepat untuk mendapatkan pengalaman!!

Sejujurnya orang tuaku me’WARING” untuk tidak ikut berdemo-demo seperti mahasiswa pada umumnya, apalagi nenek pernah berujar:

“Iq, iiq mah jangan ikut-ikut begituan (demo) yah?? Belajar aja yang bener...”

“Iyah Nek...”

Tapi untuk sebuah pengalaman berharga, aku yakin nenek dan orang tuaku akan turut mengaminiku untuk ikut turun AKSI.. hehe…

Senin, 12 Mei 2008

Pada pagi harinya saat kuliah sedang berlangsung (dosen Prof. dr. Zakiah Dardjat), aku menerima sms yang sama tentang AKSI yang akan berlangsung hari ini, dan ini dari Presiden BEM..

Hari ini ada aksi besar dari seluruh BEM se-Indonesia di Istana tentang krisis pangan dan kenaikan harga BBM. Tolong bawa almamater, seluruh pengurus BEMF Psi akan hadir di sana. Kumpul di FPsi 08.00. thks

Wahh.. kayaknya emang saatnya untuk turun AKSI.. ;)

AYO TURUN AKSI….!!!

Setelah dipastikan hari ini 2 dosen berhalangan hadir mengajar, maka pukul 09.30 aku bergegas menuju kampus 1 bersama Ade sebagaimana instruksi ‘atasan’ untuk berkumpul di kampus 1 sebelum ke HI.

Bal tolong agitasi masa yang akan ikut AKSI menuju kampus 1 ya..

Sms dari Ka Erna, tapi aku ke kampus 1 hanya bersama Ade. Dan rupanya di kampus 1 hanya ramai oleh aksi demonstrasi mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari organisasi ekstra kampus seperti HMI, PMII, dsb.. Jumlah mereka cukup banyak, lebih dari 30 orang. Bahkan wartawan dari media cetak dan elektronik hadir untuk meliput mereka yang berkoar-koar di depan Fak. Tarbiyah tersebut.

“Bal kita langsung ke HI aja, ini beda aliansi, kita atas nama BEM…” terang arif.

Maka dengan semangat ’45, aku, Ade, Dimas dan Arif langsung berangkat menuju HI menggunakan motor untuk segera turun AKSI.

Sesampainya di HI.

Subhanallah... Mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas ternyata telah berkumpul dan berjalan lebih dahulu membentuk barisan AKSI yang sangat terorganisir, jumlah mereka lebih dari 500 orang, termasuk mobil sound yang memberikan instruksi kepada para demostran. Turun dari motor, aku berlari bersama Arif ke arah barisan depan mendekati mobil sound, dan kami langsung bergabung dalam barisan bunker, lalu merapat bergandengan tangan di antara mahasiswa lain dari berbagai universitas.

Ya Allah, moga aku selalu dalam lindungan-Mu, dan mendapatkan hikmah dari apa yang akan aku lakukan ini…

Hari belum benar-benar siang ketika semangat kami terbakar oleh nyanyain-nyanyian pergerakan dan teriakan para demonstran menyatukan suara demi membela segolongan umat bernama RAKYAT. Ya, kami semua di sini sepakat bergerak demi membela rakyat!!

Tapi entahlah, mungkin aku (masih) hanya membela pengalamanku…

Tapi apapun alasanku ikut AKSI, yang jelas aku bersemangat kala ini, dan aku ikut berteriak syahdu dalam lagu pergerakan mahasiswa yang ku teriakkan di antara gedung-gedung tinggi yang congkak berdiri menyaksikan AKSI kami.

“Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan..

Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan

sebuah caatatan kebanggaan di lembar sejarah manusia..

Wahai kalian yang rindu kemenangan

Wahai kalian yang turun ke jalan

Demi mempersembahkan jiwa dan raga

Untuk negeri tercinta…”

Untuk pertama kalinya aku menyanyikan lagu “Totalitas Perjuangan” sebagai seorang demonstran, ada kebanggan yang menyelimuti, dan haru yang aku luapkan bersama teriakan lagu perjuangan yang aku nyanyikan. Kami bergandengan tangan sangat erat dalam barisan, dan berteriak membela rakyat dalam nyanyian..

Di sini negeri kami.. tempat padi terhampar…

samuderanya kaya raya, tanah kami subur tua...

Di negeri permai ini.. berjuta rakyat bersimbah luka...

anak kurus tak sekolah.. pemuda desa tak kerja…

Mereka di rampas haknya.. tergusur dan lapar…

Bunda relakan darah juang kami..

untuk membebaskan rakyat...

Sejujurnya, aku “terheran” dengan kegiatan AKSI ini. Ya, karena ini pertama kalinya aku ikut AKSI memang… Aku melihat para mahasiswa berbaris rapih dan terorganisir, di barisan paling depan adalah barisan pembawa baliho dan panji-panji, di belakang barisan panji adalah barisan bunker tempat di mana aku berdiri, di belakang bunker adalah mobil sound, yaitu mobil truk yang membawa sound dan diatasnya berdiri orator dan para agitator. Di belakang mobil sound adalah masa mahasiswa seluruhnya hingga paling belakang, sementara para mahasiswi yang ikut AKSI berada di tengah-tengah diantara masa yang dijaga oleh mahasiswa yang membentuk border line. Lalu di samping kiri-kanan barisan AKSI adalah panitia take-lap dan tim medis.

Uhh,, ini LUAR BIASA!! Benar2 rapih dan teroganisir..

Aku sangat bersemangat kala itu, gandengan tanganku makin erat diantara kiri-kanan masa AKSI, dan teriak lagu perjuangan makin lantang ku suarakan..

Tapi kawan, di tengah ke-LUAR BIASAAN AKSI yang aku ikuti, di mana telah sekian langkah ku lalui, dan sekian lagu perjuangan ku teriakkan, aku merasakan ada sesuatu yang “AneH” pada diriku... Perut...??!! Ya, perutku.. Lambung lebih tepatnya..?!! AAAHHHH….!!! Maagh-ku kambuh!! Ya Allah... Kenapa harus sakit perut di saat2 yang paling aku tunggu??? Aku sadar pagi ini aku belum sarapan, dan kini di saat panas matahari menyengat, aku berdiri tegap penuh semangat dengan perut yang belum terisi… AH… padahal kemarin meninggalkan sarapan tak pernah jadi masalah bagiku… Tapi... biarlah! yang aku rasakan ini hanya maagh ringan sepertinya, buktinya aku masih lantang berteriak “HIDUP MAHASISWA…..!!” dan berlari-lari kecil jika para demonstran melewati lampu merah.

Sepanjang perjalanan menuju ISTANA NEGARA, masa demonstran secara perlahan terus bertambah banyak… kami semua tergabung dalam masa BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI), para mahasiswa dari berbagai universitas yang turut ikut AKSI datang dari berbagai penjuru , mereka menaiki bis-bis, motor, bahkan berjalan kaki dari kampus mereka… Aku melihat di masa AKSI terdapat mahasiswa UPI BANDUNG, UNPAD, UIN JAKARTA, UGM, UNJ, IPB, UNTIRTA, dan masih banyak lagi kawan... dan ini tidak termasuk mahasiswa dari aliansi lain yang juga ikut AKSI.

Datang dari Barat….

Datang dari Timur…

MA..HA..SIS..WA….!!

Dalam AKSI ini, aku dan seluruh mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI bergerak untuk mengusung TUGU RAKYAT, yaitu Tujuh Gugatan Rakyat yang dirumuskan oleh mahasiswa dan rakyat dan harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Tujuh Gugatan Rakyat itu adalah:

1. Nasionalisasi aset-aset strategis bangsa

2. Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi rakyat

3. Tuntaskan kasus blbi dan korupsi soeharto beserta kroni-kroninya

4. Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi dan energi

5. Jamin ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat

6. Tuntaskan keadilan birokrasi dan mafia peradilan

7. Selamtkan lingkungan dan tuntaskan kasus lumpur lapindo

-12.00 p.m.-

Tepat di siang hari, kami semua telah sampai di pintu luar MONAS, tepatnya beberapa meter dari istana negara. Dan masa yang berkumpul telah lebih dari 2.000 mahasiswa, di sana kami membentuk fomasi baru, yaitu membentuk border berupa lingkaran besar dua lapis. Dan para mahasiswi berada di tengah-tengah barisan yang dijaga border.

Tepat di siang hari, kami semua telah sampai di pintu luar MONAS, tepatnya beberapa meter dari istana negara. Dan masa yang berkumpul telah lebih dari 2.000 mahasiswa, di sana kami membentuk fomasi baru, yaitu membentuk border berupa lingkaran besar dua lapis. Dan para mahasiswi berada di tengah-tengah barisan yang dijaga border.

Semakin siang, masa AKSI kami semakin banyak. Hal ini dipertegas dengan kedatangan mahasiswa UI yang berbondong-bondong memasuki barisan, dan jumlah mereka sangat banyak. Diantara semua mahasiswa yang ikut AKSI, mahasiswa UI-lah yang paling banyak mengerahkan masa, kabarnya bahwa UI hari ini meliburkan kuliah agar mahasiswanya mengikuti AKSI ini. Hm.. kebayang gimana seriusnya mereka dalam mengikuti AKSI, sampai meliburkan kuliah?! Katanya... Tapi justru aku melihat dari sisi yang berbeda lagi, mereka terlihat ekslusif diantara masa AKSI, dengan almamater kuning yang mencolok, mereka membentuk border sendiri di tengah-tengah lingkaran. Dan tidak ikut berbaur dengan masa yang tergabung dari berbagai univerisitas ini.

Panas matahari siang itu benar-benar menyengat, aku dan sebagian masa AKSI shalat berjamaah di pinggir barisan kira-kira pukul 1 siang.. Sekalipun panas menyengat, tapi kami tetap khusyu’ dalam ibadah.

Lo mahasiswa banget seh bal ikut-ikutan AKSI, terus mau-maunya lo panas-panasan gt... ;)

[sms dari Mba Lili]

Kegiatan siang itu diisi dengan orasi dari presiden BEM masing-masing universitas. Tapi sebelumnya, seluruh masa yang berada dalam barisan panji-panji keluar dari lingkaran dan mereka pergi entah kemana. Aku mendengar kabar bahwa ada masa AKSI juga yang sedang berkumpul di depan RRI, mungkin masa panji-panji menuju ke sana. Tapi terakhir kabar itu mengatakan bahwa masa di depan RRI itu rusuh, mereka membakar ban di tengah jalan dan ribut dengan polisi. Kerusuhan kecil itu bukan ulah masa AKSI BEM-SI, beberapa mahasiswa FORKOT yang berada dibalik kerusuhan kecil di depan RRI itu.

Siang itu kami makan siang dengan nasi bungkus yang disediakan panitia. Uhh, akhirnya maag-ku berakhir setelah menyantap nasi bungkus yang aku makan bersama dengan mahasiswa UNJ. Aneh, nasi bungkus itu isinya sedikit, bahkan aku makan berduaan dengan mahasiswa UNJ itu. Tapi nasi yang sedikit itu membuatku kenyang dan sakit perutku cepat menghilang...??!!

Jam 2 siang Dimas dan Ade pulang lebih dulu kembali ke kosan, Arif dan Falaq entah kemana mereka. Tadinya aku pikir lebih baik pulang juga, di sini panas, sementara pengalaman sudah cukup aku dapatkan, terlebih karena sore ini ada kegiatan lain di IMM. Tapi, entah kenapa kakiku enggan beranjak keluar dari barisan AKSI...

Pada sore hari..

Setelah shalat ashar, seluruh masa AKSI yang sejak siang berada di luar pintu monas kali ini akan bergerak menuju depan istana negara, yaitu beberapa meter dari tempat kami berkumpul. Panitia menginstruksikan agar barisan kami diperkuat, kami berbanjar lima baris ke belakang. Dan aku berada di barisan paling depan, tepatnya satu baris di belakang masa panji yang baru saja kembali. Saat itu aku menyadari ternyata Falaq masih ada, dan aku bergandeng tangan dengannya menuju istana negara di barisan terdepan.

Kami kembali menyanyikan lagu-lagu perjuangan, dan saat itu aku sangat khidmat ketika lagu Indonesia Raya aku teriakkan bersama masa AKSI seluruhnya. Aku benar-benar terharu, Indonesia Raya itu aku teriakkan sekencang-kencangnya, terlebih saat itu salah satu tim take-lap menyodokan megaphone-nya ke arahku.

Hiduplah tanahku, hiduplah negriku, bangsaku rakyatku semuanya.

Bangunlah jiwanya bangunlah raganya, untuk indonesia raya...

Tepat di depan istana negara...

Aku tak lagi dapat memperkirakan berapa jumlah masa AKSI seluruhnya. Tapi agitator masa yang berada di mobil sound meneriakkan, “Jumlah kita lebih dari 10.000 mahasiswa“. Wow... jumlah yang luar biasa!! Tapi aku percaya dengan jumlah itu... karena memang sangat banyak mahasiswa yang ikut AKSI, dan itu tidak termasuk dengan mahasiswa diluar BEM-SI.

-Di depan Istana Negara-

Niatnya masa AKSI akan menginap di depan istana malam ini, menunggu presiden yang hari ini “melarikan diri” ke Surabaya dan kabarnya besok presiden akan tiba kembali di istana negara.

Di tengah AKSI itu aku kembali sendiri, bendera UIN Jakarta memang masih tampak diantara barisan panji-panji, tapi entah fakultas mana yang membawanya.

Sementara hari semakin senja ketika para demonstran hanya berteriak-teriak dan berputar-putar di dalam barisan. Lalu aku sadar, sampai kapan aku akan bergabung dalam masa AKSI hari ini??

Maka pukul -17.30 sore itu, aku keluar dari barisan AKSI, karena hari mulai gelap dan tak bisa untuk terus menginap malam ini di depan istana negara.

Maaf kawan... aku harus kembali... semoga perjuangan kalian mendapatkan jawaban dari pemerintah, aku ikut mendoakan perjuangan kalian hingga esok...

Sambil berjalan meninggalkan istana negara, aku menanggalkan satu persatu atribut AKSI yang aku kenakan. Kain pengikat kepala bertuliskan BEM-SI, syal penutup mulut dan jas almamater. Oya, dari depan istana negara ini aku bingung, kemana arah pulang menuju ciputat...??!! Aku mencoba berjalan terus sampai persimpangan jalan (tugu kuda) yang cukup jauh dari istana negara, dari persimpangan jalan itu baru aku bertanya kepada pak polisi yang berdiri di lampu merah.

“Pak bis ke Ciputat arah mana ya?”

“Tunggu aja di situ (depan kantor BI) nanti juga ada”.

“O, makasih Pak!”

Akhirnya setelah bertanya itu, baru bisa dengan pasti aku menunggu bis arah ciputat di depan Bank Indonesia seperti yang ditunjukkan pak polisi. Sambil menunggu bis, aku teringat bahwa aku dan teman-teman sekosan pernah menunggu kendaraan tepat di mana aku berdiri sekarang. Waktu itu pukul 2 dini hari ketika kami baru kembali dari perjalanan “menjenguk” monas. (baca posting Jan ’08:“Ngakak di bawah Monas!!”).

Di bis menuju ciputat, aku merasakan akhir dari sebuah pengalaman. Aku merasa cukup letih hari ini, muka yang kusam, dan peluh serta keringat yang menyisakan gatal di sekitar punggung... Uhh.. Aku butuh istirahat secepatnya, dan aku lapar sekarang... Tapi pemandangan malam ibu kota membawaku tertidur pulas di bis malam itu..

Maka sang demonstran pun tertidur..

Diberdayakan oleh Blogger.